Senin, 16 September 2013 , 04:16:00
Kalau saja tidak memakai seragam tentara, tidak akan ada yang menyangka bahwa pria ini adalah anggota TNI. Bicaranya sopan, pelan, dan ramah. "Saya ini memang tidak pernah kepikiran jadi anggota TNI. Dulu masuk UGM (Universitas Gadjah Mada), cita-citanya jadi dokter hewan, merawat ternak-ternak di desa," ujar Kapten (CKM) Joko Suranto saat ditemui Jawa Pos di Pusdikkes TNI-AD Jumat lalu (13/9).
Mencari jadwal kosong Joko bukan perkara gampang. Maklum, kliennya tersebar di seantero Indonesia. Di luar jam dinas, Joko akan berkeliling untuk merawat kuda-kuda yang butuh sentuhan medisnya.
Joko adalah satu-satunya dokter hewan spesialis kuda di lingkungan militer. "Setahu saya, yang sudah bersertifikat spesialis kuda hanya empat orang di Indonesia, yang tiga sipil," katanya.
Jabatan resminya sekarang adalah perwira ahli kesehatan kuda Detasemen Kavaleri Berkuda Kodiklat TNI-AD. Karena itu, meski ada gelar CKM (corp kesehatan militer), Joko mengenakan baret hitam khas kesatuan kavaleri. "Saya lulus UGM tahun 1998, tugas akhir waktu kuliah bukan soal kuda. Jadi, ini semacam terjerumus, tapi nikmat," tutur dia.
Setelah mendapat gelar dokter hewan, pria kelahiran Boyolali, Jateng, 15 Maret 1970, itu mengikuti pendidikan perwira sumber sarjana. Pada 2000 dia langsung berdinas di kavaleri. "Pertama kali masuk langsung diamanahi ngurusi kuda," ujar dia.
Hampir 13 tahun merawat aneka kuda, Joko memperoleh banyak pengalaman. Pada 2001, 2007, dan 2011 dia menjadi dokter resmi kontingen berkuda Indonesia di ajang pesta olahraga Asia Tenggara atau SEA Games. Dia juga menjadi juri di Pekan Olahraga Nasional (PON) 2004 dan 2008. "Saya juga ikut bertanding. Alhamdulillah pernah menang kelas jumping antarmiliter se-Asia Tenggara di Bandung tahun 2008," terang dia.
Setelah memenangi kompetisi, dia diperintahkan untuk mengambil sertifikat dokter hewan spesialis kuda di Melbourne dan Sydney, Australia, selama satu tahun. Sertifikat dari F"d"ration Equestre Internationale tersebut berlaku internasional. Artinya, bapak dua anak itu bisa memeriksa kuda di negara mana pun.
Selain merawat 230 kuda militer di markas Detasemen Kavaleri Berkuda, Joko merupakan dokter untuk kuda milik beberapa tokoh. Misalnya, dia dipercaya merawat kuda milik model sekaligus atlet berkuda Larasati Gading. Joko juga menjadi dokter kuda pribadi untuk koleksi Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Marciano Norman.
Joko juga dokter resmi kuda-kuda inventaris negara yang ditaruh di Istana Cipanas di kaki Gunung Gede, Jawa Barat. "Setiap istana ada binatang yang khas. Misalnya, di Istana Bogor itu harus ada rusa. Nah, kalau di Cipanas, ada kuda," katanya.
Ada 12 kuda yang dirawat di Istana Cipanas. Setidaknya dua kali sebulan Joko berkunjung. "Untuk makanan, tidak ada yang istimewa. Justru jangan berlebihan karena bagi kuda (berlebihan) itu sangat bahaya," tambah dia.
Joko pernah punya misi khusus untuk kuda Istana Cipanas tersebut. Desember tahun lalu Presiden SBY melakukan kunjungan kerja ke Lombok. Di sana presiden melihat langsung pacuan kuda lokal. "Itu yang bertanding kuda ori. Artinya, benar-benar trah kuda Indonesia asli," katanya.
