Bogor, Perempuan yang kerap bepergian
seorang diri kelak tak perlu khawatir lagi. Seorang siswa
kelas 2 SMPN 1 Kota Bogor, Hibar Syahrul Gafur
(15), baru
saja menciptakan sepatu yang diklaim bisa mencegah pelecehan seksual.
Sepatu
ciptaan Hibar ini baru saja menyabet medali emas di ajang International Exhibition of Young Inventors (IEYI) di Malaysia.
Sepatu tersebut sempat menyedot perhatian para pengunjung pameran. Mereka
kagum akan keampuhannya
karena sepatu itu bisa menimbulkan sengatan listrik yang dapat melumpuhkan
orang yang akan berbuat jahat.
Sepatu
berhak tinggi ini di dalamnya memiliki rongga. Ruang berongga tersebut
berfungsi untuk menempatkan batrei yang bertegangan listrik 450 volt. Tujuannya
adalah untuk memberikan efek getar. Terdapat guntaian kabel yang terhubung
dengan baterai dan fungsinya untuk proses pengisian ulang baterai. Ditemui Warta Kota usai pulang dari Malaysia, Minggu (12/5) petang,
putra
kedua pasangan Kopral Kepala (Kopka) TNI AD Jamaludin (46)-Sri Hendrayanti (42)
ini menuturkan keberhasilannya menciptakan sepatu antikekerasan seksual bagi
perempuan. 'Awalnya' saya prihatin melihat tayangan di televisi soal kekerasan
seksual terhadap perempuan. Kemudian saya berpikir untuk menciptakan alat
khusus buat perempuan agar bisa melindungi dirinya dari ancaman pelaku
kejahatan," ujar Hibar.
Dijumpai di rumahnya di Kampung Babakan
Cimahpar RT 05/09. No 45, Kelurahan Cimahpar. Bogor Utara, Kota Bogor, siswa
kelas VIII (2), SMPN 1 Kota Bogor itu menjelaskan, awalnya dia akan menciptakan sebuah bra yang
dilengkapi aliran listrik. Tapi, rencana itu dibatalkan karena dikhawatirkan
aliran listrik malah akan berbahaya bagi perempuan yang memakainya.
"Kemudian muncul ide untuk membuat sepatu perempuan yang dilengkapi aliran
listrik." katanya.
Rencana
untuk membuat sepatu yang dilengkapi batrei ini kemudian disampaikan kepada
guru fisika di sekolahnya. Gagasan Hibar langsung disambut positif oleh
gurunya.
Lewat
bimbingan Warsito dan Aip, guru Fisika dan guru pembimbing dari luar sekolah,
Hibar mulai menciptakan
sebuah rangkaian listrik
yang dipasang di bagian alas sepatu perempuan tersebut.
Ide
untuk membuat sepatu yang mengandung aliran listrik muncul sekitar bulan
Agustus 2012 tahun lalu. Awalnya, Hibar mempelajari cara membuat rangkaian
listrik secara otodidak,
lewat internet, dan membaca buku. "Sekitar sebulan saya belajar soal
rangkaian listrik," ujar remaja yang gemar belajar matematika itu.
Dengan
daya listrik bertegangan 450 volt, sepatu antiperkosaan ciptaan Hibar bisa
membuat orang yang tersengat meringis kesakitan. Tak hanya itu. jika sepatu
yang bagian ujunganya dilapisi lempengan kecil dari besi itu ditempelkan ke
tubuh selama semenit, bisa membuat orang lemas. "Awalnya masih banyak
kekurangan, terutama saat hujan, sepatu yang saya buat kemasukan air dan itu bisa membahayakan
pemakainya karena rangkaian listrik bisa konslet,” katanya.
Untuk
menghasilkan daya listrik bertegangan 450 volt, Hibar cukup memasang batrei
kotak 9 volt
dirangkai dengan sirkuit dan beberapa komponen yang ditempelkan PCB.
"Semua rangkaian dipasang di bagian alas sepatu, dilengkapi tombol on/off
dan indikator lampu untuk mengetahui kekuatan batrei," ujarnya.
Jika
batre habis, lampu indikator akan mati, dan tinggal dicharges, layaknya telepon selular. "Butuh waktu 2 sampai 3 jam,
untuk mengecas. Dan sepatu itu bisa digunakan selama 24 jam," kata remaja
yang selalu masuk 3 besar di kelasnya.
Didebat
pengunjung
Menurut
Hibar, selain melakukan uji coba kepada manusia, sepatu anti kekerasan
seksual hasil ciptaannya juga pernah diujikan ke seekor ayam. Dan hasilnya,
dalam hitungan detik, ayam negeri itu pun langsung jatuh lemas. "Ngujinya
ke ayam negeri, kalau ayam kampung mahal," kata Hibar setengah bercanda.
Dia
menjelaskan, sepatu anti kekerasan seksual ciptaannya terdapat dua model. Yaitu
sepatu dengan tegangan 450 volt dan 470 volt. Untuk sepatu dengan tegangan 470
volt, kata Hibar, masih bisa menyimpan listrik selama 5 menit meskipun sudah
dimatikan. "Bedanya masih bisa menyimpan listrik meskipun sudah
dimatikan," katanya.
