GUNA memperkuat sistem persenjataan sekaligus serangan di udara dalam rangka mene¬gakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), TNI Angkatan Darat akan membeli heli¬kopter serbu jenis Apache yang diharapkan da¬tang pada 2017.
Namun, sebelum datangnya helikopter Mi-35P di tahun 2003 dan helikopter Apache di tahun 2017, TNI AD mengandalkan helikopter ringan atau sedang yang dipersenjatai. Untuk men¬jadikan helikopter tersebut menjadi mesin tempur, heli serbu Penerbad mengadopsi rudal le¬wat jenis AT-9 Spiral-2 dalam paket pengadaan heli Mi-35P. Berkat adopsi rudal otomatis daya deteren satuan heli ser¬bu Penerbad meningkat dan membawa pesan penting di ka¬wasan Asia Tenggara. Rudal ini ekfektif sekali untuk menghada¬pi operasi berskala ringan dan sedang, terutama untuk pen¬umpasan GPK (Gerakan Penga¬cau Keamanan).
Kemudian untuk membabat target yang lebih masif, diper¬cayakan pada roket FFAR 2,75 inchi. Dalam gelar operasi, meski Bell 205-A1 dan NBell-412 punya kemampuan serbu, tapi peran kedua heli ini lebih di¬tekankan pada wahana transport untuk deploy pasukan se¬cara cepat.
Sementara untuk peran heli serbu, Penerbad lebih 'mem¬percayakan' pada jenis heli ser¬ba guna NBO-105 yang mem¬perkuat skadron 21 yang bermarkas di Pondok Cabe. Dengan bobot yang ringan, menjadikan NBO-105 terbilang paling lihai dalam bermanuver. Kombina¬si senjata yang dibawa pun leb¬ih lengkap ketimbang Bell 205 A-l dan NBell-412, sebut saja ada empat senapan mesin FN Herstal M0.32 kaliber 7,62mm yang ditempatkan dalam dua TMP (Twin Machine Gun Pods). atau dua senapan mesin berat kaliber 12,7mm NATO dalam dua FN HMP (Heavy Machine Gun Pods). Konfigurasi lain dari sista di NBO-105 adalah roket FFAR (Folding Fins Air Rock-ets) jenis T.905 kaliber 2,75 inc NATO dalam dua MLRS (Multi-Launch Rocket System).
Sistem persenjataan andal¬an Penerbad di BO-105 adalah FN HMP (Heavy Machine Gun Pods). Senapan mesin ini dibuat oleh pabrik FN Herstal-Belagia yang mengunggulkan HMP 50 dengan caliber 50 (12,7 mm) yang ininya adalah mesin M3P. senjata ini dipasang di bawah konstruksi sayap pesawat uda¬ra atau dipasang pada sisi sam¬ping helikopter dengan tempat kedudukan senjatan model "belly”.
Senjata ini memiliki ketepa¬tan tembak pada jarak 1.500 meter dan mampu melakukan penembakan efektif untuk sa¬saran sejauh 300 meter. Sen¬jata ini memiliki dua versi. Per¬tama, versi HMP (Heavy Machie Gun) pod dengan laras tunggal. Kedua versi TMP (Twi Mag Pod) dengan dua laras. Masukan amunisi dilakukan dari sisi kiri maupun kanan senjata. Dalam satu unit kemasan (pod) senja¬ta dapat menampung sebanyak 250 amunisi. Desain senjata ini sejatinya memang untuk meli¬bas target di permukaan. Kare¬na peran itu, sista ini cocoknya dipasang pada platform pesawat tempur sub sonic, alias pesawat yang mengudara dengan ke¬cepatan rendah.
Pihak. FN menyebutkan, maksimum kecepatan pesawat untuk melepaskan tembakan adalah 0,75 Mach. Alhasil FN HMP memang ideal untuk tu¬gas-tugas anti gerilya, baik di¬pasang pada pesawat sekelas Super Tucano atau helikopter. Jenis-jenis amunisi yang dapat ditembakkan dengan senjata ini antara lain tipe ball M33 tracer M17, armour piercing AP M8, API M8, dan APIT M20. (han/ berbagai sumber), Sumber Koran: Pelita (23 September 2013/Senin, Hal. 17)