Menapaki Suruh Tembawang, sebilah desa pedalaman di
tapai batas antara Kalbar (Indonesia) dan Sarawak (Malaysia), sangat terasa
menapaki sebuah desa yang minim tersentuh pembangunan. Desa yang dihuni sekitar
2.000 penduduk ini tidak memiliki infrastruktur dasar yang memadai, bahkan
rumah-rumah yang ada umumnya tidak layak huni.
Walaupun masih dalam wilayah Kecamatan Entikong,
Kabupaten Sanggau, warga desa Suruh Tembawang merasa lebih dekat bertransaksi
dagang dengan warga negeri jiran. Tak lain, sebabnya lebih mahalnya biaya
perjalanan di wilayah negeri sendiri.
Bayangkan, untuk pergi dari desake ibu kota
Kecamatan Entikong hanya memungkinkan menyusuri sungai menggunakan perahu. Bila
perjalanan menyusuri sungai ke hilir memakan waktu lima jam sedang ke hulu mencapai
tujuh jam. Biayanya sekali jalan Rp 700 ribu. "Bolak batik ongkosnya Rp1,4juta,"
kata Alex warga Dusun Badat, Desa Suruh Tenmbawang.
Kondisi terisolasi memang menyentuh, tidak
terkecuali para tentara pengamanan perbatasan yang datang dari Batalyon
Infanteri 403/Wirasada Pratista.Tidak lama setelah mendarat di tapal batas.
Komandan Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan [Dansatgas) Letkol Inf Renal
Aprindo Sinaga langsung memikirkan bagaimana desa perbatasan ini bisa lebih
bisa meningkatkan kesejahteraannya dengan modal alam yang ada.
Akhirnya, terbuka ide pemberdayaan danau-danau
yang cukup banyak tersebar dengan pemberdayaan perikanan air tawar, kegiatan
ini bisa menambah pendapatan warga karena selama ini penduduk desa hanya
mampu mengolah hasil kebun.
"Saya melihat di sepanjang daerahperbatasan
banyak danau yang tidak dimanfaatkan warga, jadi kita tergerak untuk mengajak
masyarakat untuk membudidaya ikan air tawar," ungkap 'Renal.
Kebetulan pasukan yang bernaung di bawah Kodam
Diponegoro itu juga sudah memiliki pengalaman dan sudah mempraktikan budidaya
perikanan di Jawa. Setelah dilakukan pembersihan danau, pada 12 Agustus 2013
mulai diserahkan bantuan sekitar 5.000 bibit ikan air tawar, di antaranya jenis
ikan lele dan mujair untuk 10 kelompok binaan di Suruh Tembawang. Satu
kelompok mewakili satu wilayah RT atau sekitar 20 KK.
Sebanyak 10 tentara turut mengajarkan cara
membudidaya ikan air tawardalam jaring keramba apung serta cara perawatan dan
pemberian makanan untuk ikannya. "Sejauh ini, bibit ikan yang sudah kita
berikan kepada warga sudah mulai besar dan dalam waktu dekat siap panen,"
katanya tersenyum.
Kades Suruh Tembawang Gak Mulyadi mengungkapkan,
rasa bangganyakepada satgas Pamtas TNI karena selain pemberian bantuan bibit
ikan, dilakukan juga pengajaran tentang budidaya ikan air tawar dan
perawatannya.Dengan pengetahuan dan praktik budidaya ikan yang diajarkan
anggota Pamtas, Mulyadi mengharapkan, ke depannya warga sudah bisa mengembangkan
sendiri.Karena, masih banyak tempat bisa dijadikan untuk pengembangan
budidaya air tawar bagi warga di Desa Suruh Tembawang.
Renal sendiri senang dengar antusiasme warga dalam
budidaya ikan air tawar ini. Dengan segala keterbatasannya, ia berharap,
program pemberdayaan tidak saja meningkatkan kesejahteraan, tetapi cinta
Tanah Air tetapterjaga. (antara ed:
muhammad hafil), Sumber Koran: Republika (16 Oktober 2013/Rabu, Hal. 10)