Jakarta, Suara Pembaharuan (Hal.2)
[JAKARTA] Jenderal (TNI) Pramono Edhie Wibowo akan
menyatakan sikap apakah terjun ke dunia politik atau tidak, saat dia memasuki
usia pensiun pada 5 Mei mendatang. Saat ini dia menegaskan ingin fokus pada tugasnya
sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad).
Hal itu ditegaskannya berkaitan dengan rumors yang menyebut
dirinya disiapkan untuk menggantikan Anas Urbaningrum memimpin Partai
Demokrat. "Saya boleh untuk tidak menjawab. Karena, kalau saya jawab nanti
jadi salah," kata Pramono di Gedung DPR, Jakarta, Senin (25/2).
Dia membenarkan, bahwa pada 5 Mei mendatang akan pensiun.
"Mei tanggal 5. Jadi nanti kalau saya sudah serah terima atau saya
pensiun maka saya akan jawab. Kalau saya jawabnya sekarang, nanti jadinya
tidak baik," ujarnya.
Adik kandung Ibu Negara Ani Yudhoyono tersebut mengaku tidak
pernah berkomunikasi dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang juga Ketua
Dewan Pembina Partai Demokrat, terkait persoalan politik. "Pak Presiden
itu bicara politik tidak dengan saya. Tapi kalau bicara Angkatan Darat, baru
dengan saya. Kakak adik, juga enggak membahas itu," tandasnya.
Mengenai rumors yang menyebut dia sebagai calon kuat
pengganti Anas, dia menanggapinya dengan santai. "Kalau itu, terserah
orang saja. Saya sekarang fokus dulu saja menjadi Kasad. Kalau saya mendua
maka saya mencederai Angkatan Darat," katanya.
Kepercayaan SBY
Secara terpisah, pengamat politik dari Universitas Gadjah
Mada (UGM) Ari Dwipayana berpendapat, pengunduran diri Anas Urbaningrum merupakan
momentum bagi SBY untuk memperkuat konsolidasi internal di Partai Demokrat.
"Untuk itu, SBY saya kira akan menaruh orang kuat untuk menjamin
kekuatan politik di internal parpol. Orang kuat ini bisa jadi tidak dari
dalam. Yang pasti dia orang yang sangat dipercaya SBY untuk melakukan
konsolidasi itu," terangnya.
Menurutnya, pengganti Anas akan diberi ruang untuk membenahi
infrastruktur partai hingga ke bawah. Selain itu, pengganti Anas nantinya
juga bisa dipastikan mendapatkan kesempatan untuk terekspos, sehingga ruang
untuk proses politik di 2014 menjadi lebih baik.
Dia menambahkan, sejauh ini ada sejumlah nama dari luar
partai yang dekat dengan SBY, seperti Menko Polhukam Djoko Suyanto dan Kasad
Jenderal Pramono Edhi. "Siapa yang terpilih menggantikan Anas adalah orang
kepercayaan SBY yang dianggap mampu membenahi dan mempersiapkan partai menuju
2014, termasuk sebagai calon presiden dari Partai Demokrat," katanya.
Senada dengan itu, pakar politik dari Universitas Negeri
Jakarta (UNJ) Ubeidillah Badrun menambahkan, orang kuat di seputar SBY saat ini
salah satunya adalah Pramono Edhi. Dia juga melihat, Pramono disiapkan menjadi
tokoh penting di Partai Demokrat.
Namun, dia mengingatkan, jika Pramono jadi menggantikan
Anas, bisa memunculkan persoalan serius bagi Demokrat. "Partai Demokrat
ingin rhenjadi partai modern, tetapi bisa terjebak pada pola parpol yang
dikendalikan oleh politik dinasti," jelasnya.
Menurutnya, Pramono Edhie memang punya kapasitas untuk
memimpin Demokrat, bahkan untuk diajukan sebagai capres. Namun, posisinya
sebagai bagian dari keluarga SBY bisa melahirkan beban nepotisme di dalam
dirinya.
"Dilema Partai Demokrat di antaranya nepotisme di
dalam struktur kepartaian. Ini yang sebaiknya diakhiri. Meskipun Pramono Edhie
layak menjadi capres, secara etik tidak elok kalau kemudian dia menjadi ketua
umum juga," ujarnya.
Harus Melalui Kongres
Sementara itu, Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat
Marzuki Alie menegaskan, pengganti Anas akan dipilih melalui mekanisme kongres.
"Tidak ada ketentuan penunjukan oleh Majelis Tinggi. Sesuai dengan AD
dan ART, ketua umum itu dipilih oleh kongres. Tentu penggantian juga melalui
kongres." ujarnya.
Dia menambahkan, karena ketua umum kini berhalangan tetap,
partai seharusnya langsung melaksanakan Kongres Luar Biasa (KLB). "Namun
karena situasi belum kondusif,partai belum bisa melaksanakannya,"
jelasnya.
Marzuki, yang pernah menjadi kandidat ketua umum saat
kongres di Bandung, Mei 2010 mengaku tidak tertarik untuk menggantikan Anas.
"Apa untungnya sih menjabat itu?" ujarnya. Dia menambahkan. DPP
Partai Demokrat akan berkonsultasi dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) terkait
dengan penandatanganan daftar calon legislatif (caleg), yang sesuai ketentuan
harus oleh ketua umum partai. "Nanti kami akan tanyakan kepada KPU apakah
dengan mundurnya ketua umum, wakil ketua umum ini bisa mewakili bersama sekjen
untuk menandatangani daftar caleg," jelasnya (WIN/C/R-14) Sumber: Koran Suara Pembaruan