Bandung, Membangun suatu sistem
pertahanan negara adalah hal mutlak bagi suatu negara yang berdaulat seperti
juga Indonesia. Dalam implementasi pembangunan sistem pertahanan untuk kekuatan
militer, tidak didasarkan pada niat untuk membangun angkatan perang yang besar
dan bukan untuk ofensif, tetapi didasarkan kepada keinginan untuk memiliki Minimum
Essential Force (MEF) atau kekuatan pokok minimal.
Demikian disampaikan Wakil Menteri Pertahanan
Sjafrie
Sjamsoeddin saat memberikan pembekalan kepada Perwira Siswa Pendidikan Reguler
Angkatan 51 Sekolah Staf dan Komando TNI Angkatan Darat (Seskoad), di Seskoad,
Bandung beberapa hari lalu. Hadir mendampingi Wamenhan dalam kesempatan tersebut
Komandan Seskoad Mayjen TNI Burhanuddin Siagian.
Lebih lanjut Wamenhan mengatakan, suatu negara yang
berdaulat mutlak untuk membangun angkatan perangnya, begitu juga dengan Indonesia
sebagai negara yang sah berdaulat harus dapat membangun angkatan perang yang
modern dan profesional dalam rangka menjaga keutuhan wilayah, kedaulatan dan
keselamatan bangsa.
Menurut Wamenhan, membangun angkatan perang yang
modern dan profesional menjadi suatu kewajiban pemerintah dapat dilaksanakan,
apabila ada pertumbuhan ekonomi. Manakala pertumbuhan ekonomi telah dapat
memberikan kesejahteraan rakyat, maka baru dipikirkan bagaimana pembangunan
sistem pertahanan negara.
"Kewajiban permerintah untuk bisa melengkapi
angkatan perangnya, bisa dilaksanakan apabila ada pertumbuhan ekonomi. Kita
tahu pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih besar dari pertumbuhan ekonomi negara-negara
di Eropa, bisa sampai 6,5 persen," jelas Wamenhan.
Selain kekuatan militer, dalam implementasi
pembangunan sistem pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia, juga
meliputi pembangunan kekuatan pertahanan nir mliter. Aspek implementasi pembangunan
pertahanan nir militer merupakan bagian dari bagaimana untuk
menghadapi ancaman non militer.
Dijelaskan Wamenhan bahwa ancaman non militer adalah
ancaman yang tidak bersenjata, namun demikian menurut Wamenhan gelombang ancaman
non militer akan dapat terjadi lebih besar dibandingkan dengan gelombang ancaman
militer.
"Ancaman non militer dapat menganggu dan
melumpuhkan kelangsungan hidup bangsa dan negara, kita tahu perang asimetrik
bisa mempengaruhi pola pikir," ungkapnya.
Pendidikan Reguler Angkatan 51 Seskoad diikuti 292
perwira yang terdiri dari 281 orang perwira TNI AD, dua orang perwira TNI AL,
dua orang perwira TNI AU dan tujuh orang perwira siswa mancanegara. Selain
diikuti Angkatan 51 Pasis Seskoad, pembekalan Wamenhan tersebut juga dihadiri
sejumlah perwira organik Seskoad. (zis), Sumber Koran: Harian
Pelita (3 April 2013/Rabu, Hal. 17)