Semua orang boleh menyampaikan aspirasi, tapj
jangan menistakan simbol negara seperti tadi, kata Letkol Inf Ujang Darwis.
NEKAD, Mungkin itu kata yang tepat menggambarkan
apa yang dilakukan Dandim 0735/Surakarta Letkol Inf Ujang Darwis saat
berlangsungnya aksi demonstrasi berbagai elemen yang menolak kenaikan harga
bahan bakar minyak (BBM) di Bundaran Geladag, Solo, Senin (17/6).
Saat demonstrasi yang digelar gabungan mahasiswa,
BEM UMS, GMNI, IMM, PMII, KAMMI dan masyarakat berlangsung panas-panasnya,
Letkol Inf Ujang Darwis menerobos masuk ke kerumunan massa yang sedang berusaha
untuk membakar foto Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dia pun sempat
"dikeroyok" mahasiswa, dipukul bambu penyangga bendera, namun dia tak
surut merebut foto yang menurutnya "simbol negara" itu dan memadamkan
api yang sudah disulut mahasiswa.
Sejumlah anggota Kepolisian Surakarta tampak
terdiam melihat aksi sang Dandim yang saat itu mengenakan seragamnya.
Barangkali mereka tidak menyangka akan muncul reaksi dari pria yang berlangsung
cepat itu. Namun ketika mengetahui Letkol Inf Ujang Darwis, "dikerumuni"
mahasiswa, mereka pun merangsek masuk dan menariknya dari sana.
"Semua orang boleh menyampaikan aspirasi, tapi
jangan menistakan simbol negara seperti tadi," kata Darwis kemudian.
"Itu tidak boleh dibiarkan, jangan sampai terulang lagi," ucapnya serta-merta,
dan menyebut seharusnya peristiwa seperti ini sudah bisa diantisipasi sejak
awal.
Setelah orasi berlangsung beberapa saat, para
demonstran juga terus melakukan penutupan jalan, sehingga membuat arus
lalu-lintas di jalan tersebut macet total, selama beberapa saat.Setelah
dilakukan negoisasi dengan petugas, jalan bisa dibuka lagi separo bahu jalan.
Wakapolresta Surakarta AKBP Guritno Wibowo, yang
juga berada di lokasi mengatakan bahwa sebelumnya sudah ada imbauan dari aparat
agar mahasiswa menyampaikan aspirasi secara santun dan tidak melanggar aturan.
Mengenai pembakaran foto Presiden, dia hanya mengatakan
akan melihat dokumentasinya dulu. "Ya, nanti kita dokumentasikan dulu.
Kami akan mengimbau juga agar dalam aksi berikutnya hal seperti ini tidak
terjadi lagi," ujarnya.
Sementara itu, koordinator aksi, Wahyudin dalam
orasinya memprotes kebijakan pemerintah yang akan menaikkan harga BBM. Mereka
menuntut antara lain kembalikan Pasal 33 UUD 1945 seperti sebelum amandemen,
hapuskan UU No 27/2007 tentang Penanaman Modal dan UU titipan asing lainnya.
"Berantas korupsi serta miskinkan koruptor,
keadilan APBN untuk rakyat, bukan belanja pejabat dan kemandirian pengelolaan
Migas dan berantas penjualan minyak ilegal," teriaknya. Selain di
Surakarta, aksi demo juga berlangsung di sejumlah daerah di Indonesia, mulai
dari Jakarta, Yogyakarta, Medan, Makassar, dan Jambi. Selain diwarnai bentrok
dengan aparat keamanan, aksi demonstrasi ini juga sempat diwarnai jatuhnya
korban dari pihak wartawan.
Di Jambi, wartawan Trans7 Nugroho Anton terkena
serpihan gas air mata yang ditembakkan polisi saat meliput demo kenaikan harga
BBM, dan selanjutnya dioperasi di RSUD Raden Mat Taher Jambi.
Selain itu, di Ternate, Maluku Utara, wartawan
lainnya juga terluka akibat terkena peluru karet dan pecahan tabung gas air
mata yang ditembakkan polisi.
Di Ternate, massa mulai turun ke jalan sekitar
pukul 07.30 WIT. Sekitar 1.500 hingga 2.000 demonstran yang tergabung dalam
berbagai elemen masyarakat dan mahasiswa melakukan long march. Guna menghindari aktivitas masyarakat terganggu oleh
aksi massa, polisi akhirnya mengalihkan rute long march.
"Massa bermaksud menduduki bandara," kata
Kabag Penum Polri Kombes Pol Agus Rianto, di Gedung Divisi Humas Mabes Polri,
Jalan Senjaya, Jakarta Selatan.
Aksi yarig mulanya berlangsung kondusif tersebut
mendadak berubah. Sekitar pukul 12.05 WIT, massa melakukan tindakan kekerasan
dengan melakukan pelemparan batu dan ketepel ke arah petugas Kepolisian yang
menjaga jalannya aksi.
"Akibat peristiwa itu satu anggota dilarikan
ke UGD RSU Ternate, sementara enam lainnya mengalami luka-luka," ujar
Agus.
Di Jakarta, aksi massa masih berlangsung di depan
gedung DPR/DPD/MPR, Jakarta, meskipun batas waktu untuk melakukan aksi
demonstrasi hanya pada pukul 18.00 WIB.
Di Makassar, Sulawesi Selatan sebanyak 3.000
gabungan TNI dan polisi diterjunkan guna mengantisipasi gerakan anarki terkait
penolakan kenaikan harga BBM. Sebelumnya, terjadi juga bentrok antara mahasiswa
dengan aparat keamanan. Mahasiswa melempari petugas dengan batu.
Sebelumnya, Kepala BIN Marciano Norman menyatakan
aksi demonstrasi tolak kenaikan BBM masih terkendali, dan dia mengimbau agar
aksi demonstrasi tidak anarkis.
"Sejauh ini berjalan masih terkendali dengan
baik. Saya selalu mengimbau kepada seluruh pihak agar menyampaikan aspirasinya
dalam keadaan yang damai," ujar Marciano di Istana Negara, Jakarta.
Marciano mengatakan para pendemo jangan
terprovokasi yang menimbulkan benturan antara kelompok pengunjuk rasa dengan
petugas. Menurutnya hal itu tidak menyelesaikan masalah.
"Kita harapkan mereka menyampaikan aspirasi
dengan baik dan tentu wakil rakyat, pemerintah akan cari solusi yang terbaik.
Sehingga semua berjalan dan situasinya tetap terkendali. Yang penting
masyarakat yang lain dapat melaksanakan aktivitasnya seperti biasa,"
begitu Marciano. (ant/jon), Sumber
Koran: Harian Pelita (18 Juni 2013/Selasa, Hal. 01)