JAYAPURA-Kabar tentang 10 orang Warga Negara Asing (WNA) yang
melakukan pendakian ke Puncak Cartenz, Grasberg, Timika, Papua disandera oleh
kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM) dibantah oleh Polda Papua. Polda
menyampaikan bahwa ke 10 WNA tersebut saat ini sudah berada di Timika dan kini
diinapkan di Hotel Rimba Papua.
"Memang ada pendaki yang dibawa oleh
penyelengara Adventure Cartenz, namun
mereka tidak disandera, itu salah," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat
(Kabid Humas) Polda Papua, AKBP Sulisriyo Pudjo, di ruang kerjanya kemarin
(21/10).Pihaknya menjelaskan bahwa para pendaki ini bertujuan melakukan
pendakian ke Cartenz namun lewat
Sugapa.
Para WNA tersebut sudah tiba di Moses Kilangin pada
Jumat (11/10) lalu terbang ke Sugapa, Intan Jaya. Rombongan pendaki ini dibawa
oleh 4 orang tour guide dari
Sugapamenunju Suanggama dan di sini lokasi Suanggama ini sempat bertemu dengan
grup lain.
"Tanggal 13 mereka ke Cartenz dan tanggal 17 di base
camp dan saat turun ternyata 10 orang lain mereka tidak mampu lewat rute
awal hingga diputuskan menggunakan rute lain," bebernya juga.
Faktor kelelahan ini, kata Pujdo, tak lepas dari
kondisi pendaki yang tak lagi muda."Para pendaki turun ke arah Freeport
walaupun tracking tracknya harus
kembali lewat Sugapa.Jadi tak benar jika 10 warga ini dikatakan
disandera," sambungnya.
Para pendaki ini dikatakan sudah seminggu berada di
puncak dan ketika akan turun inilah muncul permasalah tersebut dimana kondisi
fisik para pendaki tak 100 persen fit
sehingga diputuskan untuk menggunakan jalur lain lewat Timika yang lebih pendek
(dekat). Pujdo menyebut bahwa para pendaki ini turun melewati Zebra Wall Area yang sudah masuk dalam
wilayah pertambangan Grasberg.
Dikatakannya juga, kabar tentangdisanderanya para
WNA ini bisa jadi karena para pendaki tak turun melalui rute pertama sehingga
muncul sangkaan bahwa mereka disandera mengingat setiap pendakian selalu
diberikan waktu secara mendetail menyangkut jadwal kapan akan turun dan kapan
akan tiba di puncak.
"Jadi mungkin saja pos penjagaan yang mereka
lapor curiga mengapa tak turun padahal sudah harinya untuk turun akhirnya ini
dilaporkan," cetusnya lagi.Disinggung soal izin, Sulistiyo juga mengatakan
bahwa para pendaki ini diberi izin masuk namun yang perlu dipahami adalah
dalam pendakian harus mengetahui fisik masing-masing pendaki. Selain itu harus
ada batas usia.
Pihak travel juga harus memastikan fisik pendaki
apakah memiliki riwayat penyakit jantung maupun menyangkut berat badan.
"Ini untuk mengeliminir terjadinya hal teknis di pendakian,"
tandasnya.
Sementara itu, Direktur PT Adventur Cartenz,
Maximus Tipagau yang bergerak di bidang travel pendakian Cartenz membantah
kabar penyanderaan tersebut. "Tidak benar isu kalau ada turis asing
ditahan atau diculik OPM seperti yang disebarkan mereka kepada kedutaannya di
lakarta," ujar Maximus Tipagau dalam emailnya tadi malam.
Ia menegaskan tidak ada OPM di Puncak Carstenz
apalagi di Grasberg area tambang.
"Puncak Cartenz sangat aman bagi pendaki, di sana tidak ada kelompok
separatis seperti yang diisukan," cetusnya.Dijelaskan bahwa parapendaki
ini berangkat dari Timika menuju Sugapa beberapa hari lalu.Lantas melakukan
perjalanan pendakian dari Sugapa menuju Puncak Carstenz yang berada dekat
dengan Grasberg wilayah tambang Freeport.
Rombongan ini kemudian kehabisan logistik,
sehingga masuk area tambang tanpa izin."Karena mereka masuk area tambang
secara ilegal sekalipun, itu untuk meminta bantuan logistik, pihak security Freeport kemudian menahan
mereka," katanya juga.
Jadi, lanjut Maximus, para pendaki itu kehabisan
makanan dan minuman namun bersikap arogan dengan mengatakan mereka diculik
OPM."Yang saya tidak terima, para pendaki melapor ke kedutaannya masing-masing
diculik OPM, padahal mereka masuk area tambang untuk minta bantuan
logistik," tukasnya.
Ditambahkan bahwa saat melakukan pendakian, salah
seorang pendaki mengalami cedera ringan, sehingga memutuskan kembali melalu
area tambang.(ade/fud/jpnn), Sumber
Koran: Indo Pos (22 Oktober 2013/Selasa, Hal. 06)