Jumat, 11 Oktober 2013

Mengganjal Prabowo Lewat Buku

Kamis, 10/10/2013 07:46 WIB

detikNews Jakarta - Letnan Jenderal TNI Luhut Binsar Pandjaitan tak kuasa menolak ajakan berbuka puasa K.H. Abdurrahman Wahid di suatu tempat. Kala itu Presiden B.J. Habibie masih berkuasa hingga, beberapa bulan kemudian, Sidang Istimewa Majelis Permusyawaratan Rakyat menolak pertanggungjawabannya pada pengujung 1999. Sambil menunggu beduk magrib, keduanya berbincang ringan, ngalor-ngidul.

“Pak Luhut mau ke mana nanti? Saya dengar mau diangkat jadi dubes (duta besar), ya?” tanya Gus Dur, sapaan Abdurrahman Wahid. “Iya, Gus, saya sudah diarahkan menjadi dubes,” jawab Luhut ringan. (Oleh Menteri Luar Negeri Ali Alatas ketika itu, Luhut diplot menjadi Dubes RI di Singapura, menggantikan Letjen H.B.L. Mantiri.)

“Ah, Anda tidak perlu jadi dubes. Nanti saya jadi presiden, Pak Luhut akan saya lantik jadi KSAD.” Nyatanya, Gus Dur mengangkat Tyasno Sudarto sebagai KSAD dan Luhut “cuma” menjadi Menteri Perindustrian.

Dalam majalah detik edisi 97, cuplikan kisah tersebut tertuang dalam buku Mengawali Integrasi Mengusung Reformasi, Pengabdian Alumni AKABRI Pertama 1970, yang diluncurkan pada Oktober 2012.