Selasa, 28 Mei 2013

Wangi Satria Piningit

Sekitar 350 prajurit da­ri satuan tempur dan ban­tuan tempur menjadi saksi pertemuan tiga jenderal di Lapangan Stadion Siliwangi, Kota Bandung Jawa Barat. Saat itu, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal George Toisutta memimpin upacara serah terima jabatan Panglima Kodam Siliwangi dari Mayor Jenderal Pramono Edhie Wibowo kepada Mayor Jenderal Moeldoko. Penyerahan tongkat komando itu berlangsung pada Jumat, 29 Oktober 2010 silam.

Dalam karier militernya, Toisutta juga pernah menjadi Panglima Kodam Sili­wangi sejak September 2006 hingga No­vember 2007. Sementara, Pramono men­jadi panglima sejak Oktober 2009 hingga digantikan Moeldoko akhir Oktober 2010. Sedangkan, Moeldoko menjadi panglima di Kota Kembang hingga 2011.

Siapa sangka, pertemuan tiga jenderal tiga tahun lalu itu merupakan pertanda baik bagi Kodam Siliwangi yang baru saja merayakan ulang tahun ke-67, Ahad (19/5) lalu. Jadi, sesungguhnya suksesi kepe­mimpinan Angkatan Darat sudah terjadi tiga tahun lalu di Stadion Siliwangi.

"Moeldoko menjadi Kepala Staf Ang­katan Darat yang baru," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (20/5). Panglima tertinggi TNI itu mengumumkan suksesi Angkatan Darat setelah bertemu dengan tiga jenderal, yakni KSAD Jenderal Pra­mono Edhie Wibowo, Wakil KSAD Letnan Jenderal Moeldoko, dan Komandan Kodiklatad Letnan Jenderal Gatot Nurmantyo.

Penunjukan Moeldoko menjadi hadiah ulang tahun bagi kodam 'urang' Sunda yang pertama kali dipimpin Kolonel Infanteri Abdul Haris Nasution pada 1946-1948 itu. Karena, berturut-turut tiga KSAD terakhir pernah menjabat sebagai Panglima Kodam yang membawahkan Provinsi Jawa Barat dan Banten ini.

George Toisutta menjadi KSAD pada 2009-2010. Ia digantikan Pramono Edhie Wibowo yang menjadi KSAD pada 2010-2013. Kini, tongkat estafet KSAD itu kembali dipegang Moledoko. Selain keti­ganya, ada dua jenderal yang pernah menjadi Panglima Siliwangi kemudian berhasil menjadi Kasad

Adalah Jenderal Besar Abdul Haris Nasution yang pernah dua kali menjadi KSAD pada 1949-1952 dan 1955-1952.

Selain itu, Jenderal Edi Sudrajat yang pernah menjadi KSAD pada 1988-1993. Edi pada 1983-1985 menjadi panglima kodam, dengan moto esa hilang, dua ter­bilang.

Saat serah terima jabatan Panglima Siliwangi itu, Jenderal Toisutta men­gatakan, akan ada percepatan dalam per­gantian jabatan strategis di lingkungan TNI Angkatan Darat. Percepatan itu sengaja dilakukan Angkatan Darat kare­na adanya kesenjangan jumlah perwira tinggi. Dia mencontohkan, perwira TNI Angkatan Darat lulusan Akademi Militer 1975 jumlahnya sama banyak diband­ingkan gabungan lulusan 1977 hingga 1980. "Sehingga, yang di bawah harus segera mengisi," kata Toisutta.

Contoh percepatan itu, antara lain, terjadi pada Moeldoko. Dalam rentang satu tahun pada 2010, ia menduduki tiga jabatan untuk bintang dua. Setelah menjadi Kepala Staf Kodam Jayakarta di Jakarta pada 2008-2010, ia dipromosikan menjadi Panglima Divisi Infanteri 1 Kostrad dengan pangkat mayor jenderal pada Januari 2010 hingga Juni 2010.

Kemudian yang mencengangkan, ia dimutasi menjadi Panglima Kodam Tanjungpura di Pontianak, Kalimantan Barat. Di kodam yang baru kembali diaktifkan itu, ia hanya menjabat empat bulan, dari Juni hingga Oktober 2010. Terakhir ia dipercaya memegang kodam elite, Siliwangi. Di situlah, ia diprediksi akan menjadi satria piningit pimpinan Angkatan Darat, bahkan pimp­inan TNI. Posisinya sebagai Panglima Ko­dam Siliwangi diserahterimakan kepada Mayor Jenderal Muhammad Munir.

Lepas dari Kodam Siliwangi, Moel­doko 'dipingit' di luar instansi Angkatan Darat. Lulusan terbaik Akademi Militer 1981 itu menjadi Wakil Gubernur Lem­baga Ketahanan Nasional Lomhannas) pada 2011.

Seperti di luar dugaan karena ia disimpan dan tidak ditampilkan di mu­ka publik. Saat Letnan Jenderal AY Na­sution pensiun, posisi Panglima Kostrad diperkirakan akan dipercayakan kepada Moeldoko. Namun nyatanya, ia tetap sebagai Wagub Lemhannas. Pangkostrad justru diserahterimakan kepada Muham­mad Munir pada Maret 2012.

Tanda-tanda bahwa Moeldoko yang akan menjadi orang nomor satu di Markas Besar Angkatan Darat semakin terlihat setelah ia dipercaya menjadi Wakil KSAD pada Januari 2013 lalu. Pergantian ini sekaligus memupus peluang rivalnya yang paling berat, yakni Letnan Jenderal Budiman yang dimutasi menjadi Sekjen Kementerian Pertahanan.


Budiman selain lebih senior, juga lulusan terbaik Akmil 1978. Bahkan, pangkat letnan jenderalnya pun lebih dulu tinggi daripada Pramono Edhie Wibowo. Usia pensiunnya pun masih tahun depan, September 2014. Dari beberapa perwira tinggi senior Angkatan Darat, jika dita­nya siapa yang paling layak menjadi AD-1, nama Budiman selalu masuk daftar unggulan teratas. Bukan hanya untuk jabatan KSAD tahun ini. Sebelumnya pada 2010 pun, ia menjadi yang teratas bersama Pramono Edhie Wibowo. "Pak Budiman boleh, Pak Moeldoko pun oke," kata jenderal bintang tiga yang minta namanya tak dicantumkan. Kini, terjawab sudah. Moeldoko sebagai satria piningit itu. (selamat ginting), Sumber Koran: Republika (28 Mei 2013/Selasa, Hal. 23)