Rabu, 25 September 2013

Keringat Kopral Ketika Bertemu Jenderal



KERINGAT bercucuran di pelipis Kopral Kepala (Kopka) TNI Suyud (49).Personel Bin­tara Pembina Desa (Babinsa) di Desa Mekarsari Koramil Pacet Kab.Bandung itu harus berhadapan langsung dengan Pangdam Ill/Siliwangi, Mayjen TNI Dedi Kusnadi Thamim dalam kunjungannya ke Makodim 0609/Kab.Bandung di Jalan Gatot Subroto Kota Cimahi, Selasa (24/9/2013).

Di hadapan para babinsa se-Kodim 0609/Kab.Bandung, saat itu juga Suyud diminta berkomunikasi dengan Kades Mekarsari melalui telefon genggamnya.Saat dihubungi, ternyata telefon kades tak diangkat.

'Tak diangkat, Dan.Telefonnya di­alihkan," ujar Suyud kepada Dedi.

Keringatnya semakin mengucur de­ras, pasalnya Dedi meminta Suyud membuktikan kedekatannya dengan daerah binaannya.Komunikasi yang terjalin dibutuhkan para babinsa sebagai ujung tombak TNI AD sebagai bagian dari bina teritorial demi perta­hanan NKRI.

Suyud semakin panik. Dedi malah terus mengajaknya bergurau sambil berkata, "Jangan-jangan, bukan enggak ada sinyal tapi enggak ada pulsa."

Gerak-gerik Suyud yang grogi sontak mengundang tawa semua yang hadir.Dia pun diberi sekotak kertas tisu untuk mengelap keringatnya."Geus ngesang, kumisna oge nepi ka oyag (Sudah berkeringat, kumisnya saja sampai bergoyang)," ujar Dedi berseloroh mengomentari Suyud.

Saat dicek, ternyata pulsa telefon Suyud tersisa Rp 4.300.'Ya sudah, saya kasih buat pulsa," janji Dedi.Seusai pa­paran, Dedi pun menyerahkan sejum­lah uang langsung dari dompetnya kepada Suyud.

Menurut Dedi, kunci bina teritorial itu dekat dengan masyarakat. "Pembi­naan teritorial harus dilakukan.

Bagaimana melaksanakannya, setiap prajurit punya seni dan cara tersendiri untuk memelihara. Bersama rakyat, TNI semakin kuat, itu harus diting­katkan," ujarnya.

Diakui Dedi, faktor komunikasi yang tinggi membuat para babinsa perlu menyediakan anggaran ekstra untuk bi­aya komunikasi terutama pulsa. Selama ini, babinsa diberi tunjangan untuk kegiatan operasionalnya meski nilainya belum maksimal.

'Ya, mudah-mudahan ke depan akan kita pikirkan untuk dana komunikasi babinsa," tuturnya.

Selama 13 tahun terakhir, Suyud yang sejak 1986 menjadi prajurit TNI AD ber­tugas sebagai babinsa.Berpindah-pin­dah desa menjadikan Suyud kenal dan hafal karakter masing-masing wilayah.

"Di Mekarsari, kebanyakan wilayah­nya hutan. Jadi, harus dijaga betul.Sinyal telefon suka susah, kadang menghambat komunikasi," ujarnya.

Untuk sebulan, dirinya harus menyiapkan biaya pulsa minimal Rp 100.000,-Belum lagi untuk bensin kendaraan. Sedangkan, tunjangan babinsa sebesar Rp 50.000."Maka, uang remu­nerasi biasanya saya pakai buat bensin dan operasional tugas," ucapnya.

Suka duka dialami selama menjadi babinsa.Namun, tugas membela ne­gara seakan tak kenal waktu.Saat orang tertidur, Suyud harus tiba di lokasi keja­dian paling awal."Begitu juga kalau mau istirahat.Baru sampai rumah, ternyata harus balik lagi karena ada ke­jadian di desa," katanya.

Suyud merasa bangga bisa menjadi ujung tombak TNI AD.Apalagi, kalau bisa menyerahkan tongkat komando ke anak satu-satunya.

"Sayangnya, anak saya tabrakan jadi tulangnya patah dan tidak bisa lagi ikut tes TNI.Tugas ini saya jalani sebagai bentuk kecintaan terhadap NKRI," tu­turnya.(Ririn NF/"PR"), Sumber Koran: Pikiran Rakyat (25 September 2013/Rabu, Hal. 06)