Rabu, 25 September 2013

Latihan Hanudnas Tutuka XXXVII Tahun 2013_Panglima TNI: Tindak Segala Bentuk Ancaman di Wilayah Udara Nasional



Jakarta,   Kepala Staf Umum (Kasum) TNI Marsdya TNI Boy Syahril Qamar, SE, mewakili Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko, membuka Latihan Pertahanan Udara Nasional (Hanudnas) "Tutuka" XXXVII Tahun 2013 dengan tema "Kohanudnas Siap Melaksanakan Operasi Pertahanan Udara Yurisdiksi Udara Nasional untuk Mencegah, Menangkal dan Me­nanggulangi Setiap Bentuk Ancaman Udara Yang Timbul Untuk Menjaga dan Menjamin Tetap Tegaknya Hukum, Kepentingan dan Kedaulatan NKRI", di Pusdalops Mabes TNI Cilangkap, Jakarta, Selasa (24/9).

Latihan Hanudnas yang dilak­sanakan dari tanggal 24-26 Sep­tember 2013, dan diikuti 1.800 prajurit ini, bertujuan untuk men­guji rencana operasi dan mengu­kur kesiapsiagaan operasional Ko­hanudnas dalam merencanakan, menyelenggarakan dan mengen­dalikan mekanisme kegiatan op­erasi pertahanan udara dalam rangka mewujudkan sebuah sistem pengamatan, penangkalan dan penindakan yang handal terhadap kontinjensi akibat anca­man udara dalam wilayah uda­ra yurisdiksi nasional. Sedangkan sasarannya adalah terujinya ren­cana operasi Kohanudnas 'Tang­kis Petir" TA 2013 sebagai bagian dari rencana strategis TNI.

Adapun materi latihan anta­ra lain menguji rencana operasi Kohanudnas; penyiapan unsur darat, laut dan udara; pelaksanaan kerjasama taksis dan tak­tik; pelaksanaan operasi terbatas untuk dukung pertahanan uda­ra; pelaksanaan dukungan ad­ministrasi logistik dan transpor­tasi taktis unsur darat, laut, dan udara; dan kegiatan K-4IPP (Komando, Kendali, Komunika­si, Komputerisasi, Intelijen, Pen­gamatan, dan Pengintaian) jaja­ran Kohanudnas.

Panglima TNI dalam amanat­nya menyampaikan, bahwa di tengah situasi dunia yang terus berubah, saat ini Indonesia masih akan dihadapkan pada ide dan potensi dampak perang asimetrik atau sering disebut sebagai per­ang generasi keempat. Oleh kare­na itu, dalam rangka menyelengg­arakan pertahanan dan keaman­an negara, maka sangat dibu­tuhkan kreativitas penguasaan wilayah dan kekuatan nasional, guna menghadapi segala bentuk ancaman yang mungkin timbul dari aktor negara dan/atau actor non negara.

Pada sisi sebaliknya, Indone­sia dipandang terlalu kuat oleh pihak-pihak yang punya aspira­si lain, khususnya yang masih belum atau tidak mau meneri­ma konsep NKRI dengan ber­bagai alasan. Dengan demikian dapat dipahami secara jelas bah­wa sasaran dan medan perang asimetrik, dan/atau perang gen­erasi keempat tidak lagi terbatas pada penguasaan wilayah sema­ta, tetapi menjangkau lebih luas pada penguasaan ekonomi, kultur, media, komunikasi, psikolo­gi masa, energi, dan sebagainya.

Mencermati kecenderungan perkembangan tersebut, Kohan­udnas sebagai salah satu kekua­tan pertahanan udara nasional diharapkan dapat melaksanakan segala upaya, guna mengamati, mengidentifikasi, menangkal dan menindak segala bentuk kemung­kinan ancaman yang muncul me­lalui wilayah udara nasional.(ay), Sumber Koran: Pelita(25 September 2013/Rabu, Hal. 16)