Kamis, 3 Oktober 2013
- 20:06
Purbalingga,
Seruu.com – Raut keriput Abednego
Abu Arifin tampak sumringah saat menerima replika kunci dalam seremonial
penerimaan secara simbolis bantuan rumah dari TNI, Kamis (3/10/2013). Veteran
angkatan ’45 yang pernah menjadi Ajudan Panglima Besar Jenderal Soedirman ini
terus mengumbar senyum karena surat yang dikirimkan ke Presiden Susilo Bambang
Yudoyono Mei lalu, mendapat tanggapan serius. Bantuan rumah itu berada di
Perumahan Dawuhan Asri Sejahtera Blok B no 11 Desa Dawuhan, Kecamatan Padamara,
Purbalingga (Jateng).
“Saya
sebenarnya tidak ingin meminta-minta. Tapi, banyak suara-suara sumbang
mengatakan, kok bisa ya negara menelantarkan seorang pejuang kemerdekaan yang
pernah turut berperang merebut kemerdekaan. Tapi, mulai detik ini, tanggal 3
Oktober pukul 08.25, saya ingin bungkam suara-suara sumbang itu,” tegas pejuang
kelahiran tahun 1921 ini.
Komandan
Korem 071 Wijayakusuma – Banyumas (Jateng), Kolonel Kavaleri Nugroho
Tjendakiarto SH mengatakan pihaknya memang memanfaatkan momen Peringatan Hari
Ulang Tahun (HUT) Tentara Nasional Indonesia (TNI) Ke-68 untuk menyerahkan
rumah ini kepada Abu Arifin. Pihaknya mendapat mandat langsung dari Panglima
Daerah Militer (Pangdam) IV Diponegoro.
“Ini
sebagai bentuk penghormatan kami kepada beliau. Tanpa beliau, salah satunya,
kita mungkin tidak dapat menikmati kemerdekaan seperti saat ini,” jelasnya.
Abu
Arifin dikenal sebagai salah satu pejuang kemerdekaan yang masih sehat
wal’afiat dan produktif di usianya yang ke-92 tahun. Dia tergabung dalam
militer sejak Penjajah Jepang masuk ke Indonesia sekitar tahun 1942. Setelah
Heiho dibubarkan menyusul hengkangnya Jepang dari Nusantara, Arifin bergabung
dengan Badan Keamanan Rakyat (BKR). Karir terbaiknya menjadi Ajudan II Pangsar
Jenderal Soedirman yang juga dipercaya menjadi komandan pasukan perang. Saat
ini, Abu Arifin mengisi sisa hidupnya dengan memberikan pelayanan ke sejumlah
gereja.
“Bukan
hanya saya yang berjuang, istri saya juga ikut berjuang melalui Laskar Wanita,”
ujar suami mediang Soetari yang menikah di tengah peperangan di akhir penjajahan
Belanda, tahun 1949.
Pejuang
dengan karir militer terkhir di CPM berpangkat Mayor, pernah beberapa kali
menerima penghargaan, baik oleh Soekarno, Djuanda, Soeharto dan bahkan beberapa
kali menjadi tamu di Istana Merdeka. Mantan pejuang gerilya ini mengaku sudah
tiga kali bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudoyono, namun belum pernah
mengutarakan kondisi ekonominya.
“Sebelum
mendapatkan tunjangan pensiun veteran empat tahun lalu, saya hanya mengandalkan
penghasilan dari istri termasuk tunjangan duda setelah istri meninggal. Hanya
cukup untuk makan. Saya bersyukur, setelah 90-an tahun saya hidup, akhirnya
punya rumah juga,” ujar kakek 9 anak, 25 cucu dan 5 cicit yang selama ini hidup
di rumah kontrakan.
Menulis Surat Ke
Presiden
Arifin
mengaku terpaksa menulis surat ke Presiden 16 Mei 2013, menuntut perhatian
pemerintah kepada veteran yang tersisa seperti dirinya. Seminggu setelah surat
itu dikirimkan, dia langsung mendapat respon.
Berkali-kali,
dia menerima tamu militer yang menindaklanjuti perintah Presiden untuk
merealisasikan pemberian rumah kepadanya. Bahkan mantan PangdamIV/ Diponegoro
Mayjen TNI Hardiono Saroso juga sempat menyambangi rumah kontrakannya di Gang
Panca Purbalingga Kulon. [PY]