Senin, 13 Mei 2013

TNI Sesalkan Anggotanya Tembak Warga di Wamena



Minggu, 12 Mei 2013 | 12:34 WIB

TEMPO.CO, Jayapura - Petinggi Komando Daerah Militer XVII/Cenderawasih, Papua, menyesalkan tindakan anggotanya yang menembak warga di Kabupaten Jayawijaya bernama Arton Kogoya, 24 tahun, Sabtu malam, 11 Mei 2013.

Korban meninggal dengan luka tembak di bagian dada dan paha. "Panglima (Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Christian Zebua) sangat menyesalkan ini. Saya dikontak dan beliau mengatakan agar kasus ini diusut tuntas," kata Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih, Letkol Infantri Jansen Simanjuntak, Minggu, 12 Mei 2013.

Ia mengatakan, oknum anggota yang menembak pasti akan diberi sanksi. "Itu sesuai prosedur, dimana anggota yang bersalah akan menjalani sidang dan selanjutnya dihukum," katanya.

Pelaku adalah Prada Wahyudi yang menembak karena diserang. Korban Arton Kogoya meninggal di tempat. "Arah senjata dimaksudkan ke tanah. Tetapi karena terjepit dan panik, peluru yang ditembakan mengenai sekitar dada korban," kata Jansen.

Komandan Distrik Militer Wamena, Jayawijaya, Letkol Yusuf Sampetoding mengatakan kasus tersebut sementara diinvestigasi. "Ini masih proses investigasi. Saya baru tiba pagi ini di Wamena," ucapnya.

Direktur Aliansi Demokrasi untuk Papua Latifah Anum Siregar menjelaskan, usaha membela diri dari oknum TNI merupakan cerita lama. "Karena ada prosedur hukum yang harus ditaati. Bukan memanggil rekannya dan membalas, tapi seharusnya melapor ke polisi untuk ditangani karena itu tugas polisi," ujarnya.

Ia berharap kasus ini diusut tuntas. "Dan pelakunya dihukum. Di sini ada dua peristiwa, pemalakan dan penembakan. Dalam peristiwa pertama, kalau anggota TNI menyerahkan ini pada polisi, tak akan terjadi peristiwa kedua," katanya.

Insiden tersebut berawal ketika tiga anggota TNI Yonif 756 Pos Napua, Serda Agung, Pratu Sitanggang, dan Prada Haryono usai bermain futsal di Kota Wamena, sekitar pukul 22.00 WIT. Ketiganya kemudian singgah di warung Wonogiri Tiga Wamena untuk membeli makan. Tiba-tiba datang lima orang mabuk dan memalak.

Karena tak dikasih uang, terjadilah cekcok mulut yang berujung perkelahian. Pemalak yang membawa alat tajam juga mengejar tiga anggota TNI menggunakan parang. Seorang prajurit ini kemudian menelpon rekannya di pos Napua. Tidak berapa lama, bantuan langsung tiba.

Jumlah prajurit yang lebih banyak ternyata tak mengurungkan niat pemalak untuk terus menyerang. Dalam keadaan terjepit itu, Prada Wahyudi menembak tewas seorang diantaranya.