Rabu, 09 Oktober 2013

KTT APEC, Suasana "Perang" di Bali



[DENPASAR] Perasaan seram disertai kesal, mungkin sekarang ini ada di benak masyarakat Bali, terutama mereka yang tinggal di kawasan Nusa Dua, Bali. Sebab, ruang gerak mereka terbatas karena aparat keamanan yang bertugas mengamankan jalannya Konferensi Tingkat Tinggi Kerjasama Ekonomi Asia Pasific (KTT APEC) melakukan pengamanan yang superketat, dengan melibatkan 11.000 lebih personel TNI dan Polri.

Sebagai tuan rumah KTT APEC 2013, pulau yang dikenal surganya dunia ini, tidak hanya dijaga ketat di daratan, tetapi juga dijaga superketat dari laut dan udara. Setidaknya, 15 armada di laut dan 16 armada di udara disiagakan, sehingga menambah suasana Pulau Dewata seperti bakal mau perang. Hal itu tentunya ha-rus dimaklumi karena ada puluhan kepala negara yang sudah hadir untuk mengikuti KTT APEC.

Dari pantauan SP Minggu hingga Senin (6-7/10), ketatnya pengamanan ditunjukkan dengan keberadaan personel gabungan TNl-Polri yang tersebar di hampir setiap sudut, bahkan di ganggang. Hal ini bisa dilihat di Jalan Tuban menuju Nusa Dua.

Bahkan pengamanan yang ekstraketat terjadi di kawasan Nusa Dua yang menjadi kawasan Bali Tourism Development Corporation (BTDC). Di kantor yang bertugas dan membawahi hotel di kawasan Nusa Dua ini, tidak satu pun kendaraan, baik roda dua (sepeda motor) maupun empat boleh masuk, kecuali dilengkapi stiker khusus yang dikeluarkan dari pihak pengamanan.

Para pengunjung dan peserta KTT APEC serta wartawan (awak media) hanya bisa masuk kawasan BTDC tersebut, jika dilengkapi dengan identitas (ID) yang dikeluarkan panitia. Itu pun tidak cukup hanya memperlihatkan ID, mereka juga harus melewati pemeriksaan sebelum naik shuttle bus, yang telah disediakan menuju BTDC. Bahkan, benda cair, seperti air mineral, parfum, korek gas yang dibawa pun harus ditanggalkan demi keamanan.

Dua Sistem Senjata
Panglima Komando Gabungan Pengamanan (Pangkogabpam) APEC 2013, Letjen TNI Lodewijk F Paulus menyatakan, dua sistem senjata digunakan dalam rangka pengamanan, untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi seluruh kepala negara, kepala pemerintahan, beserta delegasinya selama KTT APEC yang berlangsung 1-8 Oktober 2013.

"Pengamanan KTT APEC 2013 ketat, tetapi nyaman. Ini petunjuk khusus Bapak Presiden kepada Panglima TNI," tegasnya.

Letnan Jenderal Dia menyatakan, untuk pertama kalinya pengamanan perhelatan internasional ini dipimpin seorang letnan jenderal. Artinya, pemerintah sangat serius menyiapkan dan melaksanakan pengamanan KTT APEC 2013 dengan pola berbeda.

"Seluruh kepala negara dan kepala pemerintahan yang hadir akan mendapat perlakuan sama. Tidak dibeda-bedakan, pengamanan dengan standar sangat tinggi," katanya.

Pola pengamanan yang ketat namun nyaman itu, menjadi pengalaman baru tersendiri bagi TNI dan Kepolisian Indonesia. Kendati dia akui, ada beberapa negara yang meminta hal-hal khusus terkait pengamanan kepala negara atau kepala pemerintahannya. "Hal itu me¬mang terjadi, kami sesuaikan saja dengan keperluan mereka," katanya.

Di sisi lain, pengamanan Very Very Important Person (VVIP) RI 1 juga dilakukan. Selama peng¬amanan VVIP RI 1, KRI Malahayati-362 yang dipimpin Letnan Kolonel Laut (P) Moch M Irchamni bersama pesawat udara patroli maritim TNI-AL mengawasi wilayah perairan. Pengamanan laut dan udara dilakukan untuk mencegah infiltrasi dan sabotase musuh yang mungkin dilakukan melalui perairan. Selain KRI Malahayati-362, ada pula KRI Banda Aceh-593 yang turut mengamankan pelaksanaan KTT APEC 2013.

Selain itu, Satuan Koordinasi Komando Armatim juga mengoptimalkan kekuatan antiudaranya un¬tuk mendukung pengamanan, mulai dari Presiden mendarat hingga meninggalkan Pulau Dewata dari Bandara Ngurah Rai. Radar udara dan senjata antiudara KRI Malahayati selalu siap mengantisipasi ancaman sewaktu-waktu.

Pihaknya juga menerjunkan satu Satuan Tugas Komando Pasukan Katak. Mereka sudah siap di perairan Bali sejak pertengahan September sampai di¬perintahkan kembali ke Surabaya. [137], Sumber Koran: Suara Pembaruan (08 Oktober 2013/Selasa, Hal. 15)