Senin, 25 Februari 2013

Pemerintah AS Turut Mengecam Polda Papua Membentuk Tim untuk Menindak

Jakarta, Kompas (24-02-2013, Hal. 02)
Pemerintah Amerika Serikat mengecam aksi kekerasan di Papua yang menewaskan delapan prajurit TNI, Kamis (21/2) lalu. Selain itu, AS juga mendukung langkah pemerintah mengejar, menahan, dan menghukum para pelaku penyerangan sesuai dengan hukum. Demikian pernyataan yang di­sampaikan Kedutaan Besar Ame­rika Serikat untuk Indonesia di Jakarta, Sabtu (23/2).

"Amerika Serikat mengecam kekerasan yang menyebabkan te­wasnya delapan prajurit TNI di Papua pada 21 Februari lalu. Ka­mi mengirimkan ucapan bela­sungkawa yang sedalam-dalam­nya kepada keluarga para prajurit yang gugur," tulisnya, dalam per­nyataan yang disampaikan dalam bahasa Inggris dan dipasang di laman resmi Kedubes AS di Ja­karta. Dalam pernyataan tersebut, Pemerintah Amerika Serikat juga mendukung pernyataan Pemerintah Indonesia yang akan me­nahan dan menuntut para pelaku aksi kekerasan sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.

Pernyataan keprihatinan juga datang dari Duta Besar Australia untuk Indonesia di Jakarta Greg Moriarty, Jumat lalu. "Kejadian seperti ini hanya akan melang­gengkan kekerasan di provin­si-provinsi di Papua," ujarnya. Menurut Greg, penyerangan tersebut juga berakibat buruk terhadap penduduk Papua dan Papua Barat yang berhak mem­peroleh masa depan yang aman dan sejahtera di tengah bangsa Indonesia.

Tim dibentuk
Sementara itu, untuk menye­lidiki dan mengungkap kasus pe­nembakan di Sinak, Kabupaten
Puncak dan di Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya, Kamis lalu, Kepolisian Daerah (Polda) Papua akan membentuk sebuah tim penindakan. Tim tersebut dipimpin oleh Direktur Kriminal Umum Polda Papua Komisaris Besar Bambang Priyambada.

Kepala Bidang Humas Polda Kombes I Gde S Jaya mengata­kan, tim tersebut akan dibantu oleh personel Kodam XVII/Cenderawasih. Saat ini, tim yang tengah dibentuk itu selanjutnya akan dikirim ke Sinak.

"Polda telah mengirim satu satuan setingkat peleton dari Bri­gade Mobil (Brimob) Polda Papua. Saat ini mereka telah tiba di Ilaga," ujar I Gde S Jaya. Menurut dia, satuan itu bertugas membantu proses penga­manan dan mendukung penye­lidikan yang akan dilakukan tim penindakan tersebut. Namun, karena kondisi cuaca yang buruk, satuan Brimob tersebut belum dapat mencapai Distrik Sinak.

Tertunda lagi
Sementara itu, akibat buruk­nya kondisi cuaca di Sinak, eva­kuasi ketujuh jenazah anggota TNI dan empat jenazah warga sipil yang tengah dilakukan Ko­dam XVII/Cenderawasih terhambat. Menurut Kepala Pene­rangan Kodam XVII/Cenderawasih Letkol Jansen Simanjuntak, dua helikopter Mi-17 yang dikerahkan untuk proses evaku­asi tersebut terpaksa kembali ke Nabire. Evakuasi sebelumnya ju­ga tertunda. "Evakuasi akan dilanjutkan gada Minggu pagi, sepagi mung­kin," ungkap Jansen Simanjuntak. Saat ini, jenazah ketujuh anggota TNI itu masih berada di kantor Koramil Sinak dan empat jenazah warga sipil disemayam­kan di Puskesmas Sinak.

Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto menduga, penghadang­an di Sinak diduga terkait dengan pemilihan bupati Puncak Pilkada Kabupaten Puncak sebelumnya berlangsung pada 14 Februari lalu dan diikuti enam pasang kandidat, antara lain Simon Alom, Willem Wandik, dan Elvis Tabuni. Namun, pilkada tersebut sempat tertunda selama lebih ku­rang dua tahun karena di antara pendukung calon kandidat ter­jadi bentrok. (JOS/DHF) Sumber: Kompas