TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kapuspen TNI Laksda
TNI Iskandar Sitompul memberikan penjelasan kepada media cetak dan elektronik,
terkait penyerangan dan penembakan di Tinggi Nambut dan Sinak, Kabupaten Puncak
Jaya, oleh Gerakan Pengacau Keamanan (GPK).
Di Balai Wartawan Puspen TNI, Mabes TNI
Cilangkap, Selasa (26/2/2013), Kapuspen TNI didampingi Kadispenal Laksma TNI
Untung Suropati, Wakapuspen TNI Brigjen TNI Suratmo, Sekdispenau Kolonel Sus
Lingga Prana, dan Kasubdispenum Dispenad Kolonel Inf Zainal, menjelaskan
kronologi kejadian.
Pada Kamis (21/2/2013), terjadi penembakan dan
penghadangan terhadap anggota TNI di dua lokasi berbeda di wilayah Puncak Jaya,
Papua oleh GPK Papua, yang mengakibatkan delapan prajurit TNI gugur."Pukul
09.30 WIT terjadi penyerangan terhadap Pos Maleo Yonif 753/AVT di Distrik
Tinggi Nambut oleh GPK bersenjata, yang mengakibatkan dua prajurit TNI
tertembak," ujar Laksamana Muda Iskandar Sitompul, Selasa
(26/2/2013)."Lettu Inf Reza Gita Armena mengalami luka tembak di lengan
sebelah kiri. Pratu Wahyu Prabowo terkena tembakan bagian dada sebelah kiri,
dan meninggal di tempat kejadian," jelas Iskandar.
Pukul 10.30 WIT, lanjutnya, terjadi
penghadangan terhadap prajurit TNI anggota Koramil Sinak Kodim 1714 Puncak
Jaya, saat akan mengambil barang kiriman berupa alat komunikasi di Bandara
Sinak, yang dikirim dari Nabire dengan berjalan kaki.Akibat penghadangan oleh
GPK bersenjata, tujuh anggota TNI gugur, yaitu Sertu M Udin (anggota Koramil
Sinak Kodim 1714/PJ), Sertu Frans Hera (Koramil Sinak Kodim 1714/PJ), Sertu
Ramadhan Amang (Yonif 753/AVT), Sertu Edi Julian (Yonif 753/AVT), Praka Jojo
Wihardjo (Yonif 753/AVT), Praka Wemprit (Yonif 753/AVT), dan Pratu Mustofa
(Yonif 753/AVT)."Pada Jumat (22/2/2013) pukul 08.28 WIT, pesawat
helikopter jenis Puma TNI AU dengan nomor register HT-3318 ditembak GPK bersenjata,
saat mengevakuasi jenazah di Bandara Sinak, Puncak Jaya, Papua," tuturnya.
Akibatnya, papar Iskandar, seorang kru pesawat
atas nama Lettu Tek Amang Rosadi menderita luka-luka di tangan kiri. Sedangkan
empat kru lainnya selamat.Kaca helikopter di bagian kanan tengah pecah, dan
bagian depan pesawat juga terkena tembakan yang menyebabkan autopilot pesawat
tidak berfungsi dengan baik. Bahkan, helikopter yang dipiloti Mayor Penerbang
Asep Wahyu Wijaya akhirnya memutuskan kembali ke Mulia, Puncak Jaya. Proses
evakuasi dilanjutkan, namun karena cuaca yang buruk, proses evakuasi ditunda
esok harinya.
Pada Minggu (23/2/2013), seluruh korban dapat
dievakuasi ke Jayapura, dan langsung diadakan upacara penyerahan jenazah kepada
keluarga korban secara militer, yang dipimpin langsung Pangdam Cendrawasih
Mayjen TNI Christian Zebua.Iskandar juga menanggapi pernyataan salah satu
anggota Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai pada Jumat (22/2/2013) di Kompleks
Parlemen, Senayan, Jakarta, tentang delapan prajurit TNI yang gugur di Puncak
Jaya, Papua.
Dalam pernyataannya, Natalius Pigai mengatakan
bahwa "para anggota TNI yang menjadi korban penembakan kelompok sipil
bersenjata di Papua karena lalai dalam menjalankan tugas.Sisanya pada tidur dan
nongkrong, wajar ditembak.""Panglima TNI mengecam pernyataan tidak
mendasar tersebut, yang dikeluarkan saat institusi dan seluruh prajurit TNI
sedang dalam keadaan berduka.Atas nama institusi TNI, kami mendesak Natalius
Pigai meminta maaf kepada TNI, khususnya kepada keluarga korban, atas
pernyataannya," tegas Iskandar.
Menurutnya, keberadaan prajurit TNI di Papua
adalah melaksanakan tugas yang diamanatkan UU, yaitu menegakkan kedaulatan dan
menjaga keutuhan wilayah NKRI.Sangat ironis, paparnya, bila prajurit TNI
dikatakan hanya tidur dan nongkrong, yang tidak sesuai fakta.Terkait informasi
yang berkembang di masyarakat, bahwa TNI membakar beberapa tempat tinggal warga
dan gereja, dibantah pihak TNI. (*)Penulis: Wahyu Aji |
Editor: Yaspen Martinus Sumber: www.tribunnews.com