Rabu, 15 Mei 2013 | 21:47 WIB
JAKARTA, nasional.kontan.co.id - Kalau tidak ada aral melintang, sebelum 5
Oktober 2013 nanti, Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat (AD) SUDAH
akan memiliki tank Leopard dari Jerman. Hal itu dikatakan Kepala Staf TNI AD,
Jenderal Pramono Edhie Wibowo di Kantor Presiden, Rabu (15/5).
Ia mengatakan sejumlah alat-alat
tempur TNI AD yang dipesan dari Jerman, termasuk tank Leopard, prosesnya
pembeliannya tetap berjalan dan sesuai dengan rencana. "Kita harapkan
tahun ini akan datang, ada uji coba misalnya manufer dengan penembakan, kita
berharap sebelum tanggal 5 Oktober alat-alat itu sudah datang," ujar
Pramono.
Pramono bilang, TNI AD telah
memesan sebanyak 164 alat perang. Alat perang tersebut berupa Main Battle Tank
dan tank pendukung lainnya. KSAD merinci bahwa alat-alat perang itu terdiri
dari 104 tank Leopard, 50 Marder 1A2 Infantry Fighting Vehicles, 4 Armored
Recovery Vehicles, 3 Mobile Bridge-Layers, dan 3 AEV Armored Engineering
Vehicles.
Adik ipar Presiden SBY ini
menuturkan dari total 164 alat perang tersebut, 50 tank Marder itu merupakan
bonus dari pemerintah Jepang karena Indonesia memesan cukup banyak alat perang.
Ia juga menegaskan bahwa pemerintah tidak menambah anggaran atas bonus
tersebut. "Tadinya dalam perencanaan US$ 280 juta itu kan dapat 44 unit.
Setelah kami ke sana, kami lakukan negosiasi, ternyata kami bisa dapat 164 unit,"
bebernya.
Nantinya alat-alat perang itu akan dikirim ke Indonesia secara bertahap, dan diharapkan proses pengiriman itu sudah rampung sebelum 5 Oktober tahun ini. Meskipun demikian, Pramono tidak merinci tahap-tahap pengiriman alat berat itu. Yang jelas, kata Pramono, pengiriman semua alat-alat perang itu tidak dilakukan sekaligus. (Noverius Laoli)
Nantinya alat-alat perang itu akan dikirim ke Indonesia secara bertahap, dan diharapkan proses pengiriman itu sudah rampung sebelum 5 Oktober tahun ini. Meskipun demikian, Pramono tidak merinci tahap-tahap pengiriman alat berat itu. Yang jelas, kata Pramono, pengiriman semua alat-alat perang itu tidak dilakukan sekaligus. (Noverius Laoli)