Senin, 13 Mei 2013

Kopral DSB Lebih Memilih Sembunyi di Masjid



Minggu, 12/05/2013 - 15:45

BANDUNG, (PRLM).- Ada kisah menarik di balik tertangkapnya Kopral DSB, tersangka perampokan uang Rp 2,9 miliar dari mobil Securicor G4S. Selama pelarian, DSB ibarat musafir dan tidak pernah berlama-lama tinggal di satu tempat.

Berdasarkan pelacakan yang dilakukan tim intel Komando Distrik Militer (Kodim) 0618/BS Bandung, DSB selalu berpindah-pindah tempat. Kodim melacak keberadaan DSB berawal dari komunikasi DSB dengan istriya melalui handphone. "Dalam perbincangan itu, DSB sempat mengucap jika dia ingin pulang dan menyerah saja," kata Dandim 0618/BS Bandung Letnan Kolonel Infanteri (Inf.) Ujang Sudrajad didampingi Pasi (Kepala Seksi) Intel Kapten Inf. Acep Supriadin, Minggu (12/5/2013) siang.

Ujang memaparkan,selama 12 hari (28 April - 9 Mei), ada 12 tempat yang DSB singgahi sebagai tempat bersembunyi. Di tempat itu, DSB kebanyakan menginap di masjid. "Selama pelarian itu, DSB kemana-mana memakai angkot atau ojek. Soalnya dia tidak bisa nyetir. Itu mengapa uang yang disita dari DSB masih terbilang cukup banyak. Ya karena tidak banyak dibelanjakan. Paling dia beli tas di Cipanas untuk menyimpan uang. Dia pun seringnya menginap di masjid. Ada juga menginap di pabrik pembuatan bata dan hotel," ujarnya.

Beberapa tempat yang disinggahi DSB, tutur Ujang, antara lain Cipanas Cianjur, Jonggol Bogor, Teluk Jambe Karawang, Marga Asih Kab. Bandung, Cimaung Banjaran, Ciwidey, Cijayanti, Cimangkok Sukabumi, hingga Sukanagara Cianjur. "Dia paling lama bersembunyi di Ciwidey yaitu dua hari. Di sana, dia menginap di masjid," ujarnya.

Intel Kodim akhirnya melacak posisi terakhir DSB di sebuah rumah di Kampung Pasir Kiara Desa Sulaksana Kec. Sukanegara Kab. Cianjur. Penghuni dan pemilik rumah itu bernama Misa. Warga setempat mengenal Pak Misa sebagai orang yang memiliki "kabisa".

"Pak Misa sering dikunjungi banyak orang dari berbagai tempat untuk berobat atau meminta saran dan sebagainya. Kemungkinan DSB ke sana untuk meminta saran ataupun ketenangan batin karena selama 12 hari merasa dikejar-kejar," ujar Acep ikut menambahkan.

Tim yang dipimpin Acep, tiba di lokasi pada Kamis (9/5) sekitar pukul 1 dini hari. Acep lalu menyusun strategi. Anggota tim ada yang berpura-pura ingin berobat di Pak Misa. "Jam 2.30 dini hari, kami mengetuk pintu rumah Pak Misa. Ternyata yang membuka pintu adalah DSB. Saat itu juga kami mengamankan dia dan dibawa ke POM DAM," ujar Acep.

Untuk penyelidikan lebih lanjut, Kodim 0618/BS Bandung, menyerahkan sepenuhnya kepada POM DAM. "Wewenang kini ada di POM DAM. Mereka yang akan tahu sejauh mana keterlibatan DSB dalam kasus itu. Apakah memang dia yang merencanakan atau dia hanya ikut-ikutan. Kami ikuti saja sesuai prosedur hukum yang berlaku," ucap Dandim.

Ujang juga menuturkan, berdasarkan laporan anggotanya, Kopral DSB adalah prajurit yang tidak neko-neko. "Normatif saja. Datang pagi dan pulang sore. Bergaul dengan rekan-rekannya juga biasa. Dia olahragawan dan masuk tim voli. Berangkat dari kejadian ini, kami telah meminta setiap perwira di kodim untuk lebih dekat dengan anggotanya. Perwira harus mengkonseling satu per satu agar kita tahu permasalahan anggota," ujarnya. Sumber : www.pikiran-rakyat.com