Jumat, 03 Mei 2013

Pangdam Cenderawasih Harus Mengerti Budaya Papua



Kamis, 02 Mei 2013 | 08:05

Jakarta - Siapa pun yang menjadi Panglima Kodam XVII Cenderawasih, diharapkan mengerti budaya Papua dan bisa merangkul Rakyat Papua dengan kasih. Pangdam juga harus secara profesional melaksanakan reformasi TNI di Papua. "Pangdam harus mampu meningkatkan koordinasi yang baik dengan Kepolisian di Papua," kata Direktur Eksekutif Imparsial, Poengky Indarti saat dihubungi, Rabu (1/5). Tentang Pangdam Cendrawasih Mayjend TNI, Cristian Zebua, menurut Poengky, terlalu dini untuk mengukur kinerjanya karena baru bertugas beberapa bulan.

“Harus diakui, selama kepemimpinan beliau tercipta kerja sama yang baik antara Pangdam dan Kapolda, sehingga menciptakan situasi yang kondusif di Papua. Yang paling disayangkan, jatuhnya korban 8 anggota TNI yang meninggal dunia dibunuh kelompok bersenjata. Kami berharap, kasus tersebut dapat diusut tuntas siapa para pelakunya dan harus diproses pidana. Kami juga berharap kasus serupa tidak terjadi lagi,” ujarnya.

Poengky juga berpendapat, penting sekali bagi Pangdam untuk menjaga pertahanan negara agar mampu menahan serangan musuh dari luar Indonesia. Pangdam juga harus tegas terhadap bawahannya, terlebih jika ada pelanggaran hukum dan tindak kekerasan yang dilakukan anak buahnya, maka harus ditindak tegas. "Termasuk memberantas bisnis-bisnis ilegal yang mungkin dilakukan anak buahnya di Papua," katanya.

Langgar SOP

Saat menjadi pembicara pada seminar “Aktualisasi Nilai wawasan Kebangsaan Dalam Rangka Memanfaatkan Kewaspadaan Nasional” pada "Gebyar 50 Tahun Irian Barat Kembali ke NKRI" Pangdam Cendrawasih Mayjend TNI, Cristian Zebua menjelaskan tentang tewasnya 8 anggota TNI di Sinak, Kabupaten Puncak, Kamis (21/2) lalu.

"Mereka melanggar standar oprasional (SOP) yang sudah ditegaskan. Mereka percaya pada omongan orang lain, agar tidak membawa senjata hari itu. Padahal, senjata adalah istri kedua yang tidak bisa dilepas. Mereka lebih percaya omongan yang tipu-tipu dari mereka, lalu mereka melanggar SOP.

Ternyata di tengah jalan, mereka digorok tanpa adanya perlawanan. Nangis saya mendengar itu,” ujar Pangdam dihadapan peserta seminar, antara lain pelajar, mahasiswa, organisasi kepemudaan di Aula BLK Kabupaten Sorong, Papua Barat, Selasa (30/4) siang.

Dikatakan, aksi kekerasan itu dilakukan oleh penjahat bersenjata. “Waktu prajurit saya melakukan pengejaran, saya bilang stop. Kembali lakukan konsisilidasi. Saya marah kepada penjahat bersenjata, bukan kepada rakyat,” kata Pangdam. Sumber : www.beritasatu.com