Rabu, 16 Oktober 2013

Budidaya Ikan Ala TNI di Tapal Batas



Menapaki Suruh Tembawang, sebilah desa pedalaman di tapai batas antara Kalbar (Indonesia) dan Sarawak (Malaysia), sangat terasa menapaki sebuah desa yang minim tersentuh pembangunan. Desa yang dihuni sekitar 2.000 pen­duduk ini tidak memiliki infrastruktur dasar yang memadai, bahkan rumah-rumah yang ada umumnya tidak layak huni.

Walaupun masih dalam wilayah Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, warga desa Suruh Temba­wang merasa lebih dekat bertransaksi dagang dengan warga negeri jiran. Tak lain, sebabnya lebih mahalnya biaya perjalanan di wilayah negeri sendiri.

Bayangkan, untuk pergi dari desake ibu kota Kecamatan Entikong hanya memungkinkan menyusuri sungai menggunakan perahu. Bila perjalanan menyusuri sungai ke hilir memakan waktu lima jam sedang ke hulu mencapai tujuh jam. Biayanya sekali jalan Rp 700 ribu. "Bolak batik ongkosnya Rp1,4juta," kata Alex warga Dusun Badat, Desa Suruh Tenmbawang.

Kondisi terisolasi memang me­nyentuh, tidak terkecuali para tentara pengamanan perbatasan yang datang dari Batalyon Infanteri 403/Wirasada Pratista.Tidak lama setelah mendarat di tapal batas. Komandan Satuan Tu­gas Pengamanan Perbatasan [Dansatgas) Letkol Inf Renal Aprindo Sinaga langsung memikirkan bagaimana desa perbatasan ini bisa lebih bisa mening­katkan kesejahteraannya dengan mo­dal alam yang ada.

Akhirnya, terbuka ide pemberda­yaan danau-danau yang cukup banyak tersebar dengan pemberdayaan perikanan air tawar, kegiatan ini bisa me­nambah pendapatan warga karena se­lama ini penduduk desa hanya mampu mengolah hasil kebun.

"Saya melihat di sepanjang daerahperbatasan banyak danau yang tidak dimanfaatkan warga, jadi kita tergerak untuk mengajak masyarakat untuk membudidaya ikan air tawar," ungkap 'Renal.

Kebetulan pasukan yang bernaung di bawah Kodam Diponegoro itu juga sudah memiliki pengalaman dan sudah mempraktikan budidaya perikan­an di Jawa. Setelah dilakukan pember­sihan danau, pada 12 Agustus 2013 mulai diserahkan bantuan sekitar 5.000 bibit ikan air tawar, di antaranya jenis ikan lele dan mujair untuk 10 ke­lompok binaan di Suruh Tembawang. Satu kelompok mewakili satu wilayah RT atau sekitar 20 KK.

Sebanyak 10 tentara turut menga­jarkan cara membudidaya ikan air tawardalam jaring keramba apung ser­ta cara perawatan dan pemberian ma­kanan untuk ikannya. "Sejauh ini, bibit ikan yang sudah kita berikan kepada warga sudah mulai besar dan dalam waktu dekat siap panen," katanya tersenyum.

Kades Suruh Tembawang Gak Mulyadi mengungkapkan, rasa bangganyakepada satgas Pamtas TNI karena selain pemberian bantuan bibit ikan, di­lakukan juga pengajaran tentang budidaya ikan air tawar dan perawatannya.Dengan pengetahuan dan praktik budi­daya ikan yang diajarkan anggota Pamtas, Mulyadi mengharapkan, ke depannya warga sudah bisa mengem­bangkan sendiri.Karena, masih ba­nyak tempat bisa dijadikan untuk pe­ngembangan budidaya air tawar bagi warga di Desa Suruh Tembawang.

Renal sendiri senang dengar antusiasme warga dalam budidaya ikan air tawar ini. Dengan segala keterbatasannya, ia berharap, program pember­dayaan tidak saja meningkatkan kese­jahteraan, tetapi cinta Tanah Air tetapterjaga. (antara ed: muhammad hafil), Sumber Koran: Republika (16 Oktober 2013/Rabu, Hal. 10)