Jakarta, Semangat
Pancasila, yang diperingati setiap 1 Juni, dirasakan semakin melemah dengan
adanya perbuatan intoleran oleh kelompok tertentu terhadap kaum minoritas.
Padahal, Pancasila itu bagaikan kain tenun yang tidak dapat kembali seperti semula
jika sudah dirobek.
"Pancasila
itu seperti tenun, ikatannya tak boleh robek. Harus selalu dijaga karena
sekali robek akan rusak semuanya," kata Rektor Universitas Paramadina,
Anies Baswedan, dalam diskusi "Pancasila Jiwa Bangsa" di Gedung
Perpustakaan Nasional, Jakarta, Minggu (2/6).
Anies
menambahkan semangat Pancasila saat ini dirasakan semakin melemah dengan
adanya perbuatan intoleran oleh kelompok tertentu terhadap kaum minoritas.
"Di dunia ini selalu ada toleransi dan
intoleransi. Akan tetapi, ketika intoleransi diekspresikan dengan kekerasan,
pelakunya harus dimasukkan ke penjara," kata dia.
Oleh
karena itu, dia mengajak semua pihak untuk memberikan apresiasi terhadap
perbuatan pancasilais dan mendorong Pancasila untuk dibangkitkan lagi
semangatnya.
"Mari
kita mengapresiasi bagi yang menjunjung tinggi Pancasila karena mereka yang
menjadi simbol negara telah gagal mengapresiasi orang-orang yang menjunjung
Pancasila," kata dia.
Anies
juga mengingatkan masyarakat agar memilih pemimpin yang mampu menjaga keutuhan
Pancasila. Menurut Anies, pemimpin yang ideal adalah mereka yang mampu menjaga keutuhan
Pancasila. "Tahun 2014 ke depan tak boleh ada lagi pemimpin yang membiarkan
perobek Pancasila dibiarkan," kata dia.
Selain
menjaga Pancasila, Anies mengatakan aspek gotong royong perlu dikedepankan.
Pemimpin juga harus memikirkan bagaimana mencerdaskan anak bangsa. Sebab, hal
itu merupakan investasi pembangunan kualitas sumber daya manusia untuk dapat
bersaing dengan dunia.
"Bagaimana
melawan seluruh dunia kalau kualitas manusianya tidak ditingkatkan? Kita
harus bangkit dan mengatakan cerdaskan seluruh anak Indonesia. Dengan cerdas,
maka mereka mencapai kesejahteraan," ujar dia.
Kualitas Manusia
Dekan
FISIP UI, Bambang Shergi Laksmono, menambahkan Pancasila merupakan tantangan
pendidikan bagi para pemuda sebagai modal untuk membangun negara.
"Pancasila bukan sebuah doktrin moralitas saja, melainkan
modalitas bangsa yang mendorong dan membuka jalan masa depan," ujar dia.
Sebelumnya,
diLapangan
Pancasila Ende, Nusa Tenggara Timur, dalam puncak peringatan Hari Pancasila,
Wapres Boediono mengatakan asas-asas Pancasila harus dipraktikkan dalam
kehidupan sehari-hari, dan sebaliknya, tidak dimatikan dalam praktik sosial.
Selain itu, Pancasila akan efektif dalam praktik sosial jika dapat diwujudkan
dalam pelbagai hukum positif yang mengatur hidup bersama.
"Sikap saling menghormati akan selalu gagal
apabila asas-asas Pancasila dimatikan dalam praktik sosial kita
sehari-hari," kata Wapres Boediono, Sabtu (1/6). (fdl/Ant/N-1), Sumber: Koran Jakarta (03 Juni
2013/Senin, Hal. 01)