Jumat, 10 Mei 2013

Masyarakat Makassar Minta Bantuan TNI untuk Berantas Preman



Penulis : Kontributor Makassar, Hendra Cipto | Kamis, 9 Mei 2013 | 15:36 WIB

MAKASSAR, KOMPAS.com — Korban premanisme di Kota Makassar terus berjatuhan, tetapi aparat kepolisian terkesan acuh. Untuk itu, masyarakat akan meminta bantuan TNI untuk memberantas premanisme.

"Mulai hari ini, 9 Mei 2013, kami menyatakan mosi tidak percaya lagi kepada Kapolda Sulsel Irjen Mudji Waluyo. Kapolda gagal memberikan jaminan perlindungan menyeluruh terhadap jurnalis yang bertugas di wilayah Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan," kata Upi Asmaradhana, Koordinator Relawan Komite Perlindungan Jurnalis dan Kebebasan Berekspresi, dalam rilis terbuka, Kamis (9/5/2013).

Pernyataan itu dimunculkan menyusul berbagai kejadian kekerasan terhadap masyarakat dan wartawan. Seperti halnya yang terjadi semalam, dua korban premanisme terluka dan barang berharga miliknya raib dibawa pelaku.

Korban adalah seorang wartawan Trans TV di Makassar, Muhammad Ardiansyah, yang saat kejadian sedang berada di Jalan Urip Sumohardjo, Kamis sekitar pukul 04.40 Wita. Seorang lagi warga bernama Andi dipanah dan laptopnya dirampas pelaku di Jalan AP Pettarani.

Ardiansyah ditikam di bagian paha kanan dengan dua luka sedalam 5 cm dan goresan kecil. Korban kemudian dilarikan ke UGD Rumah Sakit Ibnu Sina untuk menjalani perawatan.

Kejadian diawali dengan diserempetnya motor korban dan kunci langsung dicabut oleh pelaku premanisme. Korban kemudian berusaha mengejar pelaku untuk mengambil kunci motor, tetapi pelaku memanggil rekannya. Rekan pelaku balik menyerang korban. Korban dipanah kemudian ditikam dengan sebilah badik di bagian paha.

Sementara itu, Andi terkena anak panah di bahu kanan dan dilarikan ke RS Bhayangkara. Sebelumnya, pada 6 April lalu, Harun, jurnalis Fajar TV, menjadi korban kekerasan oleh kelompok pemuda saat melintas di Jalan Veteran Utara. Polisi menangkap salah seorang yang diduga pelaku. Namun, dengan alasan tidak cukup bukti, ia lalu dilepaskan. Padahal, dalam pemeriksaannya dia mengaku ikut dalam rombongan geng motor tersebut.

Aksi premanisme juga dialami ratusan pedagang dan ribuan pengunjung Pantai Losari. Puluhan preman yang telah menguasai Pantai Losari itu sering memeras dan mengancam pedagang jika permintaannya tidak dipenuhi.