Jerman menyetujui untuk
menjual 164 tank bekas kepada Indonesia. Perjuangan Indonesia menjadi negara
demokrasi menjadi landasan meloloskan proposal pembelian alat berat ini.
Pemerintahan Kanselir Angela Merkel telah
memberikan lampu hijau untuk produsen senjata Rheinmetall AG yang berada di
Duesseldorf, menjual tank ke Indonesia. Pernyataan itu dirilis Pemerintah
Jerman, Rabu (8/5).
Penjualan itu termasuk 104 unit tank Leopard 2 dan
50 unit kendaraan tempur infantri Marder 1A2s. Selain itu, kesepakatan ini juga meliputi 10
tank lain, termasuk kendaraan tempur untuk pegunungan dan sejumlah kendaraan
militer lainnya.
Dewan Keamanan Negara mengizinkan ekspor senjata
itu dalam pertemuan tertutup dan biasanya tetap tutup mulut hingga rinciannya
disiarkan dalam laporan tahunan ekspor sarana pertahanan.
Konfirmasi ini diperoleh setelah seorang anggota parlemen
oposisi Kalha Koil dari Partai Hijau yang meminta penjelasan terkait
kesepakatan penjualan senjata yang dicapai November tahun lalu itu.
Partai Hijau Jerman selama ini menyuarakan
keprihatinannya bahwa Indonesia, yang kerap dikritik karena sering melanggar HAM, akan menggunakan
persenjataan buatan Jerman ini untuk menghadapi pengunjuk rasa dan etnis
minoritas.
Juru bicara Merkel, Steffen Seibert, membela ekspor
itu dan menyebut Indonesia mitra penting. Menurut dia, Merkel telah memuji
Indonesia sebagai teladan untuk keragaman agama saat kunjungan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono ke Berlin.
"Indonesia, dalam pandangan pemerintah Jerman,
sejak 1998 mengalami perubahan politik mendalam menuju sistem politik
demokratis. Upaya perubahan pemerintah Indonesia berlangsung terus,"
jelas Seibert mengenai landasan pemerintah Jerman mau menjual tank.
Setelah proposal pembelian tank Indonesia ditolak
Pemerintah Belanda, Indonesia kemudian tertarik dengan Tank Leopard made in
Rheinmetall, yang dianggap sebagai kendaraan perang yang tahan di berbagai
medan.
Indonesia meminta tank itu pada 2012 dalam
kunjungan Merkel dengan berjanji tidak menggunakannya terhadap rakyatnya.
Meski Indonesia berjanji
tidak akan menyalahgunakan penggunaan kendaraan perang tersebut, kelompok
pemerhati hak asasi manusia (HAM) internasional masih khawatir.
Badan Amnesti Internasional menuduh adanya
kejahatan hak asasi manusia di beberapa provinsi. Selain itu, Indonesia
diragukan juga karena ada di WO besar negara terkorup dalam Index Transparansi Internasional.
Keuntungan
Regional
Beberapa tahun terakhir, Jerman sudah melakukan
miliaran kesepakatan jual beli senjata dengan beberapa negara, seperti Arab
Saudi, Qatar dan Uni Emirat Arab.
Kesepakatan jual beli senjata ini dianggap untuk
memastikan keamanan Jerman di kawasan regional. Misalnya, Arab Saudi dianggap
cukup strategis sebagai pihak yang bisa melawan dan menahan serangan dari Iran.
Pihak Arab Saudi juga memiliki kerja sama erat dengan pihak intelijen Jerman
untuk melawan aksi terorisme internasional.
Hal yang sama juga mendasari Berlin menjual 62
Leopard ke Qatar.
Qatar merupakan partner regional penting Jerman.
Pemerintahan Merkel
sudah sering mempromosikan senjata perang buatan mereka kepada negara-negara
yang dianggap sebagai partner strategis. Salah satunya adalah Indonesia. (cna/day), Sumber Koran: Rakyat Merdeka (10 Mei
2013/Jumat, Hal. 10)