Senin, 25/02/2013
21:33 WIB
Jakarta - 8
Prajurit TNI gugur diberondong peluru gerakan pengacau keamanan (GPK)
bersenjata di tanah Papua.Pelaku penembakan masih belum diketahui, namun diduga
berasal dari kelompok Goliath Tabuni dan Yambe.
"Pada tanggal
21 Februari gerombolan pengacau keamanan bersenjata Papua melakukan 2 kali
penyerangan disusul dengan penembakan pada saat evakuasi korban di Tingginambut
pada tanggal 22 Februari," kata Panglima TNI, Laksamana Agus Suhartono.Hal
itu disampaikannya dalam rapat bersama Komisi I di Gedung DPR, Senayan,
Jakarta, Senin (25/2/2013).
Agus menerangkan
Tingginambut, yang berjarak 20 Km dari Kota Mulia, Puncak Jaya, Papua,
merupakan daerah yang tergolong rawan. Di daerah itu terdapat markas kelompok
bersenjata."Gerombolan pengacau yang ada di sini kelompok Goliath Tabuni
dengan kekuatan sekitar 50 orang," ujar Agus.
Begitu juga dengan
wilayah penyerangan lainnya di Sinak, Puncak, Papua, yang tak kalaw
rawan."Kabupaten ini terletak sekitar 40 km dari Tingginambut.Merupakan
hasil pemekaran dari Kabupaten Puncak Jaya.Juga merupakan daerah operasi
pengamanan dimana ada korps TNI," papar Agus.
Berikut peristiwa
penembakan di dua daerah itu secara kronologis berdasarkan keterangan Panglima
TNI Laksamana Agus Suhartono:
Kamis, 21 Februari
2013
Pukul 09.30 WIT
Pada pukul 09.30
waktu setempat, pos TNI di Tingginambut didatangi seorang yang bernama Wendi
Tabuni yang bermaksud mengunjungi komandan pos Lettu Infantri Resakita. Mohon
diketahui bahwa Wendi Tabuni ini adalah sahabatnya TNI, tetapi juga sahatnya
kelompok lain.
Pukul 10.00 WIT
Setelah
berbincang-bincang lebih kurang 30 menit, Wendi Tabuni meninggalkan pos dan
langsung menghilang dan tidak berapa lama terjadi penyerangan dan rentetan
tembakan dari segala penjuru. Diperkirakan penyerangan dilakukan oleh kekuatan
GPK Papua bersenjata pimpinan Goliath Tabuni dengan kekuatan 50 orang dengan 18
pucuk senjata.
Anggota pos
memberikan perlawanan dibantu pos infantri 753 terdekat dan pos brimob.Mendapat
bantuan tersebut kemudian GPK Papua melarikan diri ke arah gunung. Akibat
serangan tersebut 1 orang prajurit gugur atas nama Bratu Wahyu Prabowo dengan
luka tembak di bagan dada kiri dan Letnan Satu Infantri Risakita Armena.
Komandan pos Tingginambut mengalami luka tembak di bagian lengan kiri, terkena
serpihan peluru yang meleset.
Pukul 10.30 WIT
Serangan kedua pada
pukul 10.30 WIT di kampung Gigobak, Distrik Sinak, Kabupaten Puncak Jaya. 11
Orang anggota TNI dari Koramil Sinak dan Yonif 753 berangkat menuju bandara
dengan berjalan kaki berjarak sekitar 1,5 Km dengan berpakaian preman dan tanpa
senjata untuk mengambil alat komunikasi HT dan HP Satelit yang dikirim dari
Kodim Nabire. Perlu diketahui bahwa 11 orang ini bukan anggota yang sedang jaga
dan bukan yang sedang melakukan patroli, tapi adalah anggota yang stand by di
situ. Mengingat seperti yang kami laporkan tadi, di Sinak ada 38 orang
personil, sehingga yang jaga tetap jaga dan yang patroli tetap ada, yang tidak
melaksanakan tugas ini diberi tugas untuk mengambil alat komunikasi ini
sehingga mengapa mereka berpakaian preman dan tanpa senjata karena kedekatan
TNI dan masyarakat sekitar.
Saat melintas di
Desa Gigobak, Distrik Sinak, Kabupaten Puncak Jaya, rombongan tersebut dihadang
oleh rombongan kelompok bersenjata yang diperkirakan oleh kelompok Yambe,
dipimpin oleh Murip dan Lekaka Telenggen, dengan kekuatan massa militan lebih
kurang 20 orang dengan senjata 4 pucuk, markas di kampung Yambe.Setelah
melakukan penghadangan GPK Papua melarikan diri ke arah sungai dan menghilang.
Akibat penyerangan
tersebut 7 anggota TNI dan 4 masyarakat sipil meninggal dunia dan 1 orang luka
kritis. Nama yang gugur dari Koramil 1714 ada 3 orang: Sertu Frans Hera, Sertu
M Udin dan Sertu Epi Juliana. Sementara dari personil Yonif 753 terdapat 4
personil gugur atas nama Sertu Ramadhan Amang, Pratu Mustopa, Praka Jojo
Miharja dan Praka Winfred.
Adapun 4 warga
masyarakat sipil juga turut tertembak dan meninggal serta 1 orang kritis atas
nama: Yohanes Palimbong, Markus Kafin, Uli dan Rudi. Sedangkan Yohanes Joni
masih dalam keadaan kritis.
Atas kejadian
tersebut aparat TNI khususnya tim 1714 mengambil langkah sebagai berikut:
memberangkatkan 21 orang anggota TNI pasukan gabungan yang terdiri dari 9 orang
anggota TNI 753 dipimpin oleh Lettu Infantri Didi Irawan, 7 orang anggota Yonif
751 dipimpin Lettu Infantri Hermianto dan 5 anggota sargas pantauan 10 dipimpin
oleh Lettu Infantri Rizal yang menuju ke Tingginambut dan melaksanakan evakuasi
korban yang tertembak pada saat kontak tembak dengan kelompok bersenjata GPK
Papua.
Selain itu Kodim
1714 juga memberangkatkan 14 orang anggota TNI gabungan terdiri dari 6 orang
anggota Yonif 753 dan 5 orang anggota kodim pimpinan Infantri Prabowo. Dari
Mulia menuju Tingginambut untuk perkuatan bantuan evakuasi karena masih terjadi
kontak tembak dan mempersiapkan rencana evakuasi.
Jumat, 22 Februari
2013
Penyerangan ke-3
pada tanggal 22 Februari pukul 08.00 WIT, di saat heli Super Puma TNI AU baru
saja mendarat di Bandara Sinak untuk melaksanakan evakuasi korban. Terjadi
penembakan terhadap heli Super Puma ini dari jarak 300 meter oleh seorang
anggota GPK bersenjata Papua.Akhirnya evakuasi tak jadi dilaksanakan dan heli
Super Puma kembali. Sumber : detiknews.com