Rabu, 25 September 2013

Mata-Mata Indonesia dari Inggris



Inggris memang terkenal dengan cerita spi­onasenya.Tengok saja kisah agen mata-mata James Bond 007 yang sudah mengharu biru di jagad perfilman dunia.Ada pula kisah Johnny English yang diperankan secara Jenaka oleh aktor kenamaan, Rowan Atkinson.

Lewat film-film itu, dunia dibuat berdecak kagum oleh kecanggihan alat spionase badan intelijen Inggris, M-15.Sekalipun via layar kaca, namun propaganda kecanggihan alat intelijen Inggris sudah tertanam di tengah pecinta film.

Namun, cerita intelijen Inggris tak hanya menghiasi layar kaca. Pertengahan tahun ini, cerita soal intelijen Inggris tersebar luar ke halaman koran dunia. Dua media Australia, The Age dan The Sydney Morning Heratd membe­berkan bahwa intelijen Inggris lewat alat mata-mata berteknologi tinggi berhasil menyadap sejumlah peserta KTT G-20 pada April 2013.

Dan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono [SBY) menjadi salah satu pemimpin negara yang jadi korban sadapan alat canggih mata-mata Inggris. Kendati protes keras atas aksi spionase Inggris, namun Indonesia ternyata turut meng­akui canggihnya produk mata-mata asal Negeri Ratu Elizabeth itu. Karena itu, Kementerian Pertahanan (Kemhan) tak ragu menggandeng pabrik peralatan mata-mata asal Inggris, Gamma TSE, untuk bekerja sama.

Pemerintah sadar, pertahanan keamanan Indonesia masih sangat butuh alat sadap canggih seperti yang dimiliki Inggris.Atas dasar itu, Kemenhan pun membeli alat sadap yang dipro­duksi pabrik swasta Inggris itu.

"Alat sadap tersebut tak akan digunakan untuk keperluan lain seperti pengungkapan kri­minalitas maupun kepentingan ekonomi ataupun penyadapan-penyadapan lain yang dikhawatir­kan sebagian pihak disalahgunakan," kata Menhan Purnomo Yusgiantoro seusai Penutupan Pendidikan dan Pelatihan Bela Negara PNS Kementerian Pertahanan di Rindam Jaya, Ja­karta, Selasa (25/9).

Menurut Menhan Purnomo, alat mata-mata asal Inggris itu bukan dimaksudkan untuk mengebiri kebebasan masyarakat. Indonesia pun tak memiliki niat tersembunyi di balik alat sadap itu.

Hanya saja, Indonesia ingin memperkuat per­tahanan dan keamanannya."Ada intelijen yang digunakan untuk mengejar kriminal dan ada inte­lijen untuk ekonomi.Sedangkan, kami, intelijen untuk strategis.Oleh karena itu, disebut Badan Intelijen Strategis.Sifatnya betul-betul strategis untuk kepentingan keamanan negara dan perta­hanan negara," kata Purnomo seraya meng­ungkapkan Kementerian Pertahanan di negara mana pun dipastikan ada intelijen strategis.

Pengawasan penggunaan alat sadap ini akan di bawah langsung wewenang Kementerian Pertahanan dan dipastikan tidak akan berben­turan dengan institusi lain.

Kebijakan Kementerian Pertahanan terkait pembelian alat mata-mata Inggris mendapat respons positif dari sejumlah kalangan.Di antaranya adalah Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Tb Hasanuddin."(Pembelian alat sadap) itu me­mang dibutuhkan untuk pemenuhan standar alutsista TNI kita," ujar Hasanuddin.

Pengamat intelijen, Wawan Purwanto, juga punya pandangan yang sama dengan Hasanud­din. Menurutnya; pembelian alat sadap dari Inggris secara etika tidak perlu dipersoalkan.Kendati kebijakan tersebut bakal kontraproduktif dengan tindakan negara Inggris yang pernah memata-matai SBY.

la berpendapat, alat mata-mata dari Inggris ini justru dibutuhkan pemerintah untuk menda­patkan perbandingan teknologi intelijen di tiap-tiap negara. Apalagi, selama ini Indonesia sebe­narnya juga membeli peralatan serupa dari berbagai negara asing lainnya, seperti Jepang, AS, Korea, dan Rusia.

"Karena itu, ini bukanlah hal yang baru.Dengan pembelian itu, pemerintah dapat mela­kukan obeservasi untuk kepentingan kontra intelijen kita.Lemsaneg (Lembaga Sandi Negara) kita sangat piawai dalam hal-hal semacam itu," kata Wawan yakin.

Keyakinan Wawan pun jadi harapan seluruh masyarakat. Harapan bahwa alat mata-mata dari Inggris itu bisa menjaga keamanan Indonesia dari segala ancaman negara lain, termasuk dariInggris sendiri. (ed: abdullah sammy& penulis: Ahmad Islamy Jamil), Sumber Koran: Pelita (25 September 2013/Rabu, Hal. 02)