Jakarta, Suara Karya
(19/02/13, Hal 04)
Panglima TNI Laksamana TNI
Agus Suhartono, mengatakan, TNI harus siap menghadapi ancaman perang hibrida
dengan segera beradaptasi dengan situasi yang berkembang agar dapat mengantisipasi
dan mengatasinya. Hal itu dikatakan Panglima
TNI dalam amanatnya yang dibacakan oleh Kapuskes TNI Mayjen TNI dr. Dedy Achdiat,
Dasuki, SpM saat upacara 17an di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta, Senin (18/2).
Menurut dia, beberapa negara
maju telah mengarahkan perhatian secara khusus kepada trend baru ancaman,
yaitu Perang Hibrida (hybrid war). Perang Hibrida merupakan
sebuah strategi militer yang memadukan antara perang konvensional, perang yang
tidak teratur dan ancaman cyber warfare, baik berupa serangan nuklir, senjata
biologi dan kimia, alat peledak improvisasi dan perang informasi.
Berbagai dinamika dan keriuhan
dalam pengadaan alutsista TNI selama tiga tahun belakangan ini, lanjut
Panglima TNI, semakin memberikan kedewasaan peran bagi TNI.
Kesungguhan pemerintah dalam
menata pertahanan dan keamanan negara, tidak hanya diproyeksikan untuk
menghadapi musuh dari luar, tetapi juga menyiapkan kemungkinan berkembangnya
Perang Hibrida dan masalah terorisme di dalam negeri.
Pengadaan pesawat tempur
sergap Super Tucano yang sejalan dengan pengadaan pesawat Counter Insurgeney
(Coin) TNI AU, merupakan salah satu mengantisipasi kemungkinan berkembangnya
aksi terorisme. Demikian pula pembelian dan pengadaan alutsista matra darat
dan laut yang dimaksudkan untuk menghadapi ancaman Perang Hibrida.
Oleh karena itu, tutur Agus,
keterpaduan, koordinasi dan komunikasi antar matra dan dengan segenap
institusi terkait, merupakan kata kunci yang paling penting. "Semakin kuat keterpaduan
dan koordinasi yang dilakukan, maka upaya yang ditempuh dalam mengatasi segala
permasalahan di daerah akan semakin efektif, sebagaimana yang diamanatkan oleh
Undang-Undang nomor 34 tahun 2004 tentang TNI, dan dioperasionalkan sesuai
instruksi Presiden nomor 2 tahun 2013, dalam penanganan gangguan keamanan
secara terpadu, termasuk konflik sosial dan terorisme," katanya.
Dalam kaitan perkembangan
ancaman terorisme, Panglima TNI berharap agar semua komponen bangsa memiliki
naluri keamanan dan fokus pada upaya pencegahan, serta penanggulangan
terorisme melalui aksi kepedulian dan kewaspadaan terhadap situasi lingkungannya
karena unsur teroris di Indonesia kini beralih ke arah serangan tradisional
dalam memperjuangkan ideologi sesuai dengan kepentingannya. (Feber
S/Ant/Kartoyo DS), Sumber : Suara Karya