Kamis, 6
Juni 2013
JAKARTA,
jpnn.com - Mabes TNI AD membantu kepolisian Poso mencegah serangan teroris
susulan. Pasukan dari Kodam VII Wirabuana dikerahkan patroli rutin di beberapa
titik strategis. “Saat ini belum ada penambahan pasukan, tapi memaksimalkan
potensi personel yang ada,” ujar Kepala Dinas Penerangan Mabes TNI AD Brigjen
Rukman Ahmad di Jakarta kemarin (5/6).
Alumni Naval War of College Amerika Serikat itu menegaskan, penjuru penyidikan tetap berada di kepolisian. “TNI hanya membantu pengamanan wilayah. Termasuk pengawasan terhadap kemungkinan orang asing yang berbahaya masuk ke Poso,” katanya.
Pangdam VII Wirabuana Mayjen Muhammad Nizam Selasa
lalu berada di Jakarta dalam acara KSAD. Nizam saat itu memastikan secara umum
suasana kota Poso aman. “Masyarakat umum tidak terpengaruh,” katanya.
TNI juga siap jika dibutuhkan dalam operasi
penangkapan. “Dalam koordinasi raid atau penyerbuan, kita berada di belakang
Polri,” kata Nizam.
Secara terpisah, peneliti terorisme Harits Abu Ulya
menilai bom Mapolres Poso menjadi pembenaran propaganda BNPT selama ini bahwa
Poso adalah sarang terorisme.
“Ada sejarah konflik Poso di masa lalu yang sampai
hari ini belum terurai dengan tuntas. Dan aspek ini menjadikan Poso pusat
perhatian internasional," katanya. Menurut Harits, kasus ini membuka peluang
terusiknya kembali kehidupan masyarakat Poso yang relatif tenang. Sinyal Poso
siaga I kembali ditabuh, seolah-olah dalam kondisi yang sangat genting.
“Kami sering ke Poso, bertemu langsung dengan
masyarakat. Mereka sebenarnya sudah tenang, siapa yang selalu memprovokasi
dengan teror seperti ini,” katanya.
Sayangnya, lanjut Harits, penyidikan kasus teror
selalu satu versi dari penegak hukum. "Masyarakat sipil tidak bisa
melakukan verifikasi, media juga begitu, semua seragam, hanya versi resmi dari
polisi," katanya. (rdl/jpnn/nin)