- Bertindak untuk Bersatu di KLINIK Pancasila
- Pembunuhan Misterius di Puncak Jaya_Polisi TidakTahu, Pangdam Membantah
- Warga Sipil Siap-siap Wajib Militer
- KASUS CEBONGAN_12 Terdakwa Disidang 5 Hakim Pengadilan Militer
- KSAD Resmikan Pusat Latihan Militer di Simalungun
- KSAD: Sikap arogan harus dihilangkan
- RUU Komponen Cadangan Atur Pendidikan Militer untuk Sipil
- PNS dan Pekerja Wajib Berlatih Militer
- Ini Syarat PNS dan Pekerja yang Wajib Berlatih Militer
- Tingkatkan Kualitas Hidup Masyarakat Kalimantan, Pertamina Gandeng TNI AD
- Wajib Militer Bakal Diberlakukan, Prabowo: Bagus, Seperti Korsel
- PNS dan Pekerja yang Tolak Ikut Wajib Latihan Militer Terancam Pidana
- Pangdam Jaya Resmikan Kodim Baru di Kabupaten Bekasi
- Latgab anti teror TNI dan tentara Malaysia siap digelar di Medan
- Warga Diduga Tewas Setelah Diculik dan Dianiaya Oknum TNI
Jumat, 31 Mei 2013
BERITA TANGGAL 31 MEI 2013/JUMAT
Bertindak untuk Bersatu di KLINIK Pancasila
Sebuah pilihan yang sulit ditengah main
streem kebendaan, materialism,
hedonisme, dan semua kecamuk sarat dengan tujuan bermuatan fisik. Lagu
kebangsaan Indonesia raya, bangunlah jiwanya, bangunlah raganya, hilang
sunyi senyap, karena pemaksaan
kesejahteraan, adalah terpenuhinya segala daya, yang melekat pada sisi
kebutuhan lahiriah. Praktis kalimat magis marilah lata berseru Indonesia
bersatu turut menyumbangkan, krisis komitmen, karena seolah-olah dengan berseru
persatuan terwujud dengan sendirinya. Sehingga menyulitkan bangsa ini
menyamakan hati dan persepsi, menangkap kehendak tersembunyi, dari pesan
kerohanian, WR Supratman, penggubah lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Sehingga ikhtiar kata sifat menjadi kata kerja
adalah bentuk permulaan, untuk menambal angka-angka peradaban yang hilang
karena kekeringan jembatan hati di dada, semua anak negeri terhadap cita-cita
penyelamatan kelanjutan sumpah tanah air, yang mengikat rasa semua orang di
persada nusantara. Begitulah pengantar ular-ular Direktur KLINIK Pancasila Dody
Susanto, pemegang 15 rekor MURI tentang Pancasila pada pembukaan sekolah
kebangsaan, kepahlawanan, dan ke Pancasilaan, bekerjasama dengan Museum Juang
45. Kekeringan jembatan antara hati ke aktualisasi di dada semua anak negeri terhadap
cita-cita penyelamatan dan kelanjutan sumpah bertanah air yang mengikat rasa
semua orang di Persada Nusantara.
Penuntasan dari tujuan KLINIK Pancasila adalah memberikan pembekalan
dan pencerahan tentang ketepatan dan kebenaran Pancasila sebagai perwujudan
penghormatan, atas cita-cita mulia para pendiri bangsa. Dalam rangka
mempertingati lahirnya Pancasila 1 Juni KLINIK Pancasila mencanangkan kampanye
ATAP LANGIT (Ayo Teman Amalkan Pancasila Sampai Kelangit) menuju Indonesia
BAHAGIA: Beriman dan taat beragama, Amalkan pengetahuan untuk kesejahteraan,
Harmoni, keselarasan
hak asasi manusia dan kewajiban
asasi manusia, Aktif mendorong perdamaian dunia dan tata hubungan internasional
yang setara, Gotong royong untuk membangun ketahanan dan kemajuan
bangsa, Indonesiaku, kujaga dan kubela dengan pancasila NKRI, bhinneka tunggal
ika, dan UUD 45. Adil makmur, selamat sentausa dalam lindungan karunia Tuhan
Yang Maha Esa, menuju Indonesia Bahagia untuk semua. (nel), Sumber Koran: Indo Pos (31 Mei 2013/Jumat, Hal. 03)
Pembunuhan Misterius di Puncak Jaya_Polisi Tidak Tahu, Pangdam Membantah
Jakarta, Mabes Polri hingga Kamis (30/5) pagi belum juga
memberikan keterangan terkait peristiwa pembunuhan misterius di Puncak Jaya,
Papua.
