Senin, 23 September 2013 | 23:19 WIB, JAYAPURA, KOMPAS.com — Seorang warga tewas dan sejumlah aparat keamanan terluka terkena lemparan batu saat terjadi bentrok antara ratusan warga dan aparat gabungan TNI-Polri di Lapangan Sepak Bola, Waghete, Distrik Tigi, Kabupaten Deiyai, Provinsi Papua, Senin (23/9/2013).
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Papua AKBP Sulistio Pudjo mengatakan, bentrokan terjadi sekitar pukul 11.30 WIT. Kejadian berawal ketika aparat gabungan dari TNI-Polri yang dipimpin Kepala Kepolisian Sektor Tigi Ipda Indra Makmur menggelar razia penyakit masyarakat (pekat) pada hari pasar di Lapangan Sepak Bola Waghete, Distrik Tigi.
Saat mengimbau warga untuk tidak membawa senjata tajam, melarang judi togel, dan minuman keras, tiba-tiba aparat gabungan TNI-Polri mendapat perlawan dari ratusan warga yang memenuhi lapangan bola.
"Perlawanan terjadi ketika dua orang yang tidak senang dengan kehadiran aparat memprovokasi warga, yang spontan membuat mereka marah dan melempari aparat," jelas Sulistio yang dihubungi melalui telepon selulernya.
Dijelaskan Sulistio, awalnya aparat tidak memberikan perlawanan dan hanya berlindung di balik mobil dinas Satpol PP.
"Namun, warga semakin brutal. Seorang anggota TNI dari Koramil Waghete babak belur dihajar warga. Aparat yang memberikan tembakan peringatan ke udara tidak dihiraukan warga yang bertindak anarkistis, merusak mobil Satpol PP, dan menyerang aparat dengan panah. Karena terjepit dan menghindari tindak perusakan lebih banyak, aparat terpaksa melumpuhkan warga," ungkap Sulistio.
Salah seorang warga, Julianus Mote, terluka akibat terkena tembakan. Setelah warga mundur, aparat langsung mengevakuasi Julianus Mote ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Paniai untuk mendapat pertolongan medis. "Karena jarak Waghete dengan RSUD cukup jauh, akhirnya Julianus meninggal dalam perjalanan,” jelasnya.
Situasi di Waghete saat ini sudah berangsur kondusif. Aparat keamanan, menurut Sulistio, sudah mengamankan dua orang yang menjadi provokator terjadinya bentrokan antara warga dan aparat.
Terkait insiden bentrokan antara aparat gabungan TNI-Polri dan warga yang mengakibatkan tewasnya Julianus Mote, Sulistio mengaku akan melakukan evaluasi. "Kami akan mencermati, apakah keputusan melepaskan tembakan sudah sesuai dengan prosedur keadaan terpaksa dan darurat," ungkapnya.
Perlawanan terhadap kegiatan penertiban penyakit masyarakat oleh aparat bukan kali pertama terjadi. Sebelumnya, pada pertengahan Juni 2013 lalu, ratusan warga menyerang dan membakar Markas Polisi Resor Pegunungan Bintan akibat menahan warga yang mengendarai motor dalam keadaan mabuk.