JAKARTA — Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengaku ikut membantu TNI mempersiapkan tentara siber Indonesia (Cyber Army). Menurut Kemenkominfo, pembentukan tentara siber adalah untuk mengantispasi perang di dunia maya (cyber war).
"Ada lima poin yang sekarang sedang digodok dan dipersiapkan agar TNI memiliki tim yang kuat dan siap mengantisipi adanya cyber war (perang di dunia maya)," kata Juru Bicara Kemenkominfo Gatot S Dewa Broto saat dihubungi Republika, Selasa (8/10).
Karenanya, kesadaran TNI untuk tidak hanya piawai menggunakan senjata konvensional disambut hangat Kemenkominfo. Menurut Gatot, sudah delapan bulan terakhir pihak militer yang dimotori oleh Kementerian Pertahanan (Kemenhan) rutin membahas pembentukan tentara siber ini. Kesadaran bahwa serangan dunia maya rentan menimpa Indonesia, membuat TNI getol mendalami teknologi digital.
"Kami sudah bahas lama dengan Kemenhan. Isu cyber crime (kriminalitas siber) memang menjadi permasalahan global. TNI sudah saatnya perkuat diri dengan kekuatan di bidang siber," kata Gatot.
Gatot menambahkan, kebutuhan pembentukan tentara siber oleh TNI amat genting. Hal ini menilik seringnya ancaman serangan siber ke Indonesia. Ia berujar, setidaknya ada 2,5 juta serangan dunia maya yang dilakukan ke laman Indonesia per harinya.
Meski sampai saat ini seluruh serangan tidak memberikan efek besar, dikhawatirkan kemudian hari dapat menjadi persoalan serius. Ia pun meng¬ambil contoh bagaimana sibuknya militer Amerika Serikat melindungi negaranya dari hantaman peretas.
Ia pun berujar, suatu saat akan tiba waktu Indonesia pun dijadikan sasaran empuk para pembobol laman. Untuk itulah, menurutnya, pelindung negara, seperti TNI, sudah harus mempersiapkan diri.
Gatot menjelaskan bahwa hal pertama dan paling mendasar dalam pembentukan tentara siber ialah aspek sumber daya manusia (SDM). Pasukan siber TNI tak boleh kalah hebat dari prajurit di medan tempur.
Hal kedua dan ketiga, yakni bagaimana meningkatkan kecanggihan teknologi dan kemampuan untuk selalu sesuai dengan dinamika dunia maya yang tinggi. Keempat, memetakan kekuatan sesuai geopolitik. Terakhir, meningkatkan kemampuan dalam memprediksi dan menghadapi eskalasi kejahatan siber.
"Semua (terkait tentara siber) masih dibahas dua kementerian ini. Sampai matang hingga nanti benar-benar siap, baru akan diluncurkan," ujarnya.
Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro sebelumnya berujar, tentara siber sedang dipersiapkan secara serius. Tak hanya untuk bertahan dari serangan peretas, tetapi tentara siber juga akan bergerak menyerang balik bila dirasa perlu.
"Kami berencana sesegera mungkin untuk membentuk Cyber Army. Setiap tahun kami akan lakukan kompetisi siber dan ada yang dikhususkan bertahan maupun menyerang," kata Menhan kemarin.
Terkait pembentukan tentara siber, pakar teknologi informasi Abimanyu Wachjoewidajat menilai, ancaman perang siber sudah ada di depan mata. Menurutnya, ancaman utama bagi Indonesia datang dari Malaysia.
Karenanya, ia meminta pemerintah mempersiapkan secara matang kemampuan teknologi dalam negeri sebelum meluncurkan tentara di dunia maya. "Negara yang paling sering bermasalah sama Indonesia di dunia maya itu Malaysia. Kita masih harus belajar untuk menang (di dunia maya) lawan Malaysia," kata Abimanyu.
Pria yang merupakan mantan tim perumus Dewan Ketahanan Nasional dalam mengantisipasi kejahatan siber ini memandang bahwa kemampuan teknologi Indonesia belum mendukung dibentuknya tentara siber.