Seperti diberitakan SH, Rabu (29/5), sedikitnya 11
warga Puncak Jaya, Papua ditemukan tewas. Sebelumnya, 41 warga dinyatakan
hilang di antaranya terdapat dua anak-anak. Tubuh warga ditemukan di pinggiran
Kali Yamo. Dua perempuan di antaranya diperkosa di Tingginambut, Puncak Jaya.
Kejadian itu berlangsung sejak 1 April 2013 hingga kini.
Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Suhardi Alius
yang dihubungi SH, Kamis pagi ini, mengaku belum bisa memberikan keterangan
soal itu karena tidak bisa berkomunikasi dengan Polda Papua. "Kapolda
belum bisa saya hubungi, mungkin karena di daerah sinyalnya tidak ada.
Biasanya setelah ada sinyal, beliau balas SMS saya," ujarnya.
Anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas)
Hamidah Abdurrahman yang dihubungi SH ternyata juga belum mengetahui peristiwa
yang terjadi di Puncak Jaya. Namun, dia berjanji akan segera turun ke tempat
kejadian peristiwa di Puncak Jaya.
"Tapi, terlepas dari rencana itu, kami
menyesalkan sikap kepolisian yang tidak profesional menyikapi peristiwa ini.
Seharusnya polisi profesional, turun ke sana dan berada di baris terdepan
untuk segera membuat situasi nyaman. Termasuk menegakkan hukum apabila memang
terjadi pelanggaran," tuturnya.
Bukan hanya itu, menurutnya, Polri dalam hal ini
juga wajib memberikan kejelasan kepada publik terkait sebab musabab peristiwa
ini.
Pangdam XVlI/Cenderawasih Mayjen TNI Christian
Zebua kepada
wartawan di
sela-sela acara rapat kerja daerah khusus di Kantor Gubernur Dok II, Jayapura,
Rabu siang, membantah dengan tegas isu yang mengatakan, pasca-tertembaknya
delapan prajurit TNI, lima warga Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya hilang
dan hingga kini keberadaannya belum diketahui. "Isu itu tidak benar. Saya
juga sudah mengirim tim investigasi ke sana dan sampai sekarang informasi itu
tidak jelas," katanya.
Soal adanya ketakutan di tengah masyarakat, Pangdam
kembali menegaskan bahwa itu sama sekali tidak benar. "Saya jamin mereka
tidak akan diganggu oleh prajurit. Saya tidak mengerti juga kenapa situasi
seperti ini bisa terjadi," ujarnya.
Saat disinggung soal kabar aksi balas dendam
setelah penembakan di llaga,
Puncak Jaya yang menewaskan tujuh prajuritnya, jenderal berbintang dua ini
kembali menegaskan hal itu tidaklah benar. "Kalau ada kabar seperti ini,
silakan tanya ke pihak kepolisian. Mungkin mereka mendengar hal menyangkut
tindak kejahatan," tuturnya.
Namun yang pasti investigasi yang dilakukan adalah
untuk merespons isu atau informasi tersebut dan ternyata itu tidak ada.
"Tim pergi ke Mulia, sedangkan ke Tingginambut tidak. Pemerintah daerah
sendiri tidak ingin ke Tingginambut karena dirasa sudah cukup. Jadi itu hanya
isu," ucapnya.
Saat ditanya motif
dari isu itu, ia tidak tahu. "Silakan tanya ke pihak kepolisian. Ini kan
istilahnya ada kelompok-kelompok tertentu yang melempar isu tersebut. Kalau
benar itu terjadi, pasti orang-orang sudah pada ributlah," ujarnya.
Sebelumnya, Wakil Ketua DPR Papua Yunus Wonda tidak
membantah laporan yang dibuat SH terkait pembunuhan misterius di Puncak Jaya.
Ia mengatakan, lima warga Distrik Tingginambut Kabupaten Puncak Jaya Papua
hilang. Dari laporan masyarakat, ada lima warga yang hilang dan tak diketahui
di mana keberadaannya. Sebelum hilang mereka disinyalir mendapat penyiksaan
dari aparat keamanan. Dari lima warga yang hilang, dua di antaranya masih
berstatus pelajar. Keduanya masih menjalani masa belajar di bangku SMP dan S
MA.
