Sabtu, 14 September 2013 , 18:12:00
JAKARTA - Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S. Pane menegaskan kasus penembakan Briptu Ruslan di Cimanggis, Depok, Jawa Barat, Jumat (13/9), menjadi satu bukti bahwa polisi makin tidak mampu mengendalikan keamanan Jakarta sebagai ibukota negara.
"Polisi makin kehilangan wibawa," kata Neta S. Pane, Sabtu (14/9).
Menurut Neta, jika pelaku tidak segera ditangkap dikhawatirkan satu dua minggu ke depan akan terjadi lagi kasus penembakan terhadap polisi. Sehingga kasus seperti ini akan menjadi tren kejahatan yang berkepanjangan.
Karenanya, IPW mendesak Polda Metro Jaya segera membentuk tim khusus yang bertugas mengungkap, memburu, dan menangkap pelaku penembakan terhadap polisi.
Dijelaskan, tim itu bisa terdiri dari aparat Polda dan Mabes Polri serta dibantu Badan Intelijen Negara maupun Kodam Jaya serta Mabes TNI.
"Kerja sama Polri, TNI, dan BIN diperlukan mengingat Jakarta adalah pusat pemerintahan yang memang penanganan sistem keamannya perlu ekstra "ketat", sehingga aksi-aksi kejahatan, terutama bersenjata api tidak meluas," beber Neta.
Selain itu, Neta menambahkan, tujuan utamanya agar kasus penembakan ini bisa segera diungkap, pelakunya ditangkap, dan aksi-aksi penembakan disudahi.
Ia menerangkan, jika kasus-kasus ini tidak segera diungkap, percayalah aksi-aksi penembakan terhadap polisi akan terus terjadi dan makin marak. "Bukan mustahil para pejabat Polri dan pejabat pemerintah juga akan menjadi sasaran penembakan," paparnya.
Lebih jauh dia mengatakan, maraknya aksi penembakan polisi ini seakan menunjukkan Jakarta seperti wilayah "tak bertuan". Kondisi ini bisa dimanfaatkan pihak-pihak tertentu untuk mengacaukan situasi Jakarta. "Terutama menjelang pemilu dan pilpres 2014," ungkap penulis buku "Jangan Bosan Mengkritik Polisi" ini.
Menurutnya pula, bervariasinya modus penembakan terhadap polisi belakangan ini menunjukkan bahwa mulai banyaknya pihak yang "ikutan" menjadi pelaku penembakan. "Sepertinya para pelaku tersebut "menantang" polisi," kata Neta. (boy/jpnn)