Jakarta, Anggota parlemen Mahfudz Siddiq mengakui
Kementerian Pertahanan telah mengajukan tambahan anggaran khusus untuk
pengadaan Helikopter Serang Apache beserta persenjataannya dan pesawat Hercules
C-130 eksRAAF, Australia sebesar Rp 6 triliun, yang berasal dari dana on top
atau pinjaman dari luar negeri.
"Kalau pesawat Hercules itu sendiri dari
Australia dalam bentuk hibah, sebanyak enam unit dari Australia. Tapi ini masih
akan dibahas secara mendalam dalam rapat terpisah nantinya, jika penggunaan
dana on top untuk keperluan hal ini dapat dipenuhi," ujar Ketua Komisi I
DPR RI Mahfudz Siddiq, menceritakan hasil raker Komisi I dengan Menhan dan Panglima
TNI membahas Perubahan APBN 2013 dan RAPBN 2014 yang dilakukan secara
tertutup, Senin (10/6).
Kata Mahfudz, memang sebelumnya secara informal
pihak TNI AD berencana membeli pesawat serbu Apache, tetapi terganjal soal
sumber pendanaannya. Karena pihak Kemenkeu meminta alokasi anggaran pembelian
Apache itu diambil dari pos anggaran TNI AD sendiri.
"Pihak TNI AD keberatan kalau untuk belanja
Apache itu menggunakan anggaran reguler TNI AD, sendiri, karena jelas akan
sangat membebani anggaran untuk pembiayaan rutin. Karena mereka usulkan di
2014, pengadaan Apache sumbernya dari dana on top.
Juga pengadaan Hercules TNI AU, sama sumber
pembiayaannya dari dana on top, yang jumlahnya masih sangat besar, yaitu
masih tersisa sekitar Rp 30 triliun, dari alokasi dana on top 2010-2014 sekitar
Rp 50 triliun," tegasnya.
Sementara, proses hibah empat unit pesawat C130
Hercules dari Australia tetap berlanjut. Kementerian Pertahanan mengatakan
pihak Australia saat ini sedang mengerjakan perbaikan dan peremajaan pesawat angkut itu.
Kementerian menyebutkan salah satu pesawat Hercules
selesai diperbaiki dan siap dikirim ke Tanah Air. "Setidaknya satu unit
pesawat akan datang dalam waktu dekat," kata Kepala Badan Sarana
Pertahanan, Laksamana Muda Rachmad Lubis.
Rachmad melanjutkan, perbaikan empat unit pesawat
buatan Lockheed Martin merogoh kantong Indonesia sebesar US$ 63 juta atau
sekitar Rp 620 miliar. Tiga sisa pesawat Hercules akan dikirim pemerintah Australia
paling lambat awal tahun depan.
Berbagai pihak masih bimbang menanggapi tawaran
hibah empat unit pesawat Hercules dari Australia. Sebab, Indonesia lebih
banyak rugi ketimbang untung menerima hibah pesawat angkut dari Negeri Kanguru
itu. Salah satunya biaya perawatan yang terlalu mahal.
Anggaran yang harus digelon-torkan Indonesia untuk
biaya perbaikan empat unit Hercules Australia mencapai US$ 150 atau sekitar Rp
1,48 triliun. Angka itu hampir separuh dari biaya pembelian empat unit pesawat
Hercules baru. Kerugian lain, spesifikasi Hercules Australia tersebut berbeda
dengan Hercules milik Indonesia. Hingga kini, TNI AU memiliki C 130 Hercules
tipe J dan L, sementara milik Australia bertipe M dan Q. Dengan demikian,
suku cadang harus dibeli baru. (zis),
Sumber Koran: Harian Pelita (12 Juni 2013/Rabu, Hal. 17)