Menurut Yunus, selain ada lima warga yang hilang,
warga Tingginambut juga merasa tertekan dengan tindakan aparat keamanan yang kerap
melakukan aksi sweeping terhadap warga. Bahkan dalam melakukan razia,
aparat kerap mengintimidasi warga karena dicurigai sebagai anggota Organisasi
Papua Merdeka (OPM).
Dari informasi yang didapatkannya warga di sana selalu
dirazia aparat dan kerap dicurigai sehingga selalu tertekan dan waswas. Jika
warga melintas antara Ulu dengan Mulia, aparat selalu men-sweeping warga dengan intimidasi dan penyiksaan sehingga
warga menjadi ketakutan.
Sebelumnya, Sekjen Komite Nasional Papua Barat
(KNPB) Ones Suhuniap yang dihubungi SH, Selasa (28/5) siang, membenarkan
kejadian tersebut. "Sekarang warga masih mencari sisanya, 30 orang dewasa dan dua
anak-anak," katanya.
Nama-nama korban yang berhasil ditemukan warga, di
antaranya Eila Enumbi (27), Inoga Wonda (40), Deniti Telenggen (17), Telapina
Morib (47), Aibon Tabuni (38), Yomiler Tabuni (48), Bongar Telenggen (35), Yos
Kogoya (70), Yanenga Tabuni (36), Yerson Wonda (29), Eramina Murib, dan Regina
Tabuni.
Atas serangkaian peristiwa di Puncak Jaya, Ones
menyebutnya operasi gelap atau pembunuhan, serta upaya penghilangan orang asli
Papua di Puncak Jaya. Dia mengatakan operasi gelap di Puncak Jaya sudah
belangsung sejak 1 April 2013 hingga sekarang di mana para korban belum
ditemukan. (Ninuk Cucu Suwanti/Odeodata
H Julia), Sumber Koran: Sinar Harapan (30 Mei 2013/Kamis, Hal. 01)
Warga Sipil Siap-siap Wajib Militer
Jakarta, Kementerian Pertahanan
(Kemhan) memulai sosialisasi RUU Komponen Cadangan. Setiap warga sipil,
apapun profesinya, nanti akan dilatih menjadi personel yang siap tempur. Mereka
akan menjadi komponen cadangan yang siap digerakkan jika negara dalam situasi
perang.
"Kami sudah mulai tahap pengenalan dan
sosialisasi ke masyarakat," ujar Staf Ahli Menteri Pertahanan Mayjen TNI
Hartind Asrin di Jakarta beberapa hari lalu. Hartind menjelaskan, RUU ini
adalah penyempurnaan dari rancangan yang sudah dibuat sejak tahun 2007.
"Yang jelas ini bukan wajib militer. Melainkan upaya bela negara,"
katanya.
Mantan atase pertahanan Malaysia itu menjelaskan,
dalam rancangan UU yang baru ini, peserta harus sudah mempunyai pekerjaan
tetap. "Jadi, bagi yang belum masuk kriteria itu, ya tidak ikut,"
katanya.
Peserta akan mengikuti pelatihan yang pertama kali
selama satu bulan dan selama itu, warga negara yang ikut pelatihan akan
dibayarkan gajinya oleh negara.
Setelah itu pada tahun-tahun berikutnya, peserta
akan ikut lagi dalam pelatihan selama dua minggu untuk penyegaran terhadap apa
yang sudah dipelajari di pelatihan awal.
Dalam rancangan itu, akan ada sanksi bagi
perusahaan yang melarang karyawannya untuk ikut serta dalam pelatihan komponen
cadangan. "Mereka bisa dikenai hukuman pidana. Perusahaan harus mengizinkan
karyawannya latihan bela negara itu," katanya.
Dia menjelaskan, tiga komponen besar yang jadi
sumber perekrutan komponen cadangan adalah dari PNS, karyawan BUMN, dan
pekerja swasta. "Untuk tahap pertama akan diutamakan peserta
dari PNS dan BUMN," katanya.
Dalam draf pasal 6 ayat 3 RUU Komponen Cadangan
disebutkan bahwa komponen cadangan disusun dalam bentuk satuan tempur yang
disesuikan dengan struktur organisasi angkatan sesuai masing-masing matra.
"Jadi nanti, jika dibutuhkan, komponen cadangan akan disesuaikan keahlian
masing-masing. Akan digabungkan dengan satuan tempur organik yang sudah
ada," katanya.
Dia mencontohkan, jurnalis sebagai karyawan, juga
berhak menjadi anggota komponen cadangan. "Misalnya fotografer, dia
bisa bergabung meliput di garis depan bersama satuan penerangan tempur TNI.