Ketika
mengikuti pameran, Hibar mengakui banyak pengunjung yang tertarik terhadap
hasil karyanya. Namun dia pun sempat menangis ketika seorang pengunjung
mencecarnya dengan perntanyaan fisika.
"Saya
menangis karena tidak bisa menjawab pertanyaan pengunjung. Saya kan masih SMP, ditanya soal
yang berat seperti itu.' katanya.
Namun teman-temanya menghiburnya
karena hal seperti biasa dalam pameran. "Saya pun tegar kembali. Saya
masih SMP, ditanya pertanyaan yang biasa dipelajari mahasiswa, ya jelas kelabakan,"
ujarnya.
Finalis
LIPI
Keberhasilan
HiBar
meraih medali emas dalam ajang ITEX 13 di Malaysia tidak lepas dari
keikutsertaannya dalam lomba yang digelar di Lembaga Ilmu Pengatahuan Indonesia
(LIPI) tahun
2012 lalu. Saat itu dia masuk dalam salah satu finalis Young Investor Award (NYIA) ke-5 dengan judul Sepatu Anti Kekerasan
Seksual tanggal 25 September 2012.
"Waktu
itu saya daftar ke LIPI, kemudian dapat panggilan untuk ikut kompetesi dan
masuk finalis," ujar lulusan SDN Cimahpar I ini.
Sekitar
Februari lalu, LIPI mengundang Hibar untuk mengikuti ITEX 13 di Malaysia.
Mendapat kesempatan langka ini, Hibar tidak menyia-nyiakannya dan langsung
melakukan berbagai persiapan. "Bulan April saya melakukan pengembangan
sepatu ciptaan saya sebelum dibawa ke Malaysia," katanya.
Selain
dirinya, ada enam orang siswa lainnya yang juga diberangkat LIPI ke Malaysia
untuk mengikuti kompetisi Internasional yang diikuti 21 Negara itu.
"Alhamdulilah saya mendapatkan medali emas," ujarnya.
Disiplin
Di
mata Jamaludin, orangtua Hibar, kunci keberhasilan anak keduanya itu adalah
karena disiplin. Sebagai anggota TNI AD yang bertugas di Pusdikzi di Bogor, Jamaludin
menerapkan kedisiplinan bagi kedua anaknya.
"Anak
saya belajar secara otodidak, tidak ada kursus-kursus karena biayanya mahal.
Semua itu berkat kedisiplinan yang saya terapkan di keluarga ini,"
ujarnya.
Pria
yang sudah 24 tahun menjadi anggota TNI itu, mengaku tidak memiliki uang
banyak untuk mempersiapkan Hibar berangkat ke Malaysia.
Untuk
mempersiapkan sepatu hasil karya anaknya, mereka menyiapkan dana pribadi. Bahkan, Jamaludin
membentuk tim kecil di rumahnya.
"Saya
bertugas menyiapkan segala keperluan untuk bahan dan peralatan sepatu, ibunya
mengajari anak saya, dan kakaknya mengajarkan bahasa Inggris," kata pria
yang nyambi menjadi tukang ojek itu.
Prototipe
yang dibawanya pada ajang IEYI adalah sepatu jenis wedges berwarna putih. Sepatu ini tampak biasa saja, dengan dua
tembaga tampak pada bagian sol depan sepatu. Di tembaga inilah tersimpan tenaga
listrik bertegangan 450 volt yang bersumber dari batrei 9 volt. Untuk membuat sepatu
tersebut, Hibar merogoh kocek sebesar Rp 1,3 juta.
Bersama
rekan-rekannya, Hibar disambut oleh keluarga dan tim LIPI di tempat kedatangan
Bandara Soekarno Hatta, Minggu (12/5). Dengan bangga Hibar membuka sepatu
perempuan yang menjadi prototype
atau alat peraga selama kompetisi di sana.
Untuk
membuktikan kalau sepatunya memang mengeluarkan arus listrik tegangan tinggi,
Hibar mengambil sebuah pisau dan menggesekkannya ke ujung sepatu perempuan yang
didesainnya. Percikan api pun keluar, tidak harrya sekali, berkali-kali tiap
pisau tersebut digesekkan ke sepatu yang sudah ditempel arus ristrik buatannya.
"Jadi tinggal tendang saja, langsung KO deh," ujarnya sambil
tersenyum.
Meningkat
Jika
di kemudian hari ciptaan Hibar ini bisa diproduksi massal, para perempuan yang
memakainya bisa lebih tenang, tidak perlu terlalu khawatir bakal terjadi
gangguan. Apalagi data Komnas Perempuan menunjukkan bahwa angka kekerasan
skesual pada perempuan di Indonesia cenderung meningkat.
Pada 2012, ada kenaikkan dibanding sebelumnya
sebesar 4,35 persen atau menjadi 4.293 kasus. Jenis dan bentuk kekerasan yang
paling banyak terjadi ialah kekerasan seksual (2.521 kasus), diantaranya
pemerkosaan (840 kasus) dan pencabulan (780 kasus). (wid/ver), Sumber Koran: Warta Kota (13 Mei 2013/Senin, Hal. 01)