Jumat, 7 Juni 2013 19:56 WIB
TRIBUNNEWS.COM - Indonesia dan Malaysia yang secara geografis berada dalam
wilayah kawasan yang sama yakni ASEAN, tidak luput dari kemungkinan dampak
fenomena tantangan dan ancaman non-tradisional (non-conventional threats) yang
timbul dan merupakan fenomena baru antara lain berkisar pada aksi terorisme
serta pembajakan udara dan perompakan di laut. Demikian rilis yang diterima
redaksi Tribunnews.com dari Puspen TNI.
Fenomena ini muncul
dalam serangkaian kemajuan pesat pada pembangunan teknologi peralatan perang
dan kemajuan dunia industri militer yang semakin canggih dan modern,
demikian disampaikan Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, S.E. pada pembukaan Latihan
Gabungan Bersama (Latgabma) Malaysia-Indonesia (Malindo) Darat-Samudera-Angkasa
(Darsasa)-8AB/2013, di Lapangan Upacara Lanud Soewondo, Medan, Jumat
(7/6/2013). Turut hadir, Panglima ATM (Angkatan Tentera Malaysia) Jeneral Tan
Sri Dato Sri Zulkifeli Bin Mohd Zin dan beberapa pejabat dari ATM dan TNI.
Selanjutnya dikatakan Panglima TNI, ancaman non-tradisional tersebut telah
berkembang menjadi kejahatan lintas negara yang menuntut kita semua untuk
meresponnya dengan sungguh-sungguh. Masyarakat Internasional saat ini terus
dihantui oleh kekhawatiran bahaya terorisme, sejumlah peristiwa terorisme
menunjukkan adanya mata rantai antara kelompok dari dalam dan luar negeri.
Bertolak dari berbagai perkembangan tersebut, Latgabma Malindo Darsasa
harus terus dikembangkan dan ditingkatkan, baik dalam konteks strategi, metoda,
maupun teknik, taktik dan pendekatan, sebagai upaya membangun Interoperability,
dalam rangka menghadapi strategi serta besaran, luas dan kompleksitas dampak
ancaman aksi terorisme dan sejenisnya.
Harus diakui bahwa memerangi aksi terorisme yang saat ini telah berkembang
pesat baik skala ataupun metodanya, tidak dapat diselesaikan oleh hanya satu
negara saja secara sendiri. Memerangi aksi terorisme dalam konteks
bilateral dan regional, diperlukan suatu kerjasama yang terkoordinasi secara
strategis dan komprehensif, dalam hubungan kerjasama Lintas Angkatan
Bersenjata atau Lintas Nasional, dan secara simultan bersifat pre-emptif,
preventif dan represif, serta dengan pra-syarat kemampuan yang harus dimiliki
oleh satuan dan prajurit TNI dan ATM kesemuanya
itu dapat dibentuk melalui Latgabma Malindo Darsasa, yang akan dilaksanakan
selama sepekan ke depan ini.
Panglima TNI juga mengatakan,
yang harus dilakukan adalah bekerjasama dalam berbagai kegiatan atas dasar
saling menghargai dan saling menghormati untuk kepentingan dan manfaat
bersama. Untuk itulah, Latgabma Malindo Darsasa diharapkan
akan menjadi The Cutting Edge bagi kedua negara dalam memerangi beragam
tantangan dan ancaman yang secara nyata telah menjadi musuh bersama bagi
Indonesia dan Malaysia. Kegiatan latihan yang semula empat tahun menjadi tiga
tahun, juga merupakan landasan kuat bagi kedua Angkatan Bersenjata bekerjasama
secara intensif dan luas, khususnya ketiga pasukan khusus dari ketiga angkatan
kedua negara, sebagai ujung tombak (The Spearhead) dalam memerangi berbagai
bentuk aksi terorisme.
Sebelum
mengakhiri sambutannya, Panglima TNI menegaskan,
kuasai dan pahami dengan baik, tujuan dan sasaran latihan, mengingat latihan
ini tidak sekedar memenuhi program dan kegiatan yang telah ditetapkan dan
disepakati bersama. Patuhi dan cermati secara mendalam SOP (Standard Operating
Procedure) dan ROE (Rules Of Engagements) dalam latihan, agar mampu
meningkatkan kapasitas dan kapabilitas satuan serta para prajurit sekalian
secara kelompok ataupun individu, dalam membangun interoperability antara
Tentara Nasional Indonesia dan Angkatan Tentera Malaysia, dihadapkan pada
kecenderungan kondisi faktual perkembangan aksi dan modus operandi terorisme
saat ini dan di masa yang akan datang. Jaga keselamatan dan keamanan diri serta
kekompakan para peserta sekalian, agar mampu mencapai tujuan latihan
dengan maksimal dan sempurna.
Editor: Widiyabuana Andarias