Jakarta, Setelah dilantik menjadi kepala Staf TNI AD (Kasad),
Letjen TNI Moeldoko berpeluang menjadi panglima TNI. Setelah diangkat sebagai
kasad, peluang menjadi calon panglima TNI ada karena pada dasarnya calon
panglima TNI adalah para kepala angkatan atau yang pernah menjabat sebagai
kepala staf angkatan.
"Sepenuhnya kita serahkan kepada Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono. Kalau kita baca undang-undang dan peraturan lainnya,
Presiden menunjuk berdasarkan rotasi," kata Panglima TNI, Laksamana Agus Suhartono, di Kantor Lemhannas,
Rabu (22/5). Hal itu sampaikan
Agus ketika ditanya mengenai seberapa besar peluang Moeldoko menjadi panglima.
Presiden Yudhoyono melantik Letjen TNT Moeldoko menjadi kasad menggantikan Jenderal
TNI Pramono Edhie Wibowo. Pelantikan berjalan khidmat di Istana Negara.
Pengangkatan Moeldoko ini melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 24 TNI
Tahun 2013. Dalam Keppres tersebut, Presiden juga memberhentikan dengan hormat
Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo dari jabatan kasad.
Laksamana Agus berencana mengusulkan tiga nama calon
panglima TNI ke Presiden Yudhoyono kira-kira satu bulan sejak Moeldoko dilantik.
Itu pun setelah melalui fit and proper test. "Sambil menunggu Moeldoko mendapatkan empat bintang (menjadi
jenderal). Setelah itu, baru saya usulkan," jelas dia.
Pengangkatan Moeldoko menjadi kasad diharapkan bisa
membawa TNI AD lebih
baik. "Saya sebagai panglima mengharapkan apa yang sudah direncanakan;
dilaksanakan dan diteruskan dengan baik. Hal-hal yang perlu ditingkatkan maka
ditingkatkan. Namun yang
terpenting adalah bagaimana membangun TNI AD menuju angkatan profesional, efektif, serta efisien," kata Laksamana Agus.
Seusai dilantik, Letjen Moeldoko mengatakan dirinya
akan segera melanjutkan tugas yang sudah diemban oleh kasad sebelumnya.
"Saya bekerja sudah memiliki referensi, sudah memiliki arahan dari bapak
Presiden, dan ada tujuh hal yang saya pegang teguh untuk saya jalankan,"
kata Moeldoko.
Konsistensi Program
Program
utama sebagai kasad adalah memelihara, meningkatkan, hingga menjaga konsistensi
program yang sekarang ini sudah berjalan baik akan terus dilanjutkan.
"Sekarang ini sangat baik untuk saya lanjutkan sehingga ada kesinambungan
yang konsisten sehingga visi yang kita inginkan, Angkatan Darat bisa kita
wujudkan bersama," tutur Moeldoko.
Prioritas saat menjabat sebagai kasad di bidang
politik akan terus meningkatkan profesionalitas dan menjaga netralitas para
perajurit menjelang Pemilu 2014. "Prioritas selanjutnya yaitu di bidang
bidang keahlian, kita tingkatkan dari waktu ke waktu dengan alutsista yang
kita miliki saat ini," kata Moeldoko.
Saat ditanya apakah dalam kepemimpinan nanti akan membuat gebrakan baru dalam program pembinaan untuk menghindari
oknum TNI AD yang melakukan penyimpangan, Moeldoko mengiayakan. Menurut
Moeldoko, ke depan akan ada evaluasi di bidang pendidikan. "Saya akan
evaluasi di bidang pendidikan khusunya. Kita lihat kembali apakah ada sesuatu
yang kurang pas pada saat mereka dijadikan prajurit pertama kali atau
pendidikan pembentukan," kata Moeldoko.
Setelah itu, tambah Moeldoko, ada pendidikan pengembangan,
dan mungkin di bidang pendidikan ini ada sesuatu yang kurang pas. "Ini
yang segera saya evaluasi dan serius sehingga nanti akan ada
pembenahan-pembenahan.
Saya ingin melakukan sebuah perubahan di bidang
kultur prajurit," tandas dia.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Lembaga Studi Pertahanan
dan Studi Strategis Indonesia (Lesperssi), Beni Sukadis, mengatakan terdapat
sejumlah tantangan yang akan dihadapi Moeldoko sebagai nakhoda baru di TNI AD.
Pertama, citra TNI AD yang tercoreng oleh sejumlah kasus, seperti penyerangan
Mapolres di Sumsel atau yang menyita perhatian publik, yakni kasus Cebongan,
Sleman.
Moeldoko harus mengembalikan citra tentara,
khususnya TNI AD, untuk tetap dianggap sebagai tentara profesional.
"Tantangan ke depan kasad adalah bagaimana peningkatan profesionalisme TNI
AD dilakukan secara konsisten," kata Beni.
Kasus penyerangan Mapolres di Sumsel, atau kasus penyerbuan
ke LP Cebongan yang dilakukan satuan Kopassus, dan yang terbaru insiden di
kantor DPP PDI-P, menunjukkan ada problem disiplin tentara yang mesti dibenahi
serius. Itu tugas mendesak dari Moeldoko. "Ya disiplin militer mesti
diutamakan," kata dia. (nsf/fdl/ags/P-3), Sumber: Koran Jakarta
(23 Mei 2013/Kamis, Hal. 03)