Itu bagian dari tugas perang yakni propaganda," katanya.
Anggota Komisi I DPR, Hayono Isman menilai dalam
keadaan perang, kesigapan rakyat memang diperlukan."Kalau terjadi perang
kita wajib turun bantu negara. Contoh Singapura sopir taksi tahu harus berbuat
apa saat perang," ujar Hayono.
Berdasarkan draf RUU
Komponen Cadangan, sanksi bagi warga sipil yang menolak wajib latihan militer
bervariasi. (zis), Sumber Koran: Harian Pelita (31 Mei 2013/Jumat, Hal.
17)
KASUS CEBONGAN_12 Terdakwa Disidang 5 Hakim Pengadilan Militer
Yogyakarta, Sidang kasus penyerbuan dan pembunuhan di Lembaga
Pemasyarakat (Lapas) Cebongan, Sleman-DI Yogyakarta, nantinya bakal dilakukan
oleh lima hakim Pengadilan Militer (Dilmil) 11-17 Yogyakarta.
Meski demikian, belum ada penjelasan pasti kapan
sidang yang menyeret
12 anggota Kopassus tersebut bakal digelar.
Kapala Panitera (Katera) Dilmil 11-17 Yogyakarta,
Kapten Khairudin meyakini semua hakim yang ada di Dilmil akan diturunkan
memimpin persidangan. "Di sini ada lima hakim dan semuanya siap mengadili
seluruh perkara terdakwa yang menyangkut anggota TNI yang berkasnya sudah
diterima, "katanya di Bantul, Kamis (29/5).
Kelima hakim tersebut masing-masing Letkol Faridah
Faisal, Mayor Warsono, Mayor Farma Nihayatul Aliyah, Mayor Syaiful Ma'arif,
dan Mayor M.Idris. Adapun
tiga panitera tertulis adalah Kapten Khairudin, Kapten Aulisa Dander, dan Peltu
Sangadi.
Terkait persiapan persidangan tersebut, Khairudin
belum bisa menjelaskan rinci karena semua penjelasan menjadi kewenangan Kepala
Dilmil 11-17 Letkol Faridah Faisal dan wakilnya Mayor Warsono. "Kebetulan
beliau sedang keluar kota," ujarnya.
Khairudin juga menolak menjelaskan kepastian
pelimpahan berkas perkara 12 tersangka penyerbuan LP Cebongan tersebut.
"Saya tidak berwenang menyampaikan informasi pada wartawan. Tunggu saja
pimpinan kami datang dari tugas luar kota," tambahnya.
Saat ini pihaknya juga belum diperintah untuk
menyiapkan persidangan kasus tersebut. Meski demikian ada peningkatan
pengamanan di komplek Dilmil dari pengamanan biasanya. Selain disiagakan mobil
polisi militer di halaman Dilmil dan sejumlah anggota TNI AD, juga dari AL dan
AU. Bahkan Dandim Kota Yogya Letkol Astana tampak menyempatkan memantau untuk
mengecek ruang persidangan nantinya.
Menurut keterangan,
jelang sidang kasus Cebongan mulai sampai selesai tugas pengaman sengaja
ditingkatkan. Rencana sidang akan dilakukan di ruang sidang utama. Mengingat ruang sidang hanya
mampu menampung sekitar 20 pengunjung, maka disiapkan layar untuk mengikuti
jalannya Sidang. (B Sugiharto), Sumber Koran: Harian Pelita (31 Mei
2013/Jumat, Hal. 05)
KSAD Resmikan Pusat Latihan Militer di Simalungun
Penulis : Kontributor Kompas TV,
Tigor MuntheKamis, 30 Mei 2013 | 21:51 WIB
SIMALUNGUN, KOMPAS.com - Kepala
Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Letnan Jenderal (Letjen) Moeldoko meresmikan
Simalungun Military Training Area (Simtra) seluas 8.140 hektar di Kecamatan
Silou Kahean, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, Kamis (30/5/2013).
Peresmian ditandai penandatangan
prasasti didampingi Pangdam I BB Mayjen TNI Faulus F Lodewijk dan Bupati
Simalungun JR Saragaih. Selain meresmikan Simtra, KSAD juga meninjau
pelaksanaan karya bakti TNI Kodim 0207 Simalungun yang dilaksanakan di daerah
tersebut.
