Jumat, 27 September 2013

Alat Sadap TNI Rawan Terpolitisasi



26 September 2013 | 12:34 wib


JAKARTA, suaramerdeka.com - Kementerian Pertahanan telah mendatangkan alat sadap dan anti sadap dari Inggris. Atas penggunaan alat tersebut dianggap rentan digunakan untuk keperluan politis. Hal ini mengingat pengadaannya berdekatan dengan pesta demokrasi yang akan berlangsung pada 2014.

Direktur Eksekutif Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Titi Anggraini, mengatakan, perlu ada proteksi dari pemerintah jika menginginkan demokrasi di Indonesia berjalan baik.

"Saya memang tidak terlalu paham dengan intelijen. Hanya aturan yang ada seharusnya bisa memproteksi penyimpangan, menghindari pelanggaran dan pelaksanaan pemilu dengan adil. Instrumen penegakan hukum harus bisa melindungi hak peserta pemilu dan pemilih," jelas Titi pada Kamis (26/9).

Kekhawatiran penyalahgunaan alat sadap untuk keperluan politik kelompok tertentu, lanjut Titi, tergantung komitmen negara dalam menghadirkan pemilihan umum (pemilu) yang bebas dan adil.

"Tentu semua yang berkaitan dengan militer tidak boleh terpengaruh dengan politik dan pemilu. Negara dalam hal ini eksekutif, legislatif, dan yudikatif harus bisa menjamin bahwa perangkat militer tak disalahgunakan untuk kepentingan politik kelompok tertentu," paparnya.

Titi mendesak, DPR meningkatkan fungsi pengawasan terkait penggunaan alat sadap oleh aparat penegak hukum, baik TNI, Polri, Kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

"Legislatif diminta meningkatkan fungsi kontrolnya. Mereka kan berasal dari berbagai partai politik. Sehingga, harus bisa menanggulangi penyimpangan yang berpotensi menimbulkan pelanggaran," tandasnya. (Budi Yuwono/CN19/SMNetwork)