Presiden kesengsem dan memerintahkan agar ada kuda dari sana yang menjadi koleksi Istana Cipanas. Joko ditugaskan untuk mengambil kuda jantan yang diberi nama Sembrani. "Saya jemput langsung bersama tim dengan pesawat Hercules. Jadi, pesawat sebesar Hercules itu hanya diisi satu ekor kuda," papar dia.
Sayang, di Cipanas hanya ada dua pegawai yang sehari-hari mengurus kuda. Menurut Joko, jumlah tersebut kurang ideal. Satu perawat maksimal menangani empat kuda. Efeknya, papar Joko, tampak pada penampilan dan kesehatan kuda. "Ada perawatan harian, mingguan, dan bulanan yang wajib untuk kuda," imbuh dia.
Untuk perawatan harian, misalnya, bulu-bulu dan surai kuda harus dikerok. "Mirip ketika kita mengelus-elus mobil biar mengkilat," katanya. Selain itu, kotoran di kuku harus dibersihkan dan dicungkil. Seminggu sekali kuda harus dimandikan. Lalu, ekor dan surainya dicukur agar tampil menarik. "Kalau pemasangan tapal, idealnya sebulan sekali," ucap dia.
Joko mengakui bahwa kuda pribadi milik kepala BIN lebih terawat daripada kuda militer. Sebab, ada petugas khusus yang dibayar 24 jam. "Pak Marciano punya stable (pusat pemelihaan kuda) di Cikupa, Tangerang," katanya. Putri Marciano, Nadia, juga merupakan atlet berkuda yang andal. "Dulu Pak Marciano masih rutin menunggangi sendiri bersama Ibu. Sekarang sudah jarang, mungkin karena usia juga," kata dia.
Menurut Joko, untuk menunggangi kuda, diperlukan stamina yang prima. Risikonya sangat besar jika tidak berlatih atau tubuh tidak fit. Sering Joko juga merawat pekatik (perawat kuda dalam bahasa Jawa, Red) yang jatuh karena lengah saat menunggang.
Dalam filosofi Jawa, kuda termasuk satu di antara lima syarat seorang pria disebut jalma jangkep (manusia seutuhnya). Syarat lengkapnya adalah punya wisma (rumah), wanita (istri), curiga (keris), kukila (burung), dan turangga (kuda). "Karena itu, rata-rata penghobi kuda tidak hitung-hitungan duit," ungkap dia.
Gengsi dan prestise lebih mendominasi, bahkan sering mengalahkan akal sehat. "Harganya juga bervariasi. Walenstein milik Bu Larasati hingga kisaran Rp 2 miliar. Wadeki milik Pak Marciano kisaran Rp 1 miliar," terang dia.
Untuk kuda lokal, harga Rp 100 juta sudah bagus. "Tapi, ya itu tadi, nggak bisa dinilai. Misalnya suka dengan satu kuda, ditawarkan berapa pun akan diambil. Seperti perkutut. Beda dengan sapi, bisa ditaksir kalau disembelih ada berapa kilo dagingnya," papar dia.
Dari sisi kepercayaan tradisional, ada juga katuranggan kuda, dilihat dari gagahnya, dari unyer-unyer, dari panjang surai, dan sebagainya. "Ada yang bilang satu kuda membawa keberkahan. Ya, itu mitos, boleh percaya boleh tidak," ucap dia.
Saat ini di kalangan penghobi kuda sedang tren cross breeding atau kawin silang antarras. Kelebihan kuda ras asing adalah postur yang gagah besar. Tapi, daya tahannya terhadap iklim Indonesia lemah. Sebaliknya, kuda orisinal Indonesia berpostur kecil, tapi tahan banting di segala cuaca. "Kawin silang itu berusaha mendapatkan turunan yang gagah, namun tahan terhadap iklim Indonesia," papar dia.
Ras hasil persilangan tersebut bisa diperoleh dengan kawin alami atau kawin suntik (inseminasi buatan). "Proses mengawinkan secara alami sudah jarang karena tekniknya yang memakan biaya dan berisiko. Bisa tersepak kuda yang berahi," ungkap dia.