"Saya berharap daerah
latihan ini harus dimanfaatkan dan digunakan dengan sebaik-baiknya, sehingga
memberikan kontribusi dalam meningkatkan profesionalitas prajurit dan kesiapan
satuan yang berada di wilayah Kodam I/Bukit Barisan," katanya.
Moeldoko mengatakan, daerah
latihan ini merupakan terluas kedua setelah Batu Raja. "Oleh karena itu,
saya kagum akan keikhlasan masyarakat Simalungun yang memberikan medan latihan
seperti ini, dan ini terluas kedua setelah Batu Raja. Di daerah latihan ini
juga, ke depan akan kita laksanakan latihan bersama dengan negara luar,"
ujarnya.
Moeldoko juga menyampaikan
apresiasi kepada Bupati Simalungun yang telah mengalokasikan anggaran Rp 9,6
miliar untuk pelaksanaan karya bakti di Kecamatan Silou Kahean dan Dolok Silou
Kabupaten Simalungun dengan sasaran antara lain pembukaan jalan, skriping
jalan, pengerasan jalan, pembuatan jembatan dan sarana lainnya.
Sementara itu, Bupati Simalungun
JR Saragih mengatakan, sebelumnya pengadaan lahan latihah TNI AD telah
disampaikan ke pemerintah pusat dan mendapat persetujuan dari Menteri
Kehutanan. Menyinggung pelaksanaan karya bkati TNI, Saragih menyampaikan terima
kasih kepada TNI yang telah melaksanakan kegiatan tersebut, karena hal ini
sangat bermanfaat bagi masyarakat, terutama dalam mengangkut hasil-hasil
partanian. Sebab, selama ini masyarakat sangat kesulitan mengangkut hasil
pertanian mereka.
"Dengan adanya kegiatan
karya bakti TNI ini, tentunya akan memberikan kemudahan bagi masyarakat di
daerah ini, terutama dalam mengangkut hasil-hasil pertanian mereka. Dan dari
jalan yang dibuka oleh TNI ini akan memperpendek jarak tempuh dari ibu kota
Kabupaten Simalungun Pamatang Raya menuju Bandara Kuala Namu," jelasnya.
Sebelumnya, dalam menyambut
kedatangan KSAD dan rombongan, Bupati Simalungun bersama pengurus Partuha
Maujana Simalungun (PMS) menyematkan seperangkat pakaian adat Simalungun kepada
KSAD dan Pangdam I/Bukit Barisan.
KSAD: Sikap arogan harus dihilangkan
THURSDAY, 30 MAY 2013 21:09
MEDAN - Kepala Staf TNI Angkatan
Darat (KSAD) Letnan Jenderal TNI Moeldoko, memberikan arahan kepada prajurit
TNI AD untuk membudayakan perdamaian agar selalu melekat di hati dan di pikiran
prajurit TNI AD.
Dikatakan, tidak ada satupun
bangsa di dunia ini yang maju tanpa perdamaian. Untuk itu, budaya kekerasan
harus dihilangkan dalam diri prajurit TNI. "Saya sangat berharap, prajurit
TNI mencintai budaya perdamaian. Untuk itu saya mohon dengan hormat, budaya
perdamaian harus melekat dihati dan pikiran kita," katanya.
Ditambahkannya, saat ini masyarakat
ingin prajurit TNI AD yang memberi kenyamanan, bukan kearoganan. Oleh karena
itu, prajurit TNI AD harus bisa menyesuaikan tuntutan masyarakat sekarang ini. "Bangsa
ini bisa dibangun atas dasar kebersamaan. Maka, sikap-sikap arogan, menyakiti
hati rakyat harus dihilangkan. Masyarakat menginginkan prajurit TNI yang kuat,
profesional, disegani oleh negara sahabat, ditakuti oleh musuh, serta prajurit
yang mengayomi masyarakat," jelasnya, hari ini.
Ia mengakui masih ada pelanggaran
prajurit dengan melakukan tindakan-tindakan tidak terpuji, masuk dalam
lingkaran narkoba dan disersi. "Namun itu hanya sebagian kecil dari
kalian. Kami akan mengambil tindakan tegas bagi mereka yang masuk dalam
lingkaran narkoba. Jangan ada lagi pelanggaran dengan alasan kesejahteraan,"
ungkapnya. Kunjungan ke wilayah Kodam I/BB merupakan agenda pertama KSAD untuk
meninjau satuan prajurit TNI AD. Sumber : www.waspada.co.id
Langganan:
Postingan (Atom)