Kamis, 02 Mei 2013 , 08:13:00
MUSI RAWAS - Aktivitas warga di
Kecamatan Rupit, Kabupaten Mura pasca bentrok tiga hari lalu berangsur kembali
normal. Kendati demikian, di setiap sudut jalan masih banyak petugas TNI yang
berjaga-jaga bahkan melakukan patroli ke pemukiman warga.
Akses jalinsum Km 72 yang sempat diblokir massa menggunakan
kayu dan sisa rongsokan mobil telah dipinggirkan. Wargapun mulai menjalankan
aktivitas, sebagian mereka masih mendatangi lokasi Mapolsek Rupit yang dibakar
massa.
‘’Kalau bangun kantor Polisi
jangan di dalam Rupit lagi, kalau bisa di luar Rupit saja," kata salah
seorang warga yang enggan disebutkan namanya di lokasi Mapolsek Rupit.
Pasca bentrok warga yang menuntut
percepatan Muratara dimekarkan hingga memakan korban jiwa warga sipil,
berdampak pada kekecewaan warga sekitar. Bahkan warga sangat membenci
keberadaan Polisi diwilayahnya. Kekecewaan ini terlihat dari berbagai tulisan
makian yang dialamatkan ke Polisi pada dinding Mapolsek Rupit.
Dikatakannya, kasus perampokan
warga Karang Dapo saat melintas menggunakan sepeda motor di Desa Maur,
Kecamatan Rupit, Kabupaten Mura beberapa waktu yang lalu hingga saat ini tidak
ada tindak lanjut. Bahkan korban harus kehilangan tangan.
"Giliran warga melapor soal
kejahatan lamban ditindaklanjuti. Coba kalau soal tabrakan atau urusan duit,
mereka cepat menjalankannya," bebernya.
Sementara itu hingga kemarin
masyarakat sekitar terus menjarah barang-barang yang ada di dalam puing
Mapolsek Rupit. Bahkan mereka menjarah sisa-sisa puing kendaraan mobil yang
terbakar. Disini terdapat 7 unit mobil yang dibakar saat terparkir dihalaman
Mapolsek saat kejadian.
Namun sayangnya, warga sekitar
masih menaruh curiga dengan kehadiran pendatang yang memasuki wilayahnya.
Bahkan koran ini sempat diancam oleh warga dipersimpangan akses jalinsum KM72,
Kelurahan Muara Rupit, Kecamatan Rupit. ‘’Siapo kau, apo Polisi," kata
warga dengan logat asli bahas Rupit kepada Sumex (Grup JPNN).
Setelah dijelaskan bahwa Sumex
ini tengah menjalankan tugas jurnalistik alias melakukan peliputan, ia baru
merespon dengan baik. Versi warga, bentrokan terjadi diduga diawali oleh
petugas yang saat kejadian berusaha membubarkan massa. Bahkan warga mengaku
aparat saat itu langsung mengarahkan moncong senapan ke arah massa tanpa
memberikan peringatan keudara.
Nawawi, salah seorang warga
Kecamatan Rupit saat ditemui di Mapolsek Rupit mengatakan massa sebelum bentrok
berkerumun diakses jalinsum KM 72. Warga
menuntut agar pemerintah segera memekarkan Muratara.
"Ketika massa berkumpul, dan
kebetulan dilokasi dipasang tenda dan ada hiburannya, tiba-tiba Polisi memaksa
agar tenda dibongkar dan blokir jalan dilepas. Jadinya kita ngotot tidak
mau," jelasnya.
Terpisah di Mapolsek Karang Jaya,
satu kompi polisi dan gabungan dengan Brimob tetap berjaga-jaga. Bahkan petugas
di sini begadang dan siap siaga menjaga batas Kecamatan tersebut dengan
Kecamatan Rupit yang dianggap sebagai sentra keamanan.
Selain itu, sempat ada isu saat
situasi tiga hari lalu memanas ada yang mengatakan bahwa massa akan melakukan
pembakaran Mapolsek Karang Jaya. "Jadi isu itu tidak benar, kita tetap
menjaga keamanan dan siap siaga. Dan Mapolsek Karang Jaya merupakan Mapolsek
sentra kita pasca bentrok," kata Kapolres Mura, AKBP M Barly
Ramadhani.
Terpisah, Bupati Musi Rawas
(Mura), H Ridwan Mukti menegaskan agar seluruh pejabat diinstansinya tidak
mengeluarkan statement yang dapat memancing dan memperkeruh suasana pasca
bentrok antara warga dengan polisi yang menuntut pemekaran Muratara segera
terbentuk.
‘’Substansi kita cooling down
jangan ada statement yang memperkeruh, pejabat saya himbau untuk tidak
mengeluarkan statement memperkeruh karena suasananya belum selesai,"
ujarnya.
Ridwan juga tidak mau
mengomentari soal tudingan yang mengatakan dirinya menghalang-halangi dan
menghambat terbentuknya Muratara. Tudingan tersebut menurutnya, sudah sejak
awal dirinya memimpin Mura dan ia menganggap sebagai tudingan politik.
"Biarlah waktu yang akan
menyelesaikan, yang penting saya tidak pernah berniat sedikitpun untuk
menghalang-halangi terbentuknya Muratara. Semua dokumen saya tanda tangani,
prosesnya saya ikuti kalau pencitraan kepada saya negatif, bukan saatnya saya
berbicara," jelasnya.
Bupati mengajak masyarakat, pasca
peritiwa bentrok warga hingga memakan korban jiwa untuk membangun kembali
Mapolsek yang terbakar. Bagaimanpun juga, institusi kepolisian harus terus
berjalan dan masyarakat harus memahami kehadiran dari mapolsek dalam
menjalankan fungsi negara terutama didaerah.
"Kami akan memberikan
bantuan untuk Mapolsek Karang Dapo, Mapolsek Rupit untuk sementara waktu
sekarang sudah disosialisasikan dengan masyarakat untuk bersama-sama membangun
kembali," bebernya.
Selanjutnya, kata Ridwan, roda
pemerintahan dan proses belajar mengajar harus tetap dilaksanakan dan
pergerakan perekonomian di daerah tersebut. Pasar dinormalkan di dua wilayah
yakni Karang Dapo dan Rupit.
Sementara itu Kepala Kepolisian
Daerah (Kapolda) Sumsel, Irjen Saud Usman Nasution mengatakan, pihaknya segera
melakukan penyelidikan kepada anggota Polri yang melakukan kesalahan. "Kita akan tindak sesuai aturan
berdasarkan tingkatan kesalahan mulai dari disiplin maupun kode etik,"
jelas dia.
Sedangkan Dandim 0406 Mura-Kota
Lubuklinggau, Letkol CZI Widyo Hartanto mengatakan, pihaknya tetap melakukan
patroli keliling. Sebanyak 1 Satuan Setingkat Kompi (SSK). Dengan jumlah
personil sebanyak 150 orang.
‘’Penempatan personil untuk memberikan rasa aman dimasyarakat pasca
bentrok," jelasnya.
Widyo menambahkan, penambahan
personil juga dilakukan untuk melakukan pengamanan. "Sekarang situasi
kondusif dan Jalinsum sudah
berjalan," pungkasnya. Sumber : www.jpnn.com