Jakarta, Kompas (24-02-2013, Hal. 02)
Pemerintah Amerika Serikat mengecam aksi kekerasan di Papua
yang menewaskan delapan prajurit TNI, Kamis (21/2) lalu. Selain itu, AS juga
mendukung langkah pemerintah mengejar, menahan, dan menghukum para pelaku
penyerangan sesuai dengan hukum. Demikian pernyataan yang disampaikan Kedutaan
Besar Amerika Serikat untuk Indonesia di Jakarta, Sabtu (23/2).
"Amerika Serikat mengecam kekerasan yang menyebabkan tewasnya
delapan prajurit TNI di Papua pada 21 Februari lalu. Kami mengirimkan ucapan
belasungkawa yang sedalam-dalamnya kepada keluarga para prajurit yang
gugur," tulisnya, dalam pernyataan yang disampaikan dalam bahasa Inggris
dan dipasang di laman resmi Kedubes AS di Jakarta. Dalam pernyataan tersebut,
Pemerintah Amerika Serikat juga mendukung pernyataan Pemerintah Indonesia yang
akan menahan dan menuntut para pelaku aksi kekerasan sesuai hukum yang berlaku
di Indonesia.
Pernyataan keprihatinan juga datang dari Duta Besar
Australia untuk Indonesia di Jakarta Greg Moriarty, Jumat lalu. "Kejadian
seperti ini hanya akan melanggengkan kekerasan di provinsi-provinsi di
Papua," ujarnya. Menurut Greg, penyerangan tersebut juga berakibat buruk
terhadap penduduk Papua dan Papua Barat yang berhak memperoleh masa depan yang
aman dan sejahtera di tengah bangsa Indonesia.
Tim dibentuk
Sementara itu, untuk menyelidiki dan mengungkap kasus penembakan
di Sinak, Kabupaten
Puncak dan di Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya, Kamis lalu,
Kepolisian Daerah (Polda) Papua akan membentuk sebuah tim penindakan. Tim
tersebut dipimpin oleh Direktur Kriminal Umum Polda Papua Komisaris Besar
Bambang Priyambada.
Kepala Bidang Humas Polda Kombes I Gde S Jaya mengatakan,
tim tersebut akan dibantu oleh personel Kodam XVII/Cenderawasih. Saat ini, tim
yang tengah dibentuk itu selanjutnya akan dikirim ke Sinak.
"Polda telah mengirim satu satuan setingkat peleton
dari Brigade Mobil (Brimob) Polda Papua. Saat ini mereka telah tiba di
Ilaga," ujar I Gde S Jaya. Menurut dia, satuan itu bertugas membantu
proses pengamanan dan mendukung penyelidikan yang akan dilakukan tim
penindakan tersebut. Namun, karena kondisi cuaca yang buruk, satuan Brimob
tersebut belum dapat mencapai Distrik Sinak.
Tertunda lagi
Sementara itu, akibat buruknya kondisi cuaca di Sinak, evakuasi
ketujuh jenazah anggota TNI dan empat jenazah warga sipil yang tengah dilakukan
Kodam XVII/Cenderawasih terhambat. Menurut Kepala Penerangan Kodam
XVII/Cenderawasih Letkol Jansen Simanjuntak, dua helikopter Mi-17 yang
dikerahkan untuk proses evakuasi tersebut terpaksa kembali ke Nabire. Evakuasi
sebelumnya juga tertunda. "Evakuasi akan dilanjutkan gada Minggu pagi,
sepagi mungkin," ungkap Jansen Simanjuntak. Saat ini, jenazah ketujuh anggota
TNI itu masih berada di kantor Koramil Sinak dan empat jenazah warga sipil
disemayamkan di Puskesmas Sinak.
Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko
Suyanto menduga, penghadangan di Sinak diduga terkait dengan pemilihan bupati
Puncak Pilkada Kabupaten Puncak sebelumnya berlangsung pada 14 Februari lalu
dan diikuti enam pasang kandidat, antara lain Simon Alom, Willem Wandik, dan
Elvis Tabuni. Namun, pilkada tersebut sempat tertunda selama lebih kurang dua
tahun karena di antara pendukung calon kandidat terjadi bentrok. (JOS/DHF) Sumber: Kompas