Sentani, Indo Pos (26-02-2013,
Hal. 01)
Pasca evakuasi tujuh jenazah
anggota TNI yang tewas ditembak kelompok sipil bersenjata di Distrik Sinak, Kabupaten
Puncak, Minggu (24/2), kelompok sipil bersenjata kembali dilaporkan menembak
Heli MI 17 milik TNI AU saat selesai mengedrop logistik di Bandara Sinak dan
akan take off menuju Bandara Mulia, Puncak Jaya, Senin (25/2) sekitar pukul
13.05 WIT siang. Beruntung dari penembakan ini tidak ada korban jiwa hanya saja
bagian belakang (ekor) Heli terkena tembak tapi masih bisa berfungsi.
Danlanud Jayapura Kolonel Pnb.
Dyah Yudanardi ketika dikonfirmasi wartawan terkait insiden penembakan Heli MI
17 ini membenarkan kejadian tersebut. "Ya memang Heli rencananya mengedrop
logistik untuk anggota TNI di Sinak. Selesai mengedrop kemudian hendak terbang
menuju Mulia, Puncak Jaya tiba-tiba ditembak," ungkapnya saat
dikonfirmasi melalui telepon selulernya.
Dijelaskan Danlanud, meskipun
Heli tersebut tertembak di bagian belakang tepatnya ekor dan tembus keatas. Namun
Heli masih bisa melakukan penerbangan menuju Mulia, Puncak Jaya sekitar pukul
14.11 WIT siang; Heli mendarat dengan selamat di Mulia, Puncak Jaya dan
selanjutnya dilakukan pemeriksaan. Danlanud menerangkan, Heli dipiloti Kapten
Pnb. BL Siagian, Co pilot Lettu Pnb. Angga dengan Rute Sentani menuju Sinak kemudian
Mulia dan terakhir kembali ke Sentani.
Sementara itu, Ketua DPD RI Irman
Gusman mengatakan bahwa apa yang terjadi di Papua harus menjadi refleksi bahwa
persoalan sosial di Bumi Cendrawasih itu belum ditangani dengan baik.
"Akar permasalahan itulah yang telah terjadi sejak berpuluh-puluh tahun
lalu," kata Irman kepada Indo Pos kemarin (25/2).
Menurutnya, sebenarnya otonomi
khusus (otsus) menjadi harapan besar atas permasalahan di Papua. Namun implementasinya
ternyata belum mampu menjadi solusi akhir, justru yang terjadi otonomi khusus
justru gagal menjadi sarana untuk melakukan rekonsiliasi antara sebagian
rakyat Papua dengan pemerintah.
"Kondisinya saat ini masih
ada sebagian yang menyimpan dendam karena ketidakadilan dan kesenjangan yang
selama ini masih terjadi," tegas senator asal Sumatera Barat itu. Irman
menegaskan kebijakan-kebijakan makro otsus yang ada selama ini sudah cukup
bagus dan akomodatif, namun perlu diperbaiki implementasinya. Untuk itu
pemerintah diharapkan dapat memaksimalkan penerapan kebijakan otsus, maka
dendam masa lalu dapat dihilangkan. "Karena itu, otsus Papua harus
dijalankan sebenar-benarnya dan sesuai sasaran dan target. Jangan sampai ada
penyimpangan. Inilah yang akan menjadi dasar bagi tumbuhnya nasionalisme bagi
setiap anak bangsa," tutur dia.
Irman berharap, untuk
menyelesaikan permasalahan Papua ke depan perlu dilakukan pendekatan dialogis
dan pemberdayaan terhadap kelompok-kelompok masyarakat Papua. Untuk itu, DPD
akan terus berdiri di garda terdepan untuk mengupayakan langkah-langkah agar
para stake holder mampu mencari jalan keluar dari permasalahan. (fdi)