Sekitar 350 prajurit dari satuan tempur dan bantuan
tempur menjadi saksi pertemuan tiga jenderal di Lapangan Stadion Siliwangi,
Kota Bandung Jawa Barat. Saat itu, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal
George Toisutta memimpin upacara serah terima jabatan Panglima Kodam Siliwangi
dari Mayor Jenderal Pramono Edhie Wibowo kepada Mayor Jenderal Moeldoko.
Penyerahan tongkat komando itu berlangsung pada Jumat, 29 Oktober 2010 silam.
Dalam karier militernya, Toisutta juga pernah
menjadi Panglima Kodam Siliwangi sejak September 2006 hingga November 2007.
Sementara, Pramono menjadi panglima sejak Oktober 2009 hingga digantikan
Moeldoko akhir Oktober 2010. Sedangkan, Moeldoko menjadi panglima di Kota
Kembang hingga 2011.
Siapa sangka, pertemuan tiga jenderal tiga tahun
lalu itu merupakan pertanda baik bagi Kodam Siliwangi yang baru saja merayakan
ulang tahun ke-67, Ahad (19/5) lalu. Jadi, sesungguhnya suksesi kepemimpinan
Angkatan Darat sudah terjadi tiga tahun lalu di Stadion Siliwangi.
"Moeldoko menjadi Kepala Staf Angkatan Darat
yang baru," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Merdeka,
Jakarta, Senin (20/5). Panglima tertinggi TNI itu mengumumkan suksesi Angkatan
Darat setelah bertemu dengan tiga jenderal, yakni KSAD Jenderal Pramono Edhie
Wibowo, Wakil KSAD Letnan Jenderal Moeldoko, dan Komandan Kodiklatad Letnan
Jenderal Gatot Nurmantyo.
Penunjukan Moeldoko menjadi hadiah ulang tahun bagi
kodam 'urang' Sunda yang pertama kali dipimpin Kolonel Infanteri Abdul Haris
Nasution pada 1946-1948 itu. Karena, berturut-turut tiga KSAD terakhir pernah
menjabat sebagai Panglima Kodam yang membawahkan Provinsi Jawa Barat dan Banten
ini.
George Toisutta menjadi KSAD pada 2009-2010. Ia
digantikan Pramono Edhie Wibowo yang menjadi KSAD pada 2010-2013. Kini, tongkat
estafet KSAD itu kembali dipegang Moledoko. Selain ketiganya, ada dua jenderal
yang pernah menjadi Panglima Siliwangi kemudian berhasil menjadi Kasad
Adalah Jenderal Besar Abdul Haris Nasution yang
pernah dua kali menjadi KSAD pada 1949-1952 dan 1955-1952.
Selain itu, Jenderal Edi Sudrajat yang pernah
menjadi KSAD pada 1988-1993. Edi pada 1983-1985 menjadi panglima kodam, dengan
moto esa hilang, dua terbilang.
Saat serah terima jabatan Panglima Siliwangi itu,
Jenderal Toisutta mengatakan, akan ada percepatan dalam pergantian jabatan
strategis di lingkungan TNI Angkatan Darat. Percepatan itu sengaja dilakukan
Angkatan Darat karena adanya kesenjangan jumlah perwira tinggi. Dia
mencontohkan, perwira TNI Angkatan Darat lulusan Akademi Militer 1975 jumlahnya
sama banyak dibandingkan gabungan lulusan 1977 hingga 1980. "Sehingga,
yang di bawah harus segera mengisi," kata Toisutta.
Contoh percepatan itu, antara lain, terjadi pada
Moeldoko. Dalam rentang satu tahun pada 2010, ia menduduki tiga jabatan untuk
bintang dua. Setelah menjadi Kepala Staf Kodam Jayakarta di Jakarta pada
2008-2010, ia dipromosikan menjadi Panglima Divisi Infanteri 1 Kostrad dengan
pangkat mayor jenderal pada Januari 2010 hingga Juni 2010.
Kemudian yang mencengangkan, ia dimutasi menjadi
Panglima Kodam Tanjungpura di Pontianak, Kalimantan Barat. Di kodam yang baru kembali
diaktifkan itu, ia hanya menjabat empat bulan, dari Juni hingga Oktober 2010.
Terakhir ia dipercaya memegang kodam elite, Siliwangi. Di situlah, ia
diprediksi akan menjadi satria piningit pimpinan Angkatan Darat, bahkan pimpinan
TNI. Posisinya sebagai Panglima Kodam Siliwangi diserahterimakan kepada Mayor
Jenderal Muhammad Munir.
Lepas dari Kodam Siliwangi, Moeldoko 'dipingit' di
luar instansi Angkatan Darat. Lulusan terbaik Akademi Militer 1981 itu menjadi
Wakil Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Lomhannas) pada 2011.
Seperti di luar dugaan karena ia disimpan dan tidak
ditampilkan di muka publik. Saat Letnan Jenderal AY Nasution pensiun, posisi
Panglima Kostrad diperkirakan akan dipercayakan kepada Moeldoko. Namun
nyatanya, ia tetap sebagai Wagub Lemhannas. Pangkostrad justru diserahterimakan
kepada Muhammad Munir pada Maret 2012.
Tanda-tanda bahwa Moeldoko yang akan menjadi orang
nomor satu di Markas Besar Angkatan Darat semakin terlihat setelah ia dipercaya
menjadi Wakil KSAD pada Januari 2013 lalu. Pergantian ini sekaligus memupus
peluang rivalnya yang paling berat, yakni Letnan Jenderal Budiman yang dimutasi
menjadi Sekjen Kementerian Pertahanan.
Budiman selain lebih senior, juga lulusan terbaik
Akmil 1978. Bahkan, pangkat letnan jenderalnya pun lebih dulu tinggi daripada
Pramono Edhie Wibowo. Usia pensiunnya pun masih tahun depan, September 2014.
Dari beberapa perwira tinggi senior Angkatan Darat, jika ditanya siapa yang
paling layak menjadi AD-1, nama Budiman selalu masuk daftar unggulan teratas.
Bukan hanya untuk jabatan KSAD tahun ini. Sebelumnya pada 2010 pun, ia menjadi
yang teratas bersama Pramono Edhie Wibowo. "Pak Budiman boleh, Pak
Moeldoko pun oke," kata jenderal bintang tiga yang minta namanya tak
dicantumkan. Kini, terjawab sudah. Moeldoko sebagai satria piningit itu. (selamat ginting), Sumber Koran: Republika
(28 Mei 2013/Selasa, Hal. 23)