Rabu, 26 Juni 2013,
11:19
Dwifantya Aquina,
Banjir Ambarita (Papua)
VIVAnews -
Rombongan personel TNI ditembaki sekelompok orang bersenjata yang diduga
Organisasi Papua Merdeka di Distrik Ilu, Kabupaten Puncak Jaya, Selasa 25 Juni
2013. Dua orang meninggal
dunia akibat peristiwa tersebut, yakni satu anggota TNI atas nama Letda I Wayan
Sukarta, anggota Yonif 753 AVT Nabire dan satu lagi sopir mobil warga sipil.
Insiden ini
mendapat perhatian dari Imparsial. Lembaga Swadaya Masyarakat Pemerhati Hak
Asasi Manusia itu memandang Papua masih daerah konflik.
Direktur Eksekutif
Imparsial Poengki Indarti, menyesalkan terjadinya penembakan yang mengakibatkan
dua korban meninggal dunia.
"Kasus
penembakan ini menambah panjang catatan kekerasan yang terjadi di Papua dan
menunjukkan bahwa Papua masih menjadi daerah konflik," ujar Poengki, Rabu
26 Juni 2013.
Untuk itu, Poengki
melanjutkan, Imparsial mendesak pihak berwenang, dalam hal ini Kepolisian, bisa
segera menangkap pelaku, agar segera ada kepastian hukum. Ia juga berharap
Polda Papua bisa paparkan kepada masyarakat, sampai di mana pengusutan terhadap
kekerasan beberapa waktu lalu di Puncak Jaya.
Guna mengakhiri
segala bentuk kekerasan di Papua, Poengki juga meminta pemerintah menyiapkan
dialog dengan kelompok yang berseberangan dengan pemerintah. "Imparsial
berharap Pemerintah tidak phobia terhadap dialog, karena dengan dialog damai,
justru akan menghasilkan rasa saling percaya dan mampu mengurai masalah."
Bukan hanya itu,
Poengki juga meminta agar pemerintah tidak menggunakan kasus-kasus kekerasan
ini sebagai justifikasi untuk terus mengirimkan pasukan ke Papua. Pemerintah,
kata dia, juga jangan selalu berpikiran masalah Papua hanya sekedar masalah
kesejahteraan, tapi juga masalah lain yang harus dituntaskan seperti
pelanggaran HAM.
"Sehingga
solusinya tidak cukup dengan gelontoran dana Otsus atau pendekatan Otsus
Plus," tegasnya. (umi)