23 September, 2013, MEDAN (Berita) : Meyikapi bencana Gunung Sinabung, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Mayjen TNI (Purn) Syamsul Maarif mengatakan Indonesia masih dalam tekanan.
Hal ini dikatakan Syamsul Maarif saat bersilaturahim ke Bumi Warta Harian Waspada, Jumat (20/9) malam. Silaturahim yang dikemas dalam makan bersama ini juga dihadiri oleh Rektor Universitas Sari Mutiara (USM) Indonesia Ivan Elisabeth Purba, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumut Asren Nasution, Anggota DPD RI Parlindungan Purba danlainnya.
Di hadapan Pemimpin Umum Harian Waspada dr Hj.Rayati Syafrin, aktivis lingkungan dan kemanusiaan Dewi Budiati TJ. Said serta sejumlah karyawan dan wartawan Waspada, Syamsul Maarif menyebutkan, dua tahun sejak kemerdekaan,Indonesia selalu di bawah tekanan agresi militer I dan II.
Sampai saat ini pun tetap dibawah tekanan politik,ideologi, budaya, sosial,ekonomi baik dari luar dan dari dalam.”Tetapi hidup itu memang harus ada tekanan. Sebab tekanan itulah yang membuat kita bersyukur, karena akan muncul berbagai potensi yang tersimpan dalam diri kita,” kata Syamsul.
Potensi manusia itu,lanjutnya, seperti kemiri.Minyaknya itu baru muncul setelah ditekan kuat. “Tapi dengan ada tekanan itu ada upaya kita untuk mampu mengembangkan potensi diri dan mengaktualisasikan diri,dan itu harus. Sebab, tidak ada bentuk pendidikan di dunia ini yang menjadikan kita sebuah produk manusia siap pakai,”tuturnya.
Syamsul Maarif dipercaya Presiden SBY mengetuai lembaga BNPB yang terbentuk tahun 2008, dengan posisi setingkat menteri. Syamsul dan BNPB yang dipimpinnya telah berkerja keras mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penanganan bencana dan kedaruratan yang terjadi di Indonesia secara terpadu dan juga melaksanakan penanganan bencana dan kedaruratan mulai dari sebelum, pada saat, dan setelah terjadi bencana yang meliputi pencegahan,kesiap siagaan, penanganan darurat, dan pemulihan.
Pada saat kejadian bencanadi Aceh akhir tahun 2004,Syamsul Maarif terlibat langsung dalam penanganan tsunami karena saat itu pria yang pernah pernah menjadi Danrem Bhaskara Jaya Surabaya, Kasdam V/Brawijaya dan Kapuspen TNI di era reformasi ini sudah menjabat di sana.
Syamsul Maarif juga terlibat dalam penanganan gempa di Jogja tahun 2006.Di tahun yang sama Syamsul Maarif juga berperan aktif mengendalikan bencana asap saat terjadi kebakaran hutan, di Kalimantan maupun di Sumatera tahun 2006. Tak terhitung berapa kali terjadi bencana alam di Indonesia,Kinerja BNPB di bawah kepemimpinan Syamsul Ma’arif cukup menonjol dan berhasil melakukan penanganan serta evakuasi korban serta menyelesaikan pemulihan paska bencana, juga memberikan informasi pencegahan dan melatih kesigapan masyarakat akanb encana alam.
Syamsul mengatakan,adanya bencana alam yang terjadi di Indonesia khususnya di Sumut harusnya membuat masyarakat bercermin tentang perilaku manusia terhadap alam karena menurutnya alam adalah bagian dari manusia. Jadi keduanya harus saling menjaga. “Menjaga lingkungan dapat menjauhkan kita dari bencana alam,” tambah Syamsul.
Selain itu Syamsul menekankan akan pentingnya faktor PAD (pendapatan asli daerah) dalam penangan bencana. Karena tingginya PAD suatu daerah dapat berimbas pada kesejahteraan masyarakat di kawasan itu. Mantan Jendral kelahiran Kediri Jawa Timur 26 September 1950 ini juga menyinggung soal peranan media yang perlu mengedepankan sisi lain dari kejadian bencana, dan tidak melulu mengangkat soal keprihatian para korban bencana alam yang menjurus pada ketergantungan mereka akan bantuan dari pihak terkait. Diselingi candaan segar,namun tetap fokus dalam bahasan penanganan bencana, kunjungan silaturahmi ini diakhiri dengan acara makanm alam bersama rombongan BNPB dan seluruh karyawan Waspada Grup danBerita Sore.