Senin, 06 Mei 2013 , 06:15:00
JAKARTA--Meninggalnya warga sipil
karena sisa amunisi di Situbondo menjadi atensi serius Mabes TNI. Selain
memberikan santunan , secara internal TNI melakukan evaluasi. "Terutama
pada sistem pengamanan setelah daerah latihan selesai digunakan," ujar
Kapuspen TNI Laksma Iskandar Sitompul di Jakarta, Minggu (5/5).
Menurut Iskandar, latihan
gabungan yang melibatkan 16.745 prajurit lintas angkatan berlangsung sukses dan
mendapat pujian langsung dari presiden.
"Semua skenario latihan berjalan baik," katanya.
Namun, belakangan, setelah
latihan gabungan ditutup, justru ada korban dari sipil. "Laporan tim di
lapangan, semua prosedur larangan sudah bejalan. Tapi kenapa tetap ada warga
masuk - Nah, itu yang sedang diselidiki," katanya.
Adik politisi Ruhut Sitompul itu
menyebut terlalu dini untuk menyalahkan pihak-pihak tertentu. "Apalagi,
bagaimanapun sudah ada yang meninggal. Telah terjadi, kita sesalkan, dan
evaluasi," kata Iskandar.
Prosedur tetap penggunaan daerah
latihan sudah dijelaskan sejak awal. "Tapi, warga tetap bisa masuk. Itu
faktanya," kata mantan Danlanal Jakarta itu. Prosedur pengamanan terhadap
munisi yang tidak meledak juga akan disempurnakan.
Seperti diketahui, latihan
gabungan (latgab) yang digelar TNI di Pusat Latihan Tempur (Puslatpur) Marinir
Karangtekok, Banyuputih, Situbondo, Jumat kemarin (3/5) menyisakan petaka. Dua
warga tewas terkena ledakan amunisi. Tiga orang lainnya menderita luka-luka.
Mereka terkena ledakan misil
roket yang dikira sudah tidak aktif. Dua korban tewas itu adalah Syukur, 39,
warga Dusun Belengguan, RT 1, RW 2 Sumberwaru, Banyuputih. Dia terluka di leher
dan pinggul, serta kakinya hancur. Korban tewas lainnya adalah Untung. Pria 38
tahun warga Dusun Belengguan itu meninggal dengan terluka parah di bagian mulut
dan pinggul.
Sedangkan, tiga warga yang
mengalami luka-luka terkena ledakan amunisi adalah Asari, 50, warga Dusun
Belengguan, Desa Sumberwaru, serta Mahfud, 39, dan Yunus, 37, warga Sekarputih,
Desa Sumberanyar. Mereka dilarikan ke UGD Puskesmas Banyuputih. Sumber : www.jpnn.com