Jakarta, Warta Kota (25-02-2013, Hal. 10)
Papua tidak boleh lagi tersandera dalam konflik
berkepanjangan, dan harus mendapatkan keadilan serta kesejahteraan agar konflik
bisa terselesaikan. Selain itu, TNI/Polri yang ada di wilayah tersebut diminta
agar tetap mengedepankan pendekatan, cinta kasih, dan damai dalam menjalankan
tugasnya. Harapan tersebut disampaikan oleh Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan
Sarjana Nahdlatul Ulama (NU) Ali Masykur Musa di Jakarta, dan Ketua Sinode
Gereja Kristen Injili (GKI) di Tanah Papua, Pendeta Alberth Yoku STh. di
Jayapura, Minggu (24/2), menanggapi kasus penembakan dan kekerasan di dua
tempat terpisah di Papua yang menewaskan delapan anggota TNI, dan empat warga
sipil, Kamis (21/2).
"Papua adalah salah satu dari bagian tak terpisahkan
dari bangsa Indonesia. Seperti halnya bagian negara yang lain, Papua harus mendapatkan
keadilan dan kesejahteraan," kata Ali, sebagaimana dikutip Tribunnews.com. Untuk mengakhiri konflik di
Papua, Ali menawarkan kepada pemerintah untuk melakukan tiga hal. Yang pertama,
strategi pembangunan Papua harus diorientasikan pada peningkatan pemerataan
kesejahteraan melalui Dana Alokasi Khusus. "DAK per tahun yang tidak
kurang dari Rp 43 triliun memang sudah digelontorkan, tetapi tidak jelas
arahnya, tidak merata. Hal ini yang mengakibatkan terjadinya disparitas sosial
yang berakibat pada lahirnya konflik pada masyarakat," kata Ali.
Kedua, penegakan hukum atas pelanggaran-pelanggaran yang
menyangkut kekerasan dan pembunuhan harus diusut tuntas dan dihukum secara
adil. "Hal ini bertujuan agar kekerasan tidak terulang lagi terjadi. Tidak
boleh ada darah dan nyawa tertumpah lagi di bumi cendrawasih," tegas
tokoh muda NU ini.
Langkah ketiga, aparat keamanan harus menjaga kedaulatan
Papua dengan serius. Bukan menjaga melalui kekerasan, tetapi lebih pada langkah
dialogis. "Papua adalah Indonesia. Pertama, Papua mempunyai sejarah yang
sah sebagai bagian dari NKRI. Kedua, Papua memiliki nilai strategis ekonomi dan
politik secara internasional," ujar Ali.
Dalam kesempatan terpisah, kemarin Pangdam XVII Cenderawasih
Mayjen TNI Christian Zebua, melepas tujuh jenazah anggota TNI korban penembakan
kelompok sipil bersenjata (KSB) di Sinak, Kabupaten Puncak, dalam upacara yang
dilaksanakan di halaman Batalyon 751 Sentani, Kabupaten Jayapura. Ketujuh jenazah
korban penembakan itu kemudian diterbangkan ke daerah masing-masing untuk
dimakamkan dengan menggunakan pesawat komersial.
Sementara itu, empat jenazah warga sipil yang tewas dalam
penghadangan itu akan dievakuasi ke Makassar untuk selanjutnya ke Toraja guna
dimakamkan di kampung halaman. Menanggapi peristiwa itu. Ketua Sinode Gereja
Kristen Injili (GKI) di Tanah Papua, Pendeta Alberth Yoku STh mengimbau kepada
TNI/POLRI yang ada di wilayah tersebut agar tetap mengedepankan pendekatan
cinta kasih dan damai dalam menjalankan tugasnya.
Pimpinan gereja GKI itu juga mengatakan para pelaku
kejahatan dan tindak kriminal tersebut agar bisa diproses hukum sesuai dengan
perbuatannya. "Kemudian tindakan hukum bagi mereka yang melakukan tindakan-tindakan
seperti itu (penembakan-red) harus ditegakkan, hukum harus ditegakkan,"
katanya, sebagaimana dikutip Antara.
Selain itu, Pendeta Alberth Yoku juga mengimbau kepada
pemerintah provinsi dan daerah yang ada di wilayah itu agar memperhatikan
peningkatan sumber kesejahteraan dan sumber budi pekerti/pengetahuan yang
bagi bagi warga setempat. "Mari kita lakukan pembangunan yang mengarah
kepada peningkatan sumber kesejahteraan dan sumber budi pekerti dan pengetahuan
yang baik bagi semua manusia," katanya, (put) Sumber: Warta Kota