Senin, 08 April 2013

Pembinaan Korsa dan Disiplin di TNI Harus Selaras



Minggu, 07 April 2013 , 21:21:00

JAKARTA - Wakil Ketua Komisi I DPR yang membidangi urusan pertahanan dan TNI, TB Hasanuddin, menyatakan, jiwa semangat persaudaraan koprs (korsa) yang awalnya berlaku saat menjalankan tugas ketentaraan, bisa bermakna positif dalam kehidupan sehari-hari. Namun jika korsa diterapkan pada situasi yang salah, berarti ada yang salah dalam pembinaan disiplin prajurit.

"Jiwa korsa akan menjadi tercela ketika ditempatkan pada  situasi yang salah.  Untuk itulah biasanya di samping dipupuk jiwa korsanya, juga harus dipupuk disiplinnya," kata Hasanuddin di Jakarta, Minggu (7/4).

Karenanya terkait kasus penyerbuan ke LP Cebongan yang dilakukan oleh oknum Kopassus, Hasanuddin justru ragu semangat korsa menjadi motifnya. Mantan  Sekretaris Militer Kepresidenan yang pensiun dengan pangkat Mayor Jenderal itu mengatakan, penyerbuan ke Lapas Cebongan tak akan terjadi jika ada disiplin tinggi.

"Artinya jiwa korsa tak harus membabi buta merugikan kesatuannya dan juga masyarakat. Berarti ada pembinaan yang kurang pas di jajaran TNI," ulasnya.

Karena itu politisk PDI Perjuangan ini menegaskan, diperlukan evaluasi tentang sistim pendidikan di TNI agar jiwa korsa tetap terpelihara tapi disiplin juga dijunjung tinggi. nya juga tetap tinggi.  "Disiplin adalah sikap taat dan tunduk pada aturan yang berlaku," tegasnya.

Meski demikian Hasanuddin juga mengakui, bisa jadi oknum Kopassus yang menyerbu LP Cebongan terpicu ketidakpercayaan pada aparat kepolisian dalam menegakkan hukum.  Karena itu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono diharapkan bisa merespon kasus Cebongan hingga ke akar masalahnya.

"Ada semacam perlawanan, yang punya batu ya menggunakan batu, yang punya golok menggunakan golok dan yang punya senjata menggunakan senjatanya untuk melawan ketidakadilan, menjadi hakim di jalanan," sambungnya.

Seperti diketahui, Tim Investigasi TNI AD pimpinan Brigjen Unggul K Yudhoyono telah menyimpulkan bahwa para pelaku penyerbuan ke LP Cebongan adalah sembilan anggota Kopassus. Menurut Unggul, anggota Kopassus melakukan aksi brutal sebagai reaksi atas meninggalnya anggota kesatuan elit di TNI AD itu akibat dianiaya preman.

Penyerangan Lapas Cebongan terjadi pada Sabtu (23/3) dini hari. Kesembilan anggota Kopassus memaksa masuk ke dalam sel tempat keempat tahanan yang menjadi target mereka. Keempatnya yakni Dicky Sahetapi alias Dicky Ambon, Dedi, Ali, dan YD alias Johan. Mereka dieksekusi dengan cara ditembak setelah dipisahkan dari tahanan lainnya. Sumber : www.jpnn.com