Ia beralasan, sejumlah instansi dan lembaga negara masih bergantung pada konten siber asing, seperti surat elektronik. (Gilang Akbar Prambadi & ed: abdullah Sammy), Sumber Koran: Republika (09 Oktober 2013/Rabu, Hal. 02)
"Ada lima poin yang sekarang sedang digodok dan dipersiapkan agar TNI memiliki tim yang kuat dan siap mengantisipi adanya cyber war (perang di dunia maya)," kata Juru Bicara Kemenkominfo Gatot S Dewa Broto saat dihubungi Republika, Selasa (8/10).
Karenanya, kesadaran TNI untuk tidak hanya piawai menggunakan senjata konvensional disambut hangat Kemenkominfo. Menurut Gatot, sudah delapan bulan terakhir pihak militer yang dimotori oleh Kementerian Pertahanan (Kemenhan) rutin membahas pembentukan tentara siber ini. Kesadaran bahwa serangan dunia maya rentan menimpa Indonesia, membuat TNI getol mendalami teknologi digital.
"Kami sudah bahas lama dengan Kemenhan. Isu cyber crime (kriminalitas siber) memang menjadi permasalahan global. TNI sudah saatnya perkuat diri dengan kekuatan di bidang siber," kata Gatot.
Gatot menambahkan, kebutuhan pembentukan tentara siber oleh TNI amat genting. Hal ini menilik seringnya ancaman serangan siber ke Indonesia. Ia berujar, setidaknya ada 2,5 juta serangan dunia maya yang dilakukan ke laman Indonesia per harinya.
Meski sampai saat ini seluruh serangan tidak memberikan efek besar, dikhawatirkan kemudian hari dapat menjadi persoalan serius. Ia pun meng¬ambil contoh bagaimana sibuknya militer Amerika Serikat melindungi negaranya dari hantaman peretas.
Ia pun berujar, suatu saat akan tiba waktu Indonesia pun dijadikan sasaran empuk para pembobol laman. Untuk itulah, menurutnya, pelindung negara, seperti TNI, sudah harus mempersiapkan diri.
Gatot menjelaskan bahwa hal pertama dan paling mendasar dalam pembentukan tentara siber ialah aspek sumber daya manusia (SDM). Pasukan siber TNI tak boleh kalah hebat dari prajurit di medan tempur.
Hal kedua dan ketiga, yakni bagaimana meningkatkan kecanggihan teknologi dan kemampuan untuk selalu sesuai dengan dinamika dunia maya yang tinggi. Keempat, memetakan kekuatan sesuai geopolitik. Terakhir, meningkatkan kemampuan dalam memprediksi dan menghadapi eskalasi kejahatan siber.
"Semua (terkait tentara siber) masih dibahas dua kementerian ini. Sampai matang hingga nanti benar-benar siap, baru akan diluncurkan," ujarnya.
Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro sebelumnya berujar, tentara siber sedang dipersiapkan secara serius. Tak hanya untuk bertahan dari serangan peretas, tetapi tentara siber juga akan bergerak menyerang balik bila dirasa perlu.
"Kami berencana sesegera mungkin untuk membentuk Cyber Army. Setiap tahun kami akan lakukan kompetisi siber dan ada yang dikhususkan bertahan maupun menyerang," kata Menhan kemarin.
Terkait pembentukan tentara siber, pakar teknologi informasi Abimanyu Wachjoewidajat menilai, ancaman perang siber sudah ada di depan mata. Menurutnya, ancaman utama bagi Indonesia datang dari Malaysia.
Karenanya, ia meminta pemerintah mempersiapkan secara matang kemampuan teknologi dalam negeri sebelum meluncurkan tentara di dunia maya. "Negara yang paling sering bermasalah sama Indonesia di dunia maya itu Malaysia. Kita masih harus belajar untuk menang (di dunia maya) lawan Malaysia," kata Abimanyu.
Pria yang merupakan mantan tim perumus Dewan Ketahanan Nasional dalam mengantisipasi kejahatan siber ini memandang bahwa kemampuan teknologi Indonesia belum mendukung dibentuknya tentara siber.
Ia beralasan, sejumlah instansi dan lembaga negara masih bergantung pada konten siber asing, seperti surat elektronik. (Gilang Akbar Prambadi & ed: abdullah Sammy), Sumber Koran: Republika (09 Oktober 2013/Rabu, Hal. 02)