Editor:
Mohammad Ridwan
Jumat, 31 Mei
2013 23:57 WIB ,
LENSAINDONESIA.COM: Buntut
insiden bentrok di depan Liquid Cafe di Jalan Thamrin Square Semarang, Rabu
malam (29/05/2013) kemarin, sebanyak 6 anggota TNI dari kesatuan Batalyon
Infanteri 400/Banteng Raiders (BR), Srondol Semarang, ditetapkan tersangka.
Diduga, keenam anggota TNI tersebut terlibat dalam
aksi penganiayaan hingga menyebabkan seorang warga sipil bernama Rido Hehanusa
(32), warga Ambon tewas dengan luka parah.
Akibatnya, Rido yang tinggal di Perumahan Beringin
Blok D19 Semarang itu ditemukan tewas dengan luka di sekujur tubuhnya, Kamis
(30/05/2013).
"Ada enam orang (anggota TNI-red) yang sudah
diperiksa dan ditetapkan menjadi tersangka," kata Komandan Denpom IV/5
Diponegoro Letkol CPM (K) Tri Wahyuningsih saat dikonfirmasi wartawan melalui
via telepon, Jum'at (31/05/2013) siang.
Tri Wahyuningsih juga membenarkan, keenam oknum TNI
tersebut berasal dari kesatuan Batalyon Infanteri 400/Banteng Raiders (BR),
Srondol Semarang. Kendati demikian, ia enggan membeberkan identitas keenam
tersangka. "Untuk selanjutnya, kami akan menyerahkan kepada Kapendam
(Kepala Penerangan Kodam IV/Diponegoro)," katanya.
Kapendam IV/Diponegoro, Kol Inf Widodo Rahardjo saat dihubungi wartawan juga belum
berkenan menyebutkan identitas dan pangkat para tersangka. "Kami masih
melakukan penyidikan, terkait siapa saja yang terlibat pemukulan. Tunggu saja
nanti hasil penyidikan," ujarnya.
Tidak Mau Bayar
Tiket
Informasi yang dihimpun dari sejumlah saksi. Sesaat
sebelum bentrokan, Rido bersama lima pemuda asal Ambon mendatangi klub malam
Liquid di Jalan Thamrin Semarang, Rabu (29/05/2013) malam.
Enam pemuda Ambon ini tidak mau membayar tiket.
Sehingga tidak diperbolehkan masuk oleh petugas keamanan Liquid.
Terjadilah cek-cok mulut. Para pemuda Ambon itu
marah-marah sambil teriak-teriak. Namun hal itu akhirnya bisa diredam dan para
pemuda Ambon itu memilih meninggalkan lokasi.
Namun baru beberapa langkah di depan Liquid Cafe,
tiba-tiba datanglah kelompok pria berbadan kekar, diperkirakan berjumlah 6
orang. Dua di antaranya mengenakan seragam dinas TNI AD. Enam orang yang diduga
anggota TNI itu langsung 'mengeksekusi' para pemuda Ambon. Terjadilah bentrok hingga terjadi baku hantam.
Ada empat pemuda Ambon mengaku dihajar oleh kelompok
TNI itu. Keempat pemuda Ambon, yakni Oktaf, Agus, Zulfikar, dan Is. Sedangkan
dua pemuda Ambon lainnya, yakni Rido dan Feri berhasil lolos dan menuju ke
E-Plaza Simpang Lima Semarang.
Tidak berhenti di situ, kelompok TNI itu ternyata
mengejarnya hingga ke
E-Plaza. Di E-Plaza, Rido dan Feri didatangi dan dicokok oleh sekelompok TNI
itu. Namun entah kenapa, kelompok TNI itu hanya membawa Rido, sedangkan Feri
tidak dibawa. Rido diseret dan dibawa keluar.
Menurut kesaksian Feri, setelah diseret kemudian Rido
dimasukkan ke dalam sebuah taksi. Feri sendiri mengaku tidak mengetahui Rido
hendak dibawa ke mana. Namun dia menduga, Rido dibawa menuju markas Yonif
400/Raiders Srondol, Banyumanik.
Feri sendiri mengaku mengenal salah satu orang
kelompok TNI itu berinisial EK, seorang anggota TNI-Yonif 400/Raiders Srondol
Semarang, berpangkat Kapten. Rido sempat "hilang" misterius, akibat
diculik oknum TNI tersebut.
Atas hilangnya Rido, pihak rekan-rekan pemuda Ambon
kemudian melaporkan kejadian tersebut di kantor Detasemen Polisi Militer
(Denpom) IV/5 Diponegoro, sekitar pukul 20.00. Pihak Denpom tampaknya bergegas
melakukan penyelidikan.
Selang beberapa jam,
Kamis (30/5) sekitar pukul 23.00, Rido ditemukan telah jadi mayat. Anehnya,
hingga petang kemarin, tidak ada yang mengetahui di mana mayat Rido ditemukan
pertama kali. Mayat Rido diantarkan menggunakan mobil ambulans Kesdam IV/DIP
Rumah Sakit Tentara Bhakti Wira Tamtama menuju kamar mayat RSUP Dr Kariadi
Semarang.
Pengiriman mayat tersebut dikawal ketat oleh puluhan
anggota TNI dan Detasemen Polisi Militer (Denpom) 5/IV Diponegoro, Semarang.
Termasuk Komandan Denpom IV/5 Diponegoro Letkol CPM (K) Tri Wahyuningsih pun turut mengantarkan jenazah
yang sekujur tubuhnya hancur, memar, gosong, bekas dihajar itu. Ada dugaan,
Rido "dieksekusi" hingga tewas di sebuah markas TNI hingga kondisi
tubuhnya hancur mengenaskan.
Hingga Jumat (31/5) sore, jenazah Rido masih berada di
kamar jenazah Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Kariadi Semarang. @nursholihin