Bandung, Pada
usianya yang ke-30, PT
Pindad (Persero) masih perlu melakukan pembenahan. Selain masih identik dengan
keterlambatan dalam memenuhi pesanan, saat ini perusahaan itu tercatat
berutang Rp 600 miliar
kepada TNI atau 50 juta
butir bila dikonversi dalam bentuk munisi.
Demikian disampaikan Direktur Utama PT Pindad
(Persero) Adik Avianto Soedarsono, pada Bedah Buku 30 Tahun PT Pindad
(Persero): Pijakan Menuju Kemandirian Alutsista di PT Pindad
(Persero), Jln.
Gatot Subroto, Bandung pada Senin (29/4) malam.
"Meski kapasitas produksi kami telah mencapai 130 juta butir/tahun, tapi
mendapatkan pesanan 50 juta
butir saja kesulitan. Oleh karena itu, kapasitas harus ditingkatkan lagi
menjadi 200 juta
butir/tahun," katanya.
Ia
mengatakan, bahkan Wakil Kepala Staf Angkatan Darat sekitar 3 minggu lalu berpesan bahwa perusahaan tersebut
harus mampu meningkatkan kapasitasnya menjadi 500 juta butir/tahun. "Oleh karena
itu, perusahaan ini harus menjadi world class
industry. Hingga
saat ini, satu karyawan perusahaan itu hanya mampu menghasilkan sekitar 120 ribu butir/tahun. Sementara di
Amerika Serikat, satu karyawan bisa menghasilkan 1 juta butir/tahun dan di Jerman sudah menghasilkan
sekitar 720 ribu
butir/tahun," katanya.
Adik
juga menyampaikan, potensi denda perusahaan tersebut tahun ini mencapai sekitar
Rp 14 miliar, lebih
tinggi dari tahun lalu yakni Rp 11 miliar.
"Namun, kami berharap hal tersebut tidak terjadi pada tahun ini. Bila
perusahaan ini sering membayar denda, akan sulit untuk lebih maju karena
banyak modal yang mesti ditanam untuk masuk kepada world class industry" ujarnya.
Kepala
Pusat Pengadaan Badan Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan (Kapusada
Baranahan Kemenhan) Asep Sumaruddin mengatakan, PT Pindad (Persero) harus
memfokuskan untuk membenahi diri dalam meningkatkan kualitas dan kapasitas
sebelum melangkah untuk menjadi world class
industry. "Keluhan dari end user harus diperhatikan dan berusaha
untuk dihilangkan dengan perbaikan kualitas," tuturnya.
Wakil
Komisaris Utama PT Pindad (Persero), Ali Yusuf Susanto mengatakan, para direksi
dan karyawan telah berusaha maksimal dalam berupaya memenuhi pesanan klien.
Namun, kendala yang masih dihadapi adalah keterbatasan mesin untuk melakukan
produksi. "Order terlalu banyak, mesin tua, dan tidak ada penambahan.
Sementara pesanan tidak mungkin ditolak karena akan menjadi buah simalakama.
Kami berharap dan menargetkan, tahun 2014 permasalahan
tersebut akan bisa diatasi," katanya.
Menurut Ali, PT Pindad (Persero) baru bisa memenuhi
10 persen dari
total kebutuhan alutsista. "Munisi dan senjata laras panjang untuk
perseorangan prajurit angkatan darat, yakni infanteri saya pikir sudah bisa
terpenuhi cukup baik. Akan tetapi, untuk kavaleri, artileri medan, artileri pertahanan
udara masih sangat minim," katanya. Oleh karena itu, perusahaan tersebut
harus terus bekerja keras untuk membangun kemampuan SDM, selain meningkatkan
teknologi peralatan. (A-207), Sumber Koran: Pikiran Rakyat (01 Mei 2013/Rabu, Hal. 23)