Selasa, 04 Juni 2013

Dua Jubah Tua di Museum Mandala Siliwangi

Bandung,   Mungkin tidak banyak muse­um yang memiliki koleksi ben­da bersejarah seperti di Museum Mandala Wangsit Siliwangi Band­ung. Malah di museum ini, ter­simpan rapi dua baju kurung atau jubah milik tokoh-tokoh perjuan­gan, satu berwarna hitam dan satu coklat.

Jubah hitam sekitar 1926 dipakai oleh Kyai Agung Caringin ketika memimpin para santri dan masyarakat di daerah Menes Banten, dalam melancarakan per­lawanan terhadap penjajah Be­landa. Sedangkan Jubah putih dipakai oleh H Hasan Arief seki­tar tahun 1916. Saat itu; beliau memimpin para santri di daerah Cimareme Garut melawan Belan­da. Kedua jubah itu terpajang rapi di di dinding museum yang baru selesai di rehap itu.

"Menurut cerita keluarga kedua tokoh ini, setiap melakukan per­lawanan dengan penjajah, Kyai Agung Caringin dan Hasan Arief selalu memakai jubah ini, sehingga pihak penjajah tidak bisa me­lihat mereka, bisa disebut jubah ini sakti karena bisa menghilang," jelas Sersan Mayor Apang Mustafa dan Sertu Emon, pemandu Museum kepada Harian Pelita saat berkunjung ke Museum itu Sab­tu lalu.

Kedua pemandu setia ini menceritakan, sejarah perjuangan H. Hasan Arief adalah ketika Mar­sose Belanda, beliau tidak mau menyerahkan hasil bumi kepada penjajah. "Saat itu beliau bersa­ma santri sedang shalat dhuhur di masjid yang terbuat dari bam­bu. Penjajah datang dan menen­dang pintu hingga jebol, langsung dibrondong, dan semua tewas, itu terjadi pada 1926," tambah Ser­tu Emon.

Selain baju kurung yang bisa hilang ini, KH. Hasan Arief menin­ggalkan beduk dan keris. Keris ti­dak diserahkan kepada siapapun, terus melekat dibadannya. "Baju atau jubah ini diberikan oleh ke­luarga beliau, digunakan zaman sebelum kemerdekaan, saat pen­jajah masuk ke RI. Beliau sering pakai jubah ini saat menghadapi musuh, dan sampai sakarang ma­sih awet," ungkap Apang.

Sama halnya dengan Kyai Agung Caringin, sejarahnya wak­tu baju kurung dipakai beliau saat berjuang melawan musuh, tidak kelihatan.

Kyai Agung Caringin, berperang secara konvensional. Pergerakan­nya mulai teluk Jakarta hing­ga Pandeglang. "Wafatnya dalam peperangan juga, dan muncul to­koh-tokoh pejuang lain. Pening­galannya golok wasiat, pedang sibela, dan keris.

Dimintai komentarnya, Kabintaldam III/Slw Kol. Inf Hindro Susilo menjelaskan, gedung museum Mandala Wangsit Siliwangi ini, baru saja direhab. "Baru tahun ini ada bantuan dari Pangdam, karena beliau peduli sama muse­um, mulai Pebruari lalu, mulai di rehab. Selama ini tidak ada ban­tuan untuk anggaran pemelihara­an dari Pemerintah Propinsi Jabar, maupun Pemerintah Kota Band­ung," tegas Hindro singkat. (ma), Sumber Koran: Harian Pelita (03 Juni 2013/Senin, Hal. 06)