Jayapura, Aparat kepolisian yang
melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) di sekitar perkampungan di Aimas,
Kabupaten Sorong, Papua Barat, menemukan barak yang diduga sebagai tempat
pelatihan anggota OPM.
Wakapolda Papua Brigjen Pol Paulus Waterpauw yang dihubungi Antara dari Jayapura, Selasa, mengatakan, pihaknya melakukan
olah TKP di lokasi itu dua kali setelah mendapat berbagai dokumen dan bendera
Bintang Kejora serta berbagai jenis senjata tajam.
"Olah TKP dilakukan Sabtu (4/5) pukul 10.00
WIT dan pukul 15.00 WIT. Dari olah TKP itu berhasil ditemukan sebuah bangunan
yang berada di lereng perbukitan yang diduga menjadi markas sekaligus tempat
pelatihan," kata Wakapolda Papua yang memimpin langsung penyelidikan
kasus yang menewaskan dua warga sipil di Aimas.
Dikatakan Wakapolda, selain melakukan olah TKP,
pihaknya juga sudah meminta keterangan dari enam orang saksi yang diduga mengetahui
dengan pasti awal insiden
itu.
Penyidik masih terus memintai keterangan dari keenam
saksi yang juga diduga anggota kelompok tersebut, kata Wakapolda Papua. Ia
mengakui, sejak pihaknya berhasil melakukan olah TKP di lokasi itu, Isak Kalaibin
yang diduga menjadi ketua kelompok itu hingga saat ini tidak diketahui keberadaannya.
"Hingga saat ini belum diketahui keberadaan Isak Kalaibin,” kata Brigjen Pol
Waterpauw.
Ia mengatakan, dari hasil pemeriksaan sementara terungkap
insiden itu berawal dari laporan masyarakat tentang adanya sekelompok
masyarakat yang berjumlah sekitar 200 orang berkumpul di rumah Isak Kalaibin.
Mereka diduga akan melakukan pengibaran bendera Bintang Kejora pada 1 Mei lalu
yang oleh sekelompok masyarakat diperingati sebagai hari aneksasi.
Setelah mendapat laporan itu, anggota melakukan
patroli ke lokasi yang juga dilaporkan terlarang bagi mereka yang bukan anggota
kelompok tersebut.
Menurutnya, dari hasil olah TKP dan pemeriksaan
terhadap para saksi, terungkap di rumah Isak Kalaibin makin malam makin banyak
warga yang datang dan
berkumpul dengan membawa aneka jenis senjata tajam. Hal itu menyebabkan aparat
keamanan gabungan TNI/Polri mendatangi kawasan yang berlokasi di Aimas itu.
Namun, setibanya di lokasi, masyarakat menghadang
dan meminta aparat keluar dari kendaraan yang digunakan. Tak lama kemudian,
kendaraan itu dirusak dan anggota diserang dengan menggunakan senjata tajam hingga melukai salah satu anggota Koramil
Aimas.
Mendapat serangan dari masyarakat, menurut Wakapolda
Papua, anggota yang membawa senjata kemudian mengeluarkan tembakan hingga akhirnya
mengenai warga yang memang berada di sekitar lokasi.
Kasus penembakan menyebabkan enam warga mengalami
luka tembak. Dua di antaranya meninggal, yakni Abner Makagawak dan Thomas
Blesia. Jumlah korban
tewas menjadi tiga setelah hari Selasa kemarin, Ny Salomina Kalaibin menyusul
meninggal.
Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol Gede Sumerta
ketika dihubungi Antara mengatakan,
korban sempat dioperasi pada Kamis (1/5) sesaat setelah tertembak, di RS Sele
Be Selo Aimas.
Dikatakan, dokter yang mengoperasi korban berhasil
mengeluarkan proyektil, namun jenisnya bukan yang biasa digunakan
TNI/Polri atau amunisi standar.
"Kami memperoleh informasi, proyektil yang
ditemukan pada tubuh korban itu bukan proyektil yang digunakan polisi atau
TNI," kata Kombes Gede Sumerta.
Tanggal 1 Mei selain diperingati sebagai hari kembalinya
Papua ke pangkuan Ibu Pertiwi (NKRI), oleh sekelompok masyarakat di Papua juga
diperingati sebagai hari aneksasi. (Ant/Dwi Putro AA), Sumber Koran: Suara Karya (08 Mei 2013/Rabu, Hal. 14)