Penulis : Ratih
Prahesti Sudarsono | Senin, 25 Februari 2013 | 22:46 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com
- Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono mengatakan, tantangan tugas yang
dihadapi TNI tidak bergerak linear dan tunggal. Implikasinya dapat menyentuh,
merambah, dan mengait semua aspek kehidupan, baik politik dan sosial budaya, maupun
pertahanan dan keamanan.
Selain itu,
ketidakpercayaan adalah satu dari lima ide atau gagasan berbahaya yang
berkembang saat ini, karena menjadi sumber konflik antara kelompok dalam
masyarakat. Setiap prajurit TNI harus mewaspadainya, antara lain mengingat kita
memasuki tahun politik 2013 dan Pemilu 2014.
Hal tersebut
Panglima TNI ingatkan saat menerima Laporan Korps Kenaikan Pangkat 40 Perwira
Tinggi (Pati) TNI, di Ruang Hening Mabes TNI Cilangkap Jakarta, Senin
(25/2/2013), sebagaimana dilansir dalam siaran pers Pusat Penerangan TNI.
Menurut Panglima
TNI, satu kerawanan dapat menyelam dan kemudian eksis pada semua aspek
kehidupan. Sebaliknya, satu aspek kehidupan dapat menghadirkan berbagai
kerawanan yang begitu variatif, yang akumulasinya tidak jarang mengarah pada
timbulnya masalah keamanan.
Terlebih
faktor-faktor SARA sudah berbaur menjadi satu.Dan, belakangan ini timbul
tendensi bahwa konflik tidak selamanya bersumber dari kekuasaan, ideologi, atau
ekonomi.
Mencermati hasil
penelitian ahli psikologi Roy J Eidelson, terdapat lima ide, gagasan, atau
kepercayaan berbahaya, yang memicu
kekerasan antara kelompok dan memunculkan radikalisme di Indonesia. Kelimanya
adalah superioritas, ketidakadilan, kerentanan, ketidakpercayaan, dan
ketidakberdayaan.
Dari kelima ide
tersebut, menurut Panglima TNI Agus Suhartono, ketidakpercayaan saat ini
mendominasi dan menjadi penyebab konflik-konflik apapun, terutama konflik antar
kelompok masyarakat.
Sementara
ketidakberdayaan satu kelompok masyarakat dalam suatu konflik, dapat
dimanfaatkan untuk mendorong perjuangan kebangkitannya, yang dikembangkan
melalui aksi-aksi radikal dan intoleransi, yang kemudian secara perlahan
bertransformasi menuju aksi terorisme.
Inilah salah satu
hybrid terrorism yang perkembangan ideologinya telah berada pada tingkat yang
mengkhawatirkan, dengan modus operandi yang sangat variatif, pola terorisme
tersebut mampu merambah masuk ke sekolah-sekolah menengah atas, perguruan
tinggi, pegawai negeri dan pegawai swasta.
Panglima TNI
berharap, agar kondisi ini terus dicermati untuk dianalisis dan disampaikan
kepada pimpinan, dalam rangka penguatan jatidiri serta pembinaan mental
prajurit TNI, agar tidak terpengaruh lima hal berbahaya tersebut. Analisis
tersebut diperlukan dalam rangka antisipasi dan kesiapsiagaan pelibatan TNI,
dalam rangka keamanan dan pengamanan terpadu, sebagaimana diamanatkan dalam
Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2013 tentang Penanganan Gangguan Keamanan
Dalam Negeri, khususnya dalam rangka memasuki tahun politik 2013 dan Pemilu
2014.
Adapun 40 perwira
tinggi yang naik pangkat terdiri atas 15 pati TNI Angkatan Darat, 9 Pati TNI
Angkatan Laut, dan 16 pati TNI Angkatan Udara.