Harian Pelita (19/02/13, Hal 20)
Kinerja perumahan rakyat masih
sangat rendah, baik dari sisi (permintaan, pasokan, maupun pembiayaan.
Peningkatan pendapatan masyarakat tidak mampu mengejar laju kenaikan harga
rumah setiap tahun.
Tergerusnya daya beli konsumen
diperparah menurunnya pasokan rumah oleh perusahaan pengembang dan kendala
penyaluran dana oleh perbankan. Total anggaran pemerintah untuk kredit
pemilikan rumah bersubsidi melalui fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan
(KPR-FLPP) pada 2012 sebesar Rp7,l triliun.
Fasilitas pendanaan ini ditargetkan
untuk 133.000 unit rumah. Namun, kenyataannya, hingga 5 Desember 2012
penyaluran kredit perumahan rakyat bersubsidi baru 59.112 unit rumah senilai
Rp2,679 triliun. Hingga akhir 2013, penyaluran rumah bersubsidi diperkirakan
maksimal sebanyak 80.000 unit rumah dengan nilai Rp3,5 triliun.
Rendahnya penyerapan dana
pembiayaan perumahan membuat dana FLPP tersisa Rp3,6 triliun. Kredit perumahan
rakyat melalui fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan digulirkan untuk
masyarakat berpenghasilan rendah.
Yakni masyarakat dengan
pendapatan maksimal Rp 3,5 juta per bulan untuk kepemilikan rumah tapak dan masyarakat
menengah bawah dengan pendapatan maksimal Rp 5,5 juta per bulan untuk
kepemilikan rumah susun umum milik. Sebagian besar bank penyalur pun belum memiliki
infrastruktur penyelenggaraan KPR-FLPP. Dari total 23 bank umum dan bank pembangunan
daerah penyalur FLPP, hanya 11 bank yang bisa menyalurkan dana FLPP.
Untuk tahun 2013, Menteri
Perumahan Rakyat Djan Faridz, mengaku siap menyerap seluruh anggaran kementerian
2013 yang ia pimpin. Salah satunya dengan cara membangun rumah murah bagi pegawai
negeri sipil (PNS). Kemenpera akan menggandeng Asosiasi Pengembang Perumahan
dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi).
Menurutnya, pemerintah akan
membangun rumah murah khusus PNS di 55 kabupaten/kota di seluruh Indonesia.
Dengan rincian, satu kabupaten ada sekitar 5.000-6.000 PNS. Menpera juga
meminta para pengembang tidak mengajukan syarat berat bagi PNS yang hendak
membeli rumah murah ini. "Pengalaman saya rata-rata pembeli rumah itu
pasti tidak mau kehilangan rumahnya, dia tidak mungkin kredit macet,"
tegasnya.
Babinsa Jadi TPM
Mengenai Program Bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya, Menpera dan Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad)
Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo, sudah menandatangani kerjasama dalam melaksanakan
program itu. Dalam kerjasama itu, para Bintara Pembina Desa (Babinsa) dan
Bintara Zeni, dijadikan sebagai Tenaga Pendamping Masyarakat (TPM).
Menpera Djan Faridz mengakui
pola penyediaan TPM pada tahun 2013 ini diubah dengan melibatkan unsur Zeni TNI
AD. Berdasarkan penelitian, pelaksanaan BSPS tahun 2012 lalu, masih ditemukan
sebagian TPM yang tidak memenuhi persyaratan, sehingga hasil kerjanya kurang
maksimal.
Pendampingan yang tidak
maksimal dalam hal pemilihan dan pembelian bahan bangunan, tidak menguasai
teknik konstruksi,tidak rutin mendampingi selama proses pembangunan serta
tidak melaporkan secara rutin kepada SKPD.
Tahun ini, pihaknya membutuhkan
3.750 TPM yang mengawasi pembangunan 250.000 rumah swadaya di 250
kabupaten/kota dan 33 provinsi. "Dengan kemampuan unsur Zeni yang
profesional, diharapkan kelemahan TPM tahun 2012 dapat diatasi. Insya Allah, dengan
sinergi yang baik antara Kemenpera dengan TNI AD, pelaksanaan BSPS bagi MBR
dapat mencapai tepat sasaran, tepat penggunaan dan tepat waktu," jelasnya.
Dana untuk Program BSPS tahun
2013 ini disediakan sekitar Rp 2,2 triliun dengan rincian biaya perbaikan rumah
Rp 7,5 juta per unit dan untuk pembangunan baru Rp 11 juta per unit.
Sementara, Kasad Jenderal TNI
Pramono Edhie Wibowo mengatakan agar kepercayaan yang diberikan oleh Kemenpera
yang telah mengajak para Bintara Pembina Desa (Babinsa) dan Bintara Zeni,
selaku TPM dapat diwujudkan dengan tindakan nyata sehingga tujuan Program BSPS
ini dapat tercapai.
Para TPM ini akan bertugas
untuk melakukan supervisi dan pengawasan serta pendampingan secara teknis
terhadap pelaksanaan Program BSPS yaitu perbaikan sekitar 50-70 unit rumah di
wilayah masing-masing.
Edi pun meminta agar para
komandan satuan wilayah mendukung sepenuhnya dan mengawasi pelaksanan Program
BSPS di wilayahnya. "Segera menunjuk dan menyiapkan Babinsa sesuai dengan
kriteria sehingga kegiatan dapat berjalan sesuai rencana. Melaksanakan
koordinasi secara intensif antara TPM dan SKPD kabupaten/kota," tegasnya.
Selaku Pimpinan TNI AD, Edi
memberikan apresiasi atas penandatangan nota kesepahaman tersebut dan mengucapkan
terima kasih atas dilibatkannya para Babinsa dan Bintara Zeni dalam Program
BSPS ini.
Sebelumnya, Djan Faridz,
meninjau Program BSPS yang dikerjakan secara gotong royong di tiga desa, di
Kabupaten Lampung Selatan. "Secara keseluruhan, ada sekitar 500 rumah di
tiga desa yang mendapat Program BSPS dengan besar bantuan Rpl 1 juta/rumah.
Pembangunannya sudah 50 persen lebih, diharapkan bulan depan (Maret 2013)
sudah tuntas," kata Menpera.
Untuk Program Reguler BSPS,
kata Djan, diberikan berdasarkan skala prioritas. Dengan demikian, hanya
daerah yang memiliki indeks kemiskinan tinggi yang akan diutamakan. "Yang
paling miskin dulu kita urus. Nanti ada paling miskin pertama, paling miskin
kedua, dan paling miskin ketiga. Kalau ada yang tidak tercantum di sana, ya
tidak dapat. Karena ada skala prioritasnya," katanya lagi.
Program BSPS diharapkan bisa
menuntaskan permasalahan rumah kumuh di Indonesia. Dengan rumah baru, diharapkan
masyarakat yang dapat Program BSPS berubah gaya hidupnya menjadi lebih sehat.
Rumah yang semula tidak ada jendela atau kurang sehat diberi bantuan agar
lebih sehat sehingga menjadi rumah layak huni. (oto) Sumber : Harian Pelita