Jayapura, Jurnal Nasional (27-02-2013, Hal. 14)
Faktor alam menjadi penyebab utama kesulitan dalarrr mengungkapkan
berbagai kasus penembakan yang terjadi di Papua. Dengan begitu para pelaku juga
sulit ditangkap. "Para pelaku setelah melakukan aksinya langsung melarikan
diri ke hutan sehingga menyulitkan anggota saat melakukan pengejaran,"
kata Kapolda Papua Irjen Pol Tito Kamavian di Jayapura Selasa (26/2). Walaupun
demikian, menurut Kapolda Papua bukan berarti kasus tersebut tidak diusut hingga
tuntas karena bila suatu saat para pelaku tertangkap maka kasusnya akan dibuka
kembali. "Kami sudah mengantongi sejumlah nama, begitu tertangkap kasus
tentu dibuka," ujarnya. Karena itulah pihaknya juga mengharapkan bantuan
masyarakat bila bertemu orang yang dicurigai agar segera melaporkan ke pos
polisi atau pos keamanan terdekat.
Sementara itu Kepolisian Resor Paniai, Papua, mengamankan
dua anggota kelompok sipil bersenjata (KSB) pimpinan Jhon Yogi atas dugaan meresahkan
masyarakat setempat. Kedua, anggota KSB yang diamankan itu masing-masing
berinisial AG dan PG, hingga Selasa siang masih terus dimintai keterangannya
di Polres, Paniai di Enarotali. Kepala Bidang Humas Polda Papua Kombes Polisi
Gede Sumerta kepada, wartawan mengatakan bahwa penangkapan kedua anggota KSB
itu karena masyarakat merasa resah atas ulah kelompok tersebut yang sering kali
memeras warga.
Apabila keinginan tersebut tidak dipenuhi, mereka (KSB) langsung
menggeluarkan tembakan dan warga harus menyetor Rp 30 juta bersama satu ekor
babi. "Karena itulah warga melaporkan kasus tersebut ke polisi sehingga
tim gabungan TNI/Polri melakukan pengejaran ke kawasan Gunung Gobay, tepatnya
Bukit Bobairo," kata Kombes Polisi Gede Sumerta. Dikatakan, saat
ditangkap, di dalam salah satu tas "noken" ditemukan satu amunisi
kaliber 75,6 mm, telepon genggam, dan dua tanda pengenal. KSB pimpinan Jhon
Yogi itu sebelumnya mengancam warga kampung Ayaigo Distrik Kebo, Kabupaten
Paniai, Provinsi Papua. Sementara itu dari Puncak Jaya diberitakan dua heli TNI
yang di BKO kan ke Kodam XVII/ Cenderawasih dan menjadi korban penembakan
kelompok sipil bersenjata (KSB) di Sinak, Puncak Jaya saat ini masih bisa
beroperasi.
Solusi Papua
Menanggapi kekerasan yang kerap terjadi di Papua, Gubenur
Terpilih Papua Lukas Enembe mengatakan penyelesaian persoalan yang terjadi Papua
tidak hanya cukup melalui kebijakan Otonomi Khusus (Otsus). Pasalnya
persoalan Papua sudah begitu kompleks. Menurut dia, hingga kini
persoalan Papua masih belum terpecahkan karena pelaksanaan kebijakan di daerah
tidak sejalan dengan kebijakan pusat dan cenderung keluar dari keinginan
masyarakat Papua.
Ia menjelaskan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah mengeluarkan
kebijakan yang luar biasa dalam menyelesaikan persoalan Papua, dengan
menggelontorkan sekitar Rp 20 triliun untuk otonomi. "Ini anggaran yang
cukup besar, namun anggaran tersebut justru kerap dijadikan lahan bagi
pihak-pihak tertentu yang tidak membangun Papua dengan hati," kata Lukas.
Direktur Padma Indonesia, Gabriel G Sola, mengatakan, dana
yang digelontorkan ke Papua yang angkanya mencapai triliunan rupiah itu jangan
hanya di tingkat elitenya saja, melainkan dapat dirasakan oleh masyarakat agar
mereka dapat sejahtera. Ia khawatir, Papua bisa bernasib sama seperti Timor
Timur. Semua yang dilakukan semata-mata harus dilakukan demi peningkatan SDM
di Papua. "Membangun Papua harus dengan aksi nyata. Kalau mau dimekarkan,
sekarang saatnya sebelum sumber dayanya habis seperti di Rangka
Belitung," ujarnya.
Di tempat yang sama, Staf Khusus Presiden Bidang Pembangunan
Daerah dan Otonomi Daerah, Vclix Wanggai, menuturkan, pemerintah sangat intens
membangun komunikasi dengan tokoh-tokoh masyarakat Papua guna memberikan masukan
pemecahan masalah Papua. Anggaran otsus selalu ditingkatkan sesuai dengan instrumen
perubahan kebijakan masyarakat Papua. Semua dilakukan demi percepatan pengembangan
ekonomi ke arah yang lebih baik bagi masyarakat Papua.
Anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar, Paskaslis Kossay,
menilai justru pemekaran wilayah di Papua merupakan salah satu solusi untuk
mengubah kondisi kehidupan dan mempercepat proses kemajuan serta peningkatan
kesejahteraan. Oleh karena itu, kata Ketua Kaukus Papua ini, setiap usulan
pemekaran daerah bagi masyarakat Papua, selalu ditanggapi dengan antusiasme
yang luar biasa. (Antara) Sumber: Koran Jurnal Nasional