Senin, 30 September 2013

Kekuatan Alutsista Makin Bergigi di Darat, Laut dan Udara



SETELAH nyaris mati suri, modernisasi peralatan tempur Indonesia kini diklaim berjalan secara progresif.Bahkan hingga masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berakhir pada 2014, ditargetkan modernisasi sudah menjangkau sedikitnya 30 persen kebutuhan Minimum Essential Forces (MEF) TNI.

"Dengan dinamika yang terjadi sekarang, (modernisasi) bisa dipercepat," kata Menteri Pertahanan Pumomo Yusgiantoro.

Bahkan, lembaga analisa militer Global Firepower merilis kekuatan militer Indonesia sejak Juni 2013 berada di urutan ke-15 dunia. Untuk kawasan Asia Pasifik, Indonesia tercatat sebagai negara terkuat nomor 7, melampaui Malaysia diurutan 33 dan Singapura diperingkat 47.Untuk regional Asia Tenggara, Indonesia kini adalah negara dengan kemampuan militer terkuat.Ada 40 indikator penilaian yang dilakukan global firepower dalam menilai kekuatan default militer tersebut.

Penambahan sejumlah persenjataan baru, Indonesia kini memang layak diperhitungkan, meski jumlahnya baru sekitar 30 persen dari kebutuhan minimum pertahanan nasional.

Memperkuat alutsista tersebut biayanya memang tidak murah. Tahun ini pemerintah menggelontorkan dana Rp25 triliun. Selama 5 tahun hingga Rp2014, sekitar Rp 150 triliun dianggarkan untuk alutsista dan pembangunan industri pertahanan. Dengan anggaran tersebut, TNI AD akan diperkuat sejumlah senjata canggih. Di antaranya 61 unit Tank Leopard RI, 42 unit Tank Leo-pard 2A4, dan 50 tank Mar-der. Tank produksi Pabrik Rhe-inmettal, Jerman ini tiba secara berangsur mulai September 2013, dan akan ditempatkan di perbatasan Indonesia dan Malaysia.

Untuk artileri, TNI Angkatan Darat membeli MLS Astros II dari, Brasil.MLS Astros.II merupakan mobil tempur yang mampu meluncurkan dua roket, empat roket dan 16 roket. Jika dalam posisi laras peluncuran dua roket, jangkauan yang dicapai hingga 300 km. Astros II akan dioperasikan Yonarmed I/105 Tarik Ajusta Yudha,Singosari, Malang, Jawa Timur.

TNI AD juga menambah daya gempur lewat udara dengan sejumlah helikopter serang. Kini Dinas Penerbang TNI AD riie- " ngandalkan tiga buah Mi-35 Hind E produksi Rusia, dan kini TNI AD telah membeli delapan unit Apache tipe AH-64E seharga USD 500 juta dari AS. Helikopter serang canggih ini akan ditempatkan di Laut China Selatan.

Sedangkan TNI AL juga telah memesan tiga kapal selam dari Korea Selatan, yang diharapkan sudah bisa memperkuat Indonesia mulai tahun 2015. TNI AL juga akan membeli 11 helikopter antikapal selam dan menghidupkan kembali Skadron antikapal selam yang pemah berjaya di tahun 1960. Selain itu, TNI AL juga berencana memesan 35 kapal cepat rudal (KCR) untuk mewujudkan kebutuhan minimum. Dua KCR, yakni KRI Celurit-641, dan KRI Ku-jang-642 telah memperkuat armada barat. TNI AL ingin membeli tiga kapal frigat buatan Inggris.Kapal ini awalnya dipesan Brunei Darussalam, tetapi kemudian tidak jadi karena butuh personel banyak untuk mengawakinya.Untuk marinir, 17 Tank Amfibi BMP-3F dari Rusia telah datang sejak 2012.

Sedangkan TNI AU kini telah lengkap memiliki Skadron Pesawat Tempur Shukoi yakni 16 unit Su-27 SKM dan Su-30 MK 2 buatan Komsomolsk-na Amure Aircraft Production Association (KNAPOj Rusia. Selain itu, Jet tempur ringan T-50 Golden Ea-gle dari Korea Selatan juga mulai berdatangan untuk menggantikan pesawat Hawk yang akan segera dipensiunkan. Selain itu hibah 24 pesawat F-16 D Blok 52 hibah dari Amerika Serikat diharapkan sudah datang pertengahan tahun 2014.

Pesawat serang darat A29A Super Tucano dari Brazil juga sudah bertahap tiba di Indonesia.Pesawat dengan kualifikasi antigerilya dan serangan darat ini menggantikan OV-10 Bron-co yang sudah dibebastugas.-kan.Untuk pesawat angkut, TNI AU dapat tambahan CN-295. Selain itu 6 unit C-130 H Hercules ditambah hibah Australia sebanyak 4 unit untuk pesawat yang sama. Belum lagi pengadaan radar, rudal maupun Skadron UAV.TNI AU juga masih punya pekerjaan rumah untuk Mengganti pesawat F-5 Tiger yang sudah perlu dipensiunkan.Diharapkan penggantinya memang pesawat yang lebih canggih.

Namun upaya modernisasi Alutsista TNI yang membutuhkan anggaran yang cukup be-|sar juga tidak terlepas dari ma-jhalnya biaya perawatan.Belum lagi terkait dengan suku cadang alutsista tersebut.

Kepala Bidang Matra Darat Pusat pengadaan Badan sarana pertahanan Kementerian Pertahanan Kolonel Jimmy Ale-xander Adirman mengatakan, dalam pembelian Alutsista juga mengikutsertakan adanya alih teknologi, terutama untuk pengoperasian dan perawatan yang mengikutsertakan industri pertahanan strategis dalam negeri, seperti PT Pindad, PT PAL, dan yang lainnya.

Saat ditanya wartawan apakah semua pembelian Alutsista itu juga memasukkan kebutuhan suku cadang jika terjadi kerusakan, Jimmy menjawab, semua pembelian itu dikembalikan pada ketersediaan anggaran yang ada."Untuk kebutuhan suku cadang dikembalikan pada kesediaan anggaran.Namun, sebaiknya memang ada paket untuk itu. Misal ada paket suku cadang untuk lima tahun ke depan, tapi jika semua itu dihitung, harganya akan lebih mahal dari peralatan utama yang dibeli. Kita lebih menekankan pada Alut-sistanya," jelas Jimmy.

Kementerian Pertahanan berencana mengalokasikan 20 persen dari pagu anggaran 2014 yang mencapai Rp83,5 triliun atau sekitar Rp 16,7 triliun untuk keperluan pengadaan alat utama sistem persenjataan (alut sista), khususnya untuk membayar kontrak-kontrak yang sudah berjalan.

Kepala Pusat Komunikasi Kemhan Sisriadi mengatakan dari total anggaran yang akan diperoleh lembaga tersebut pada 2014,-sebanyak 48 persen di antaranya akan digunakan untuk belanja pegawai, seperti gaji dan lain-lain. Sementara, sekitar 52 persen di antaranya akan digunakan untuk belanja barang-barang keperluan pendukung pekerjaan seperti kertas dan lainnya, serta untuk belanja modal.

Sementara itu, penambahan sejumlah Alutsista yang dibeli Kemhan, dan kini secara bertahap mulai berdatangan membuat TNI makin bergigi di darat, laut dan udara.Dan tidak dipungkiri banyak negara yang merasa ketar-ketir dengan kekuatan pertahanan saat ini.

Selain itu, juga muncul kritikan dari sejumlah pihak terkait dengan kelayakan alutsista yang dibeli TNI. Kepala Komunikasi Publik Kemhan Brigjen TNI Sisriadi dalam keterangan persnya kepada wartawan di Gedung Urip Sumoharjo, di Kompleks Kemhan baru-baru ini, menagkis serangan terhadap Kemenhan akan kelayakan peralatan yang dibeli untuk kebutuhan TNI itu. Salah satunya terkait dengan tank tempur utama (main battle tank) Leopard 2A4 dan tank menengah Marder buatan Jerman yang kini sudah tiba di Indonesia.

Sisriadi mempertanyakan, bagaimana para pengamat menganggap Leopard hanya layak dipakai di Pulau Jawa dan dianggap bisa membuat jalanan aspal rusak saat dilalui. Menurutnya, pilihan jenis Alutsista yang dibeli tahun ini sudah melalui proses riset dan perencanaan yang baik. Bahkan dia meyakinkan, kritik-kritik terhadap kedatangan Alutsista dilakukan oleh LSM-LSM atau orang-orang tertentu yang perlu dipertanyakan nasionalismenya."Sebenarnya siapa sih yang lebih tahu, pengamat atau kami yang tahu perang?" tegasnya.

Dijelaskannya, berat tiap titik gandar itu 8 kg, itu lebih ringan dari kendaraan kontainer."Kalau masalah kelayakan, Leopard ini bisa dipakai di semua tempat, tidak di Pulau Jawa. Hal-hal teknis seperti itu sudah dibahas sebelum pembelian dan sudah dibicarakan di DPR,”tandasnyam (ay/berbagi sumber)