Joko menjelaskan, jika perempuan punya masa subur, kuda betina juga punya siklus reproduksi. Siklusnya tiap 21 hari. Dari waktu itu, hanya empat hari kuda betina bersedia dikawin oleh pejantan. Jika salah memperkirakan hari, bukan bermesraan, kuda itu justru berkelahi hebat. "Kalau ceweknya belum mood, risikonya ya orang-orang di sekitarnya kena amuk juga," ucap dia.
Belasan tahun menjadi dokter spesialis kuda, Joko sebenarnya sudah hafal kapan masa berahi kuda betina itu. Tandanya disingkat a3, b3, dan c2. "Abang, abuh, anget, bengak-bengok, cingkrak-cingkrik," jelasnya. Kelamin betina akan memerah, membengkak, dan menghangat. Perilakunya juga sering meringkik dan genit (cingkrak-cingkrik). "Tapi, ya tetap bisa salah menduga hari," ujarnya.
Karena itu, yang lebih aman adalah teknik inseminasi buatan (IB). Secara teknis, sperma kuda jantan disuntikkan ke rahim kuda betina. "IB lebih praktis karena betinanya nggak perlu diangkut. Cukup orangnya yang datang. Bayangin kalau pejantan di Bogor, betinanya dari Bali, ribet dan makan ongkos," katanya.
Untuk mengumpulkan sperma, kuda jantan dirangsang dengan boneka khusus dari spons yang dibuat mirip dengan punggung kuda betina. Boneka itu diolesi cairan dari kelamin kuda betina yang sedang subur. Zat feromon tersebut akan membuat pejantan berfantasi bahwa ia benar-benar sedang bermesraan dengan si betina. Boneka itu juga diengkapi dengan liang vagina buatan untuk menampung sperma pejantan. Dengan waktu 30"45 menit, kuda jantan sudah bisa ejakulasi. "Memang bisa lebih lama. Karena itu, kami juga berikan minyak khusus agar lebih cepat keluarnya," papar dia.
Sekali ejakulasi, sperma kuda jantan bisa cukup untuk membuahi delapan kuda betina. Kalau fresh, sperma bisa tahan tiga hari. Kalau dibekukan, sperma itu bisa bertahan sampai bertahun-tahun. Sperma dibekukan dengan suhu minus 20 derajat Celsius.
"Biaya proses IB Rp 15 juta hingga Rp 20 juta. Itu sudah garansi, termasuk USG dan pemantauan kehamilan," terang dia. Maksudnya, jika sperma gagal membuahi, proses bisa diulang dengan sperma kuda lain.
Kunci merawat dan sukses menekuni hobi kuda, tambah Joko, adalah interaksi. "Kuda itu harus diajak bicara layaknya manusia. Dibisiki karena nalurinya snagat kuat," katanya. Kuda bisa membedakan orang baru dengan orang yang setiap hari merawatnya.
"Karena itu, setiap ada siswa baru belajar kuda, harus memberi makan, membersihkan kotoran, setiap hari," ujar pembina Unit Kegiatan Mahasiswa Berkuda UGM itu. Mahasiswa yang tertarik untuk menekuni berkuda akan diajak Joko ke markas kavaleri kuda di Parompong.
Atlet berkuda yang sukses biasanya juga merawat sendiri kudanya. "Kendali kuda itu di tangan dan kaki. Kasar atau halus entakannya, ia merasakan. Beda dengan balap mobil atau motor yang mekanis," ungkap dia. Di lingkungan TNI-AD, kini Joko memelopori pengecapan tubuh kuda dengan nitrogen beku bersuhu minus 20 derajat Celsius. "Jadi, kuda sudah tidak merasakan sakit seperti di film-film koboi itu. Hanya nyes sekitar satu menit," kata suami drh RR Retno Endrawati tersebut.
Mengurusi ratusan kuda tak membuat Joko jauh dari keluarga. Setidaknya sebulan sekali dia menyempatkan diri menengok keluarganya di Purbalingga, Jawa Tengah. "Istri saya kebetulan juga dokter hewan. Jadi maklum bahwa kasih sayang antarmanusia juga harus rela dibagi dengan kuda," tandas dia. (*/c